Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengembangan Sediaan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) dan Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) untuk Pertumbuhan Rambut Kelinci Widodo, Subur; Purba, Anny Victor
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.288 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v5i12.1876

Abstract

Kerontokan rambut merupakan masalah umum yang terjadi di masyarakat sehingga mendorong para peneliti untuk berinovasi mengembangkan suatu formula efektif yang dapat mencegah kerontokan rambut dan merangsang pertumbuhan rambut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri yang paling efektif dan dapat diformulasi ke dalam sediaan gel yang memiliki aktifitas terhadap pertumbuhan rambut. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental kualitatif dan kuantitatif dengan teknik in vivo. Ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri diperoleh dari maserasi dengan menggunakan etanol 70% kemudian evaporasi didapat ekstrak kental. Perbandingan konsentrasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri yang digunakan (3,75% : 5%), (7,5% : 10%) dan (15% : 20%). Uji aktifitas pertumbuhan rambut dilakukan menggunakan metode Tanaka dengan pengamatan selama 35 hari dengan menggunakan kelinci jantan, parameter yang diamati adalah panjang rambut dan bobot rambut. Kesimpulan penelitian ini adalah kombinasi ekstrak daun kacang panjang dan ekstrak herba seledri yang paling baik terhadap pertumbuahn rambut pada perbandingan 7,5% : 10% kemudian dibuat dalam sediaan gel,mempercepat pertumbuhan rambut dengan rata-rata panjang rambut 2,307 cm dan bobot rambut 388,7 mg, sediaan gel yang dibuat stabil pada suhu 4°C dan 25°C selama 3 bulan, serta tidak mengiritas kulit kelinci.
Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Krim Fraksi Etanol Bunga Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Penyebab Jerawat Widodo, Subur; Rokiban, Akhmad; Susanti, Laila; Riyanti, Deski
JFL : Jurnal Farmasi Lampung Vol. 12 No. 2 (2023): JFL : Jurnal Farmasi Lampung
Publisher : Program Studi Farmasi-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Tulang Bawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jfl.v12i2.1248

Abstract

Papaya flowers in the community are believed to be antidiabetics, prevent cancer, lower cholesterol, and as antibacterial. Based on its antibacterial properties, the ethanol fraction of papaya flowers will be made in the form of cream preparations. This study aims to find out the activity of papaya flower ethanol fraction cream preparations against the bland growth power of acne-causing Staphylococcus aureus bacteria. Ethanol fractions of papaya flower are formulated into cream preparations with fraction concentrations of F1 (2%), F2 (4%), F3 (6%), and F4 (8%) using oil phases (stearic acid, paraffin liquidum, and adeps lanae), water phase (TEA and aquadest) and preservatives (methyl parabens). Furthermore, the cream tested antibacterial activity and physical properties include homogeneity, organoleptic, pH, viscosity, scattering power, adocity and stability. The results showed F1, F2, F3, and F4 each had antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria as evidenced by the presence of bland zones in F1 (17.35 mm), F2 (17.77 mm), F3 (18.90 mm), and F4 (19.73 mm). The resulting data is normal and homogeneous distributed data so that the results of the ANOVA test show a significant difference of 0.0000 (p ≤ 0.05) and Tukey Post Hoc test results are obtained significant differences between formulas. The results of the evaluation of cream preparations on observation of homogeneity are less stable and organoleptic have stable results, pH values of 5.62-6.62, viscosity of 4122-4432 cps, scatter power of 5.13-5.70 cm, and akat for 4.86-6.43 seconds. Cycling tests showed stable results in F1, F2 and F3 and less stable in F4. The conclusion of this research is that the formulation ethanol fraction of papaya flower cream preparations has activity against the inhibition of the growth of acne-causing Staphylococcus aureus bacteria. Keywords: Acne, Antibacterial, Carica papaya, Cream, Fraction, Papaya Flower
Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Dari Ekstrak Daun Jawer Kotok (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br) Dalam Bentuk Compact Powder Susanti, Laila; Widodo, Subur; Nurjanah, Siti; Sivitha, Sivitha
JFL : Jurnal Farmasi Lampung Vol. 12 No. 2 (2023): JFL : Jurnal Farmasi Lampung
Publisher : Program Studi Farmasi-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Tulang Bawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jfl.v12i2.1305

Abstract

Blush on was cosmetic used to color the cheeks so that it can improve fresh impression in makeup. Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br has anthocyanin content could be used as a natural dye. This research aims to make a rouge from Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br extract in the form of compact powder. To get Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br extraction we had to macerate 3 kilogram Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br into 96% etanol liquid then the maserate is evaporated with rotary evaporator to obtained thick extract. Further more rouge were formulated with kaolin, talc, zinc stearate, oleum rosae, isopropyl myristate, lanolin, and nipagin. Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br extract with variations in concentration 6% (F1), 8% (F2) and 10% (F3). After that could be evaluated (color dispersion test, crack test, polishing test, irritation test, hedonic test, and stability test. The results from Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br extract result color light brown for F1, red brown for F2 and dark red for F3. Based on the test result all formulation had a homogeny color, not cracked in the crack test qualify for the irritation test. Dosage formulations with concentration 10% many liked. While on the method low temperature stability all preparations no changed organoleptic (color, smell and shape) but in the test high temperature stability of all formulations the preparation has a slight discoloration at thefourth week. The color looks faded not like the beginning. It is because the content of anthocyanin contained in Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br extract decreases. Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br extract cannot be formulated as a rouge because does not give color in the polish test, powder is rough so the color cannot stick to the skin. Keywords : Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br, Coleus atropurpureus (L.) Benth, rounge, formulation
suburwidodo Formulasi Krim Anti Acne Ekstrak Etanol Kulit Kentang (Solanum Tuberosum L.) Dan Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus epidermidis Dan Propionibacterium acnes.: Anti Acne Cream Formulation Of Potato Ethanol Extracts (Solanum Tuberosum L.) And Antibacterial Activities On Staphylococcus epidermidis And Propionibacterium acnes. Widodo, Subur; Susanti, Laila; Samsuar; Hartono, Adityo; Safitri, Andika
JFL : Jurnal Farmasi Lampung Vol. 13 No. 1 (2024): JFL : Jurnal Farmasi Lampung
Publisher : Program Studi Farmasi-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Tulang Bawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jfl.v13i1.1646

Abstract

Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik yang dapat menghambat inflamasi dan membunuh bakteri. Penggunaan antibiotik jangka panjang dapat menimbulkan resistensi antibiotik. Efek samping penggunaan antibiotik dapat dikurangi dengan mengganti bahan aktif obat yang diperoleh dari alam seperti kulit kentang yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit kentang dapat di formulasikan menjadi sediaan krim dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.epidermidis dan P.acnes. Ekstrak diformulasikan dalam sediaan krim dengan konsentrasi ekstrak berbeda yaitu F1 (15%), F2 (30%) dan F3 (45%) dengan menggunakan asam stearat, paraffin liquidum, adeps lanae sebagai fase minyak dan TEA, aquadest sebagai fase air, dan metil paraben sebagai pengawet. Kemudian diuji sifat fisik sediaan meliputi ,homogenitas, pemeriksaan organoleptis, pengukuran pH, viskositas, daya sebar, daya lekat, uji stabilitas dan uji antibakteri. Hasil evaluasi sediaan memiliki nilai pH berkisar  antara 6,2 - 8,1, viskositas berkisar antara  3120  - 4920 cps, daya sebar antara 5,3 - 6,7 cm, dan daya lekat 4,2 - 5,3 detik. Setiap formula stabil dalam penyimpanan cycling test serta penyimpanan suhu 40ºC ± 2ºC, 28ºC ± 2ºC, 4ºC ± 2ºC dan ketiga formula memiliki sifat antibakteri terhadap S.epidermidis dan P.acnes. Luas zona hambat F1 (7,61 mm), F2 (8,47 mm) dan F3 (9,92 mm) terhadap S.epidermidis dan Luas zona hambat F1 (7,58 mm), F2 (7,86 mm) dan F3 (9,65 mm) terhadap P.acnes. Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak kulit kentang dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan memiliki zona hambat terhadap S.epidermidis dan P.acnes.