Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Daylighting Performance of Various Layout Alternatives in an Open Building Apartment in Surabaya Hendrik, M.L.; Dinapradipta, Asri; Ekasiwi, Sri Nastiti N.
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2018): 3rd International Seminar on Science and Technology (ISST) 2017
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2018i1.3518

Abstract

Utilization of natural light in an open building apartment is one of the several ways to save energy. Not only saving energy but it also sustains the healthy life of the occupants. This paper discusses the effect of layout alternatives mainly due to the potential changing arrangement of the bedrooms and the position of transparent window surfaces on daylighting performance i.e illuminance distribution and averages of illuminance. The Method used in this paper is an experimental method using Radiance 1.02 simulation as a tool. The changed layout in which is the bedroom spaces position concentrated on one window side of space with two separated transparent windows provides a good result with a percentage of area fulfills the standards equals to 29%
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI STRATEGI EFISIENSI ENERGI PADA BANGUNAN SPAZIO Annisa Fikriyah Tasya; Purwanita Setijanti; Asri Dinapradipta
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.003

Abstract

Saat ini, konsumsi energi menjadi topik yang sangat penting di seluruh dunia, di mana bangunan menghasilkan 50% dari total pengeluaran energi di Indonesia dan bertanggung jawab atas 30% emisi gas rumah kaca dan bahan baku yang dihasilkan (Gunawan, 2012). Efisiensi energi di sektor properti adalah target utama untuk mengurangi penggunaan energi. Penggunaan energi pada bangunan yang ada dapat dikurangi secara signifikan melalui retrofit bangunan. Penelitian ini membahas mengenai faktor yang mempengaruhi implementasi strategi efisiensi energi di Spazio. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hambatan potensial yang menghambat adopsi fitur efisiensi energi oleh pengembang properti di gedung yang ada. Investasi dalam fitur efisiensi energi adalah konsep yang relatif baru, literatur lokal di daerah ini tergolong langka dan sebagian besar diambil dari publikasi eksternal. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: Pemerintahan, Pengetahuan, Pasar, Biaya, dan Kondisi Bangunan adalah faktor yang mempengaruhi penerapan strategi efisiensi energi di gedung yang ada. Hasil studi empiris digunakan untuk mengkategorikan penghalang potensial yang dihadapi oleh pengembang kedalam setiap faktor yang terbentuk. Oleh karena itu, mengidentifikasi faktor ini dapat membantu keberhasilan adopsi green office di Surabaya di masa mendatang. Currently, energy consumption is a very important topic throughout the world, where buildings generate 50% of total energy expenditure in Indonesia and are responsible for 30% of greenhouse gas emissions and raw materials produced (Gunawan, 2012). Energy efficiency in the property sector is the main target to reduce energy use. Energy use in existing buildings can be significantly reduced through building retrofitting. This research examines factors that are affecting the implementation of energy efficiency strategies in Spazio. The purpose of this research is to investigate the potential barriers inhibiting the adoption of energy efficiency features by property developer in existing building. Investment in energy efficiency features is a relatively new concept, local literature in this area is scarce and largely taken from external publications. Thus, the research findings show that: Governance, Knowledge, Market, Cost, and Building Conditions are the affecting factors of the implementation energy efficiency strategies in existing building. The results of empirical studies are used to categorize the potential barrier that were faced by developers. Therefore, identifying these factors might help in the success of the green office adoption in Surabaya.
KAMPUNG DEVELOPMENT TOWARD SMART CITY Tanti Satriana R. Nasution; Purwanita Setijanti; Asri Dinapradipta; Angger Sukma Mahendra; Susetyo Firmaningtyas; Muhammad Ainul Yaqin
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1262.569 KB) | DOI: 10.12962/j2355262x.v17i1.a3398

Abstract

The city of Surabaya that formed from maritime activities to lead to trade and industrial activities will form settlements in the form of kampung. Kampung became an important part in the development of a city because this area became a place to grow and move most of the middle class population and below. However, the rapid development of the city of Surabaya towards the modern has resulted in the existence of the kampung in Surabaya increasingly recessive. Long-lived kampung like Kampung Kaliasin, pressed by the development of urban and socio-economic mobility, are experiencing worsening kampung conditions. The pressure from the surrounding environment is great. Not only social and economic issues, but also environmental issues (climate, sanitation, a forestation, etc.) are salient. The Surabaya City Government is attempting to address the problem through the concept of Smart City Surabaya. The question to be addressed here is how the development of the urban kampung, for example Kampung Kaliasin, is to proceed in the direction of Smart City Surabaya. The method used is descriptive and qualitative. The variables to be studied are aspects of smart city covering Smart Government, Smart Economy, Smart Life, Smart Living, Smart People, and Smart Mobility. These are analyzed in relation to the readiness of the city to develop toward Smart City Surabaya.
Design Strategies for Working Space to Reduce The Behavior of Stress and Preserve The Heritage Values of Banjarbaru City Hall Building Adithea Syahputra Perdana; Asri Dinapradipta; Fransciscus Teddy Badai Samodra
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.015 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.49671

Abstract

Designing government working space is proposed to solve the productivity issues among the workers inside the city hall office building of Banjarbaru city in South Borneo. This caused either by their work span inside the office and the style of working cubical or the interior element which has colonialsm values. The design of the building case is using the colonial style which is this building’s materials have color dominated with white colour and the architecture elements are containing a heritage value. Therefore, in this paper discuss the literature review to make a design srtategies for working space inside the office with building heritage’s values that suitable to maximizing the productivity of the workers by involving them in the process of design in advance, for instance, the design process will use a participatory design paradigm that will be reviewed before applicate it in the Banjarbaru government office design proposal. From those theories can be concluded that field area like shape, colors, and perception of space which related to an interior element can be controlled to maximizing the productivity and preserving the values of building heritage.
Kampung Gajah: Penginapan Safari dengan Pendekatan Arsitektur Hijau dan Arsitektur Organik Yuniar Syahnez Muyassharah; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.334 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.27011

Abstract

Menurut penelitian WRI (World Resource Institute) 30% dari keseluruhan hutan di bumi telah hilang, sementara 20% telah terdegradasi, sedangkan sebagian besar sisanya telah terfragmentasi dan hanya menyisakan 15% hutan yang benar-benar utuh.  Taman Nasional Tesso Nilo ( TNTN ) di Riau, Indonesia, merupakan salah satu hutan yang mengalami degradasi dan fragmentasi terbesar di Indonesia. Menyusutnya luas hutan ini menyebabkan binatang-binatang kehilangan tempat tinggal dan mendatangi pemukiman manusia untuk mencari makan atau sekedar melewati wilayah yang seharusnya miliknya. Salah satu binatang yang mengalami penurunan populasi yang tinggi akibat perubahan fungsi hutan adalah gajah. Penurunan populasi ini disebabkan oleh konflik gajah dan manusia yang menyebabkan manusia membunuh gajah untuk melindungi wilayahnya. Obyek rancangan arsitektur ini diharapkan dapat menjadi media penengah pada konflik gajah dan manusia dengan cara mendekatkan gajah dan manusia. Melalui pendekatan arsitektur hijau dan arsitektur organic, obyek rancang diharapkan dapat mengurangi dampak negatif serta dapat menyatu pada lingkungan sekitarnya.
Redesain Permukiman Kumuh dengan Pendekatan Incremental Muhammad Jehan Aldilla; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.275 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26006

Abstract

Mayoritas penduduk permukiman kumuh yang tidak sehat dapat mempengaruhi kualitas masyarakat kota. Kualitas masyarakat kota yang buruk dapat menghambat pertumbuhan kota itu sendiri. Upaya dalam meningkatkan kualitas masyarakat nya dapat dilakukan dari peningkatan kualitas hunian nya. Setelah adanya peningkatan dari kualitas, sebuah hunian selayak nya dapat berkembang untuk masa depan, karena kebutuhan dari manusia yang juga ikut berkembang seiring perkembangan zaman. Peranan arsitektur pada dasarnya adalah memfasilitasi dan mengakomodasi kebutuhan dan aktivitas manusia. Melalui peranan arsitektur tersebut, obyek rancang kawasan ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dari penghuni nya dan layak digunakan sesuai standar dari Green Architecture dan dapat berkembang sesuai kebutuhan dengan metode Incremental, yang secara harafiah berarti perkembangan dimana penghuni dapat mengembangkan hunian nya sesuai kebutuhan nya sebagai jawaban permasalahan kota.
Redesain Kebun Binatang Surabaya Dengan Pendekatan Biophilic Jafni Zul Fahmi; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1057.781 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26564

Abstract

Surabaya memiliki potensi yang sangat baik pada salah satu tempat rekreasi yang merupakan asset pemerintah Surabaya saat ini. Industri pariwisata semakin berkembang dan semakin diminati. Kebun binatang merupakan objek wisata yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari seluruh lapisan usia, selain itu kebun binatang adalah satu-satunya tempat di kota yang memberikan edukasi secara langsung untuk masyarakat mengenai keragaman satwa. Kebun binatang seharusnya bisa menjadi tempat wisata yang menajdi miniatur habitat asli hewan tersebut agar unsur edukasi dan konservasi dapat tercapai dengan maksimal Kebun Binatang Surabaya memiliki luas 15 hektar dengan koleksi satwa berjumlah 2176 dengan 130 jenis satwa. Beberapa dalam kondisi stres dan sakit yang disebabkan oleh kondisi kebun binatang yang kurang baik. Masalah yang ada diantaranya zonasi, sirkulasi ruang transisi, kelayakan kandang, dan fasilitas pendukung terlihat pada Kebun Binatang ini. Sampai saat ini Kebun Binatang terus mengalami problema di dalam konteks perkembangan kawasan seperti: perkembangan kota, polusi yang semakin meningkat, dan kepadatan serta aktifitas warga kota yang meningkat, untuk itu diperlukan upaya perbaikan atau redesain Kebun Binatang Surabaya dengan pendekatan biophilik yang menjadi acuan dalam pengembangannya, dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada pada Kebun Binatang Surabaya.
Coworking Space dengan Konsep Pencahayaan yang Dinamis Fatimah Az-Zahro; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.34332

Abstract

Cahaya merupakan elemen arsitektur yang sangat penting. Karena dengan cahaya, persepsi dan definisi akan suatu ruangan dapat terbentuk. Terdapat dua jenis cahaya berdasarkan sumbernya, yakni cahaya alami dan cahaya buatan. Pada beberapa dekade silam, cahaya alami atau daylight menjadi suatu komponen penting dalam perancangan arsitektur. Namun dengan penemuan pencahayaan buatan, penggunaan daylight semakin ditinggalkan dan bahkan cenderung dihindari karena sulit dikendalikan. Sedangkan di sisi lain, manusia adalah organisme yang kodratnya berada di ruang luar. Sehingga dengan merasakan nuansa ruang luarlah manusia merasa seimbang secara psikologi dan secara biologi.Membahas lebih jauh mengenai ‘daylight dan arsitektur’, banyak penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh daylight terhadap pengguna bangunan. Secara keseluruhan, peneliti setuju bahwa daylight dapat meringankan stres, menjaga fokus dan konsentrasi, memperbaiki suasana hati serta produktivitas dalam beraktivitas. Variabilitas dan kontras yang dimiliki daylight bukan hanya mutlak merupakan suatu permasalahan. Kedinamisan dari kontras antara cahaya matahari dan bayangan tersebut dapat memberi arousal atau pembangkit kepada manusia. Menurut teori psikologi lingkungan, dengan adanya arousal dari lingkungannya, produktivitas manusia menjadi meningkat.Oleh karena itu, bagaimana arsitektur menghadapi dinamisasi pada daylight dan membuatnya menjadi stimulus untuk meningkatkan suasana hati serta produktivitas, namun tetap nyaman serta memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna bangunan. Selain itu, karena daylight dapat memberi sense akan waktu pada arsitektur, maka bagaimana kelak tiap saat atmosfer ruangan yang tercipta dapat merubah persepsi penggunanya bahwa ada banyak hal yang menarik dan berbeda di setiap harinya meskipun dengan rutinitas dan tempat yang sama.Metode yang digunakan adalah metode yang berkebalikan urutan tahapannya dengan metode penelitian Kynthia Chamilothori, Jan Wienold, dan Marilyne Andersen (2016) dalam menganalisa perancangan daylight pada suatu bangunan yang sudah ada.
Penerapan Pendekatan Rancang Active Design pada Perancangan Hunian Vertikal M. Sakti Akbari; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.773 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.33674

Abstract

Pada era modern, gaya hidup masyarakat mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan tersebut tentu saja memberi dampak kepada aspek lain dalam kehidupan. Masyarakat di era modern sudah terbiasa dengan kehidupan serba instan dalam kegiatan sehari-harinya. Salah satu aspek yang terkena dampak perubahan gaya hidup serba instan itu adalah aspek kesehatan. Fenomena kesehatan yang muncul dari gaya hidup tersebut adalah insufficient daily physical activity atau kurangnya jumlah aktivitas fisk harian pada masyarakat. Dilain sisi, arsitektur merupakan salah satu unsur pembentuk gaya hidup manusia tersebut. Arsitektur yang secara ilmu perilaku menjadi behaviour setting atau tempat terjadinya pola keseharian pada kehidupan manusia tentu saja memiliki peran yang besar dalam membentuk gaya hidup manusia tersebut. Dari fakta tersebut, tentu saja obyek arsitektur dapat menjadi pendorong untuk menyelesaikan fenomena perilaku tersebut. Konteks yang diambil dalam perancangan ini adalah perancangan hunian vertikal yang dapat mendorong penggunanya untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Obyek dirancang dengan pendekatan active design dan arsitektur perilaku. Penerapan pendekatan tersebut pada bangunan didukung oleh metode behaviour setting untuk mencapai tujuan dari kriteria rancang. Dari perancangan hunian vertikal ini, diharapkan obyek rancangan mampu mendorong penghuninya untuk melakukan aktivitas fisik lebih pada huniannya, yang menjadi salah satu obyek arsitektur tempat mayoritas kegiatannya berlangsung. Hal itu diharapkan mampu mengubah perilaku penghuni dan menyelesaikan permasalahan isu yang diangkat.
Arsitektur Produksi Bahan Pangan Pertanian Dengan Konsep Vertical Green House Deny Indra Prasetyo; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.994 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.34101

Abstract

Kepadatan penduduk diprediksi dimasa depan akan semakin meningkat. Kepadatan penduduk memiliki hubungan yang erat dengan kebutuhan akan pangan. Ketika kebutuhan pangan tidak dapat mengimbangi kepadatan penduduk tersebut akan berdampak terjadinya krisis ketahanan pangan. Banyak wilayah yang semakin tahun mengalami pembangunan sangat pesat dan menjadi sebuah perkotaan padat. Bidang pertanian merupakan bidang yang terkena dampaknya. Permasalahan pertanian yang diangkat adalah lahan yang semakin sempit, iklim yang semakin tidak stabil, dan ketertarikan profesi yang semakin menurun. Penulis mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut dengan sebuah desain arsitektur yang memiliki fungsi ruang untuk mencukupi ketersediaan pangan pada lingkup yang ditentukan dan berdampingan dengan fungsi ruang publik dan ruang wisata di kehidupan perkotaan pada umumnya. Pendekatan desain yang digunakan adalah green building untuk menjadikan bangunan yang berusaha menuju ramah lingkungan sebagai batasan sudut pandang mendesain dan metode desain hybrid architecture untuk mengolah konsep mengenai program secara makro, metode desain context analysis untuk mengolah konsep transformasi bentuk bangunan, dan metode ecological architecture untuk mengolah konsep elemen desain mengenai green technology yang digunakan menjadi bagian detail dari bangunan.