Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Jurnal Sains dan Seni ITS

Kampung Gajah: Penginapan Safari dengan Pendekatan Arsitektur Hijau dan Arsitektur Organik Yuniar Syahnez Muyassharah; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.334 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.27011

Abstract

Menurut penelitian WRI (World Resource Institute) 30% dari keseluruhan hutan di bumi telah hilang, sementara 20% telah terdegradasi, sedangkan sebagian besar sisanya telah terfragmentasi dan hanya menyisakan 15% hutan yang benar-benar utuh.  Taman Nasional Tesso Nilo ( TNTN ) di Riau, Indonesia, merupakan salah satu hutan yang mengalami degradasi dan fragmentasi terbesar di Indonesia. Menyusutnya luas hutan ini menyebabkan binatang-binatang kehilangan tempat tinggal dan mendatangi pemukiman manusia untuk mencari makan atau sekedar melewati wilayah yang seharusnya miliknya. Salah satu binatang yang mengalami penurunan populasi yang tinggi akibat perubahan fungsi hutan adalah gajah. Penurunan populasi ini disebabkan oleh konflik gajah dan manusia yang menyebabkan manusia membunuh gajah untuk melindungi wilayahnya. Obyek rancangan arsitektur ini diharapkan dapat menjadi media penengah pada konflik gajah dan manusia dengan cara mendekatkan gajah dan manusia. Melalui pendekatan arsitektur hijau dan arsitektur organic, obyek rancang diharapkan dapat mengurangi dampak negatif serta dapat menyatu pada lingkungan sekitarnya.
Redesain Permukiman Kumuh dengan Pendekatan Incremental Muhammad Jehan Aldilla; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.275 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26006

Abstract

Mayoritas penduduk permukiman kumuh yang tidak sehat dapat mempengaruhi kualitas masyarakat kota. Kualitas masyarakat kota yang buruk dapat menghambat pertumbuhan kota itu sendiri. Upaya dalam meningkatkan kualitas masyarakat nya dapat dilakukan dari peningkatan kualitas hunian nya. Setelah adanya peningkatan dari kualitas, sebuah hunian selayak nya dapat berkembang untuk masa depan, karena kebutuhan dari manusia yang juga ikut berkembang seiring perkembangan zaman. Peranan arsitektur pada dasarnya adalah memfasilitasi dan mengakomodasi kebutuhan dan aktivitas manusia. Melalui peranan arsitektur tersebut, obyek rancang kawasan ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dari penghuni nya dan layak digunakan sesuai standar dari Green Architecture dan dapat berkembang sesuai kebutuhan dengan metode Incremental, yang secara harafiah berarti perkembangan dimana penghuni dapat mengembangkan hunian nya sesuai kebutuhan nya sebagai jawaban permasalahan kota.
Redesain Kebun Binatang Surabaya Dengan Pendekatan Biophilic Jafni Zul Fahmi; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1057.781 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26564

Abstract

Surabaya memiliki potensi yang sangat baik pada salah satu tempat rekreasi yang merupakan asset pemerintah Surabaya saat ini. Industri pariwisata semakin berkembang dan semakin diminati. Kebun binatang merupakan objek wisata yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari seluruh lapisan usia, selain itu kebun binatang adalah satu-satunya tempat di kota yang memberikan edukasi secara langsung untuk masyarakat mengenai keragaman satwa. Kebun binatang seharusnya bisa menjadi tempat wisata yang menajdi miniatur habitat asli hewan tersebut agar unsur edukasi dan konservasi dapat tercapai dengan maksimal Kebun Binatang Surabaya memiliki luas 15 hektar dengan koleksi satwa berjumlah 2176 dengan 130 jenis satwa. Beberapa dalam kondisi stres dan sakit yang disebabkan oleh kondisi kebun binatang yang kurang baik. Masalah yang ada diantaranya zonasi, sirkulasi ruang transisi, kelayakan kandang, dan fasilitas pendukung terlihat pada Kebun Binatang ini. Sampai saat ini Kebun Binatang terus mengalami problema di dalam konteks perkembangan kawasan seperti: perkembangan kota, polusi yang semakin meningkat, dan kepadatan serta aktifitas warga kota yang meningkat, untuk itu diperlukan upaya perbaikan atau redesain Kebun Binatang Surabaya dengan pendekatan biophilik yang menjadi acuan dalam pengembangannya, dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada pada Kebun Binatang Surabaya.
Coworking Space dengan Konsep Pencahayaan yang Dinamis Fatimah Az-Zahro; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.34332

Abstract

Cahaya merupakan elemen arsitektur yang sangat penting. Karena dengan cahaya, persepsi dan definisi akan suatu ruangan dapat terbentuk. Terdapat dua jenis cahaya berdasarkan sumbernya, yakni cahaya alami dan cahaya buatan. Pada beberapa dekade silam, cahaya alami atau daylight menjadi suatu komponen penting dalam perancangan arsitektur. Namun dengan penemuan pencahayaan buatan, penggunaan daylight semakin ditinggalkan dan bahkan cenderung dihindari karena sulit dikendalikan. Sedangkan di sisi lain, manusia adalah organisme yang kodratnya berada di ruang luar. Sehingga dengan merasakan nuansa ruang luarlah manusia merasa seimbang secara psikologi dan secara biologi.Membahas lebih jauh mengenai ‘daylight dan arsitektur’, banyak penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh daylight terhadap pengguna bangunan. Secara keseluruhan, peneliti setuju bahwa daylight dapat meringankan stres, menjaga fokus dan konsentrasi, memperbaiki suasana hati serta produktivitas dalam beraktivitas. Variabilitas dan kontras yang dimiliki daylight bukan hanya mutlak merupakan suatu permasalahan. Kedinamisan dari kontras antara cahaya matahari dan bayangan tersebut dapat memberi arousal atau pembangkit kepada manusia. Menurut teori psikologi lingkungan, dengan adanya arousal dari lingkungannya, produktivitas manusia menjadi meningkat.Oleh karena itu, bagaimana arsitektur menghadapi dinamisasi pada daylight dan membuatnya menjadi stimulus untuk meningkatkan suasana hati serta produktivitas, namun tetap nyaman serta memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna bangunan. Selain itu, karena daylight dapat memberi sense akan waktu pada arsitektur, maka bagaimana kelak tiap saat atmosfer ruangan yang tercipta dapat merubah persepsi penggunanya bahwa ada banyak hal yang menarik dan berbeda di setiap harinya meskipun dengan rutinitas dan tempat yang sama.Metode yang digunakan adalah metode yang berkebalikan urutan tahapannya dengan metode penelitian Kynthia Chamilothori, Jan Wienold, dan Marilyne Andersen (2016) dalam menganalisa perancangan daylight pada suatu bangunan yang sudah ada.
Penerapan Pendekatan Rancang Active Design pada Perancangan Hunian Vertikal M. Sakti Akbari; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.773 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.33674

Abstract

Pada era modern, gaya hidup masyarakat mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan tersebut tentu saja memberi dampak kepada aspek lain dalam kehidupan. Masyarakat di era modern sudah terbiasa dengan kehidupan serba instan dalam kegiatan sehari-harinya. Salah satu aspek yang terkena dampak perubahan gaya hidup serba instan itu adalah aspek kesehatan. Fenomena kesehatan yang muncul dari gaya hidup tersebut adalah insufficient daily physical activity atau kurangnya jumlah aktivitas fisk harian pada masyarakat. Dilain sisi, arsitektur merupakan salah satu unsur pembentuk gaya hidup manusia tersebut. Arsitektur yang secara ilmu perilaku menjadi behaviour setting atau tempat terjadinya pola keseharian pada kehidupan manusia tentu saja memiliki peran yang besar dalam membentuk gaya hidup manusia tersebut. Dari fakta tersebut, tentu saja obyek arsitektur dapat menjadi pendorong untuk menyelesaikan fenomena perilaku tersebut. Konteks yang diambil dalam perancangan ini adalah perancangan hunian vertikal yang dapat mendorong penggunanya untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Obyek dirancang dengan pendekatan active design dan arsitektur perilaku. Penerapan pendekatan tersebut pada bangunan didukung oleh metode behaviour setting untuk mencapai tujuan dari kriteria rancang. Dari perancangan hunian vertikal ini, diharapkan obyek rancangan mampu mendorong penghuninya untuk melakukan aktivitas fisik lebih pada huniannya, yang menjadi salah satu obyek arsitektur tempat mayoritas kegiatannya berlangsung. Hal itu diharapkan mampu mengubah perilaku penghuni dan menyelesaikan permasalahan isu yang diangkat.
Arsitektur Produksi Bahan Pangan Pertanian Dengan Konsep Vertical Green House Deny Indra Prasetyo; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.994 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.34101

Abstract

Kepadatan penduduk diprediksi dimasa depan akan semakin meningkat. Kepadatan penduduk memiliki hubungan yang erat dengan kebutuhan akan pangan. Ketika kebutuhan pangan tidak dapat mengimbangi kepadatan penduduk tersebut akan berdampak terjadinya krisis ketahanan pangan. Banyak wilayah yang semakin tahun mengalami pembangunan sangat pesat dan menjadi sebuah perkotaan padat. Bidang pertanian merupakan bidang yang terkena dampaknya. Permasalahan pertanian yang diangkat adalah lahan yang semakin sempit, iklim yang semakin tidak stabil, dan ketertarikan profesi yang semakin menurun. Penulis mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut dengan sebuah desain arsitektur yang memiliki fungsi ruang untuk mencukupi ketersediaan pangan pada lingkup yang ditentukan dan berdampingan dengan fungsi ruang publik dan ruang wisata di kehidupan perkotaan pada umumnya. Pendekatan desain yang digunakan adalah green building untuk menjadikan bangunan yang berusaha menuju ramah lingkungan sebagai batasan sudut pandang mendesain dan metode desain hybrid architecture untuk mengolah konsep mengenai program secara makro, metode desain context analysis untuk mengolah konsep transformasi bentuk bangunan, dan metode ecological architecture untuk mengolah konsep elemen desain mengenai green technology yang digunakan menjadi bagian detail dari bangunan.
Variety Concept in Designing A Trading Area (Case Study: Dauh Puri Kangin, Denpasar City, Indonesia) Putu Bulan Ratna Anggraeni; Purwanita Setijanti; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1515.025 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v8i2.49738

Abstract

Variety is the extent to which design can give a choice of activities, types of users, functions, and meanings that occur in an environment. Feasibility of variety is fundamental in supporting the design quality of the trading area, especially in regions that have priority in developing the trading area, such as in Denpasar City. The economy of Denpasar City depends mostly on the trading sector. However, Dauh Puri Kangin, as the trade center area in the city, still has physical and non-physical problems and has not been well developed.  In getting a solution, this place needs research to find design criteria that can increase environmental variety. The study used cognitive mapping methods for data collection and qualitative assessment techniques for analysis methods. The analysis process results in the conditions of the problem and the potential related to variations in the study site. Then, it becomes a consideration in the design criteria of the trading area. From the results of the analysis, the problem that occurs in the corridor facilities is have not been able to accommodate the activities of all types of users, both regular users and users with special needs. Based on the results of the analysis, some considerations for the redesign of the area proposed several design proposals related to architectural design, landscape planning, and pedestrian facilities.
Pendekatan Biofilik untuk Mengurangi Faktor Lingkungan Pemicu Asma pada Apartemen Hana Muthiara Sari; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.619 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v8i2.47895

Abstract

Kini banyak muncul fenomena Sick Building Syndrome (SBS), sebuah kondisi medis di mana seseorang mengalami gejala penyakit atau perasaan tidak nyaman/sehat disebabkan oleh lingkungan dalam bangunan ia berada. Salah satu gejala dari SBS yang sering dijumpai yaitu asma. Asma adalah penyempitan saluran pernapasan yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan  kualitas hidup bagi penderitanya. Faktor lingkungan penyebab asma pada apartemen dari segi fisik yaitu kualitas udara yang buruk karena polutan dan debu serta ventilasi dan paparan sinar matahari yang kurang. Sedangkan dari segi psikis yaitu dimensi ruang, pencahayaan alami, dan outdoor & communal space yang kurang yang menyebabkan stres. Untuk itu digunakan pendekatan biofilik yang dapat meningkatkan health & well-being penghuni apartemen dengan menghadirkan unsur alam pada apartemen. Penerapan biofilik dalam desain berupa sirkulasi terpusat, transitional space, green façade, cross ventilation, tipe hunian dupleks, dan interior dari objek rancang.
Permeability Design pada Arsitektur Pasar Joko Sambang Safirah Azzahrah; Asri Dinapradipta
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v9i2.57031

Abstract

Relokasi merupakan salah satu strategi pemerintah dalam melakukan pengelolaan dan penataan kembali terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL). Namun dibalik proses relokasi tersebut, menimbulkan permasalahan terhadap perkembangan perekonomian kerakyatan di Mojokerto. Mulai dari kurangnya akses pasar terhadap produk yang ditawarkan, kurangnya interaksi yang dihadirkan dalam pasar tersebut, terbatasnya visibilitas pengunjung dari luar menuju ke pasar. Ketiga hal tersebut (akses, interaksi dan visibilitas) merupakan aspek penting dalam sebuah pasar. Dalam hal ini diperlukan fasilitas pasar yang dapat menjadi wadah dan sarana pedagang bagi pelaku ekonomi mikro sekaligus fungsi wisata sehingga dapat manarik minat pengunjung sekaligus meningkatkan kehidupan sosial di dalam pasar. Pendekatan permeabilitas digunakan dalam desain pasar ini, dengan tujuan untuk mengetahui rentang dimana seseorang dapat merasakan atau bergerak sesuai dengan sifat lingkungan dimana mereka berada. Adapun konsep desain ini adalah dengan mengembangkan elemen permeabilitas secara ruang, penggunaan material, dan bentuk yang saling terintegrasi untuk meningkatkan jumlah pengunjung sehingga menjadi alat konektivitas untuk meningkatkan kualitas hidup pengguna bangunan dengan mengembalikan kembali suasana perekonomian karakyatan yang harmonis.