Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

STUDI TENTANG PERBEDAAN BERAT BADAN ANTARA MANULA DENGAN KEHILANGAN GIGI-GELIGI POSTERIOR BILATERAL FREE-END DAN MANULA YANG MASIH MEMILIKI GIGI GELIGI POSTERIOR DI KELURAHAN CAMPLONG I MANU, APRI ADIARI; O. NUBATONIS, MELKISEDEK; VARIANI, RATIH
JURNAL INFO KESEHATAN Vol 12 No 1 (2014): JURNAL INFO KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.228 KB) | DOI: 10.31965/infokes.v12i1.40

Abstract

     Lose part or all of the teeth can cause emotional effects, both systemic and functional. Functional impact of tooth loss that can lead to a decrease in masticatory function and subsequently cause a lack of nutrition for the body. Loss of teeth can also affect public health and the oral cavity that will affect the overall quality of life. Decreased masticatory function can result in weight loss, as well the possibility of other factors associated with the taste of that influence appetite, reduced muscle coordination, poor physical conditions, social and economic factors, as well as food absorption factor (absorption capacity). Occlusion is less well as loss of contact back teeth causing dental occlusion can not perform optimally function in chewing which causes the difficulty and limitations of mastication. Difficulties and limitations is what makes people choose softer foods and avoid eating foods that contain lots offiber just as vegetables and fruits. Difficulty in chewing food semakain increase along with the increasing number of missing teeth, especially in theposterior part.      This research is analytic study with cross-sectional design to describe the weight ratio between the Seniors with loss of Posterior Teeth Bilateral Free-End and Seniors who still have teeth Posterior aged 60-75. The population in this study were all people aged 60-75 years who have lost posterior teeth Bilateral Free-end and which still has a posterior teeth in the village Camplong I. The samples in this study were taken with Consecutive sampling method. The sample size in this study are 28 people with the details; Group I: sample totaled 13 and Group II: sample totaled 15 people.     The results of this study are: when a soft-textured food consumed then there is no difference in the average weight loss in the elderly with teeth posterior free-end and seniors who still have a posterior teeth. When the hard-textured food consumed then there is the difference in average Weight loss in the elderly with posterior teeth free-end and seniors who still have a posterior teeth.
Perilaku Pencarian Pengobatan Penyakit Gigi pada Masyarakat Apri Adiari Manu; Antonius Radja Ratu
Dental Therapist Journal Vol. 1 No. 1 (2019): Dental Therapist Journal
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.108 KB) | DOI: 10.31965/dtj.v1i1.353

Abstract

Abstract: Search behavior of dental disease treatment in society. Tooth decay can cause pain and chewing disorders that affect the health of parts of the body. Most sufferers will seek treatment because of pain in their teeth. treatment includes three interrelated sectors, namely household medicine/self-medication using drugs, traditional medicines, or traditional methods, medical treatment done by nurses, doctors, health centers or hospitals, and traditional medicine. The purpose of this study is to obtain in-depth information about the factors that cause the behavior of the people of Kupang to choose traditional medicine or self-medication. This research uses the Rapid Assessment Procedure (RAP) design. The sample in this study were informants who were experiencing or had experienced toothache aged 18 years and over. The results showed that almost all Informants (10) knew what dental caries was and the causes of dental caries, knew the risk of tooth cavities were left and not patched and knew that dental caries/cavities could only be overcome by going to the community health centers to be patched at the Poly tooth. Perceptions of traditional medicine informants assume that traditional medicine can treat pain only temporarily. Perception of Modern Medicine, most informants had visited the 9 health centers, the informants considered that the problem of toothache could be overcome by going to the health center for treatment. 7 of 9 informants had treated their teeth by using traditional or modern medicine, 3 out of 9 The informant assumed that his tooth problems were not resolved because his sick teeth had recurred after being patched. The cost of treatment at the community health centers is not an obstacle for informants because almost all informants use health cards / BPJS. 4 The informant considers that the transportation costs incurred from the place of residence to the community health centers are quite expensive. Abstrak: Perilaku Pencarian Pengobatan Penyakit Gigi pada Masyarakat. Kerusakan gigi dapat menyebabkan sakit dan gangguan mengunyah sehingga memengaruhi kesehatan bagian tubuh. Sebagian besar penderita akan mencari pengobatan karena nyeri pada giginya. pengobatan mencakup tiga sektor yang saling terkait, yaitu pengobatan rumah tangga/ pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional, atau cara tradisional, pengobatan medis yang dilakukakan oleh perawat, dokter, puskesmas atau rumah sakit, serta pengobatan tradisional. Tujuan penelitian ini adalah Untuk memperoleh informasi mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan perilaku masyarakat kota Kupang memilih pengobatan tradisional atau melakukan pengobatan sendiri. Penelitian ini menggunakan desain Rapid Assessment Procedure (RAP). Sampel dalam penelitian ini adalah informan yang sedang mengalami atau pernah mengalami sakit gigi yang berusia 18 tahun ke atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua Informan (10) mengetahui apa itu karies gigi dan penyebab terjadinya karies gigi, mengetahui resiko bila lubang gigi dibiarkan dan tidak ditambal dan mengetahui bahwa karies gigi/lubang gigi hanya dapat diatasi dengan cara pergi ke Puskesmas untuk ditambal di Poli gigi. Persepsi terhadap pengobatan tradisional informan menganggap bahwa obat tradsional dapat mengatasi rasa sakit hanya untuk sementara. Persepsi terhadap Pengobatan Modern sebagian besar informan pernah berkunjung ke Puskesmas 9 informan menganggap bahwa permasalahan sakit gigi dapat di atasi dengan pergi ke Puskesmas untuk dilakukan perawatan, 7 Informan dari 9 Informan tersebut pernah mengobati giginya sendiri dengan mengguunakan obat tradisional ataupun obat modern, 3 dari 9 Informan tersebut menganggap bahwa permasalahan giginya tidak teratasi karena giginya yang sakit kambuh lagi setelah di tambal. Biaya berobat di puskesmas tidak menjadi hambatan bagi informan Karena hampir semua Informan menggunakan kartu sehat/ BPJS. 4 Informan menganggap bahwa biaya transportasi yang dikeluarkan dari tempat tinggal sampai di puskesmas cukup mahal.
Perbedaan Tingkat Kejadian Karies Gigi (DMF-T) antara Laki-Laki dan Perempuan Usia 12-14 Tahun Maria Mediatris Mbipa; Mery Novaria Pay; Apri Adiari Manu; Melkisedek O. Nubatonis
Dental Therapist Journal Vol. 1 No. 1 (2019): Dental Therapist Journal
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.48 KB) | DOI: 10.31965/dtj.v1i1.355

Abstract

Abstract: Differences in the incidence rate of dental caries (DMF-T) between men and women aged 12-14 years. Dental and oral health is the well-being of the oral cavity which enables a person to communicate effectively, enjoy various foods, be confident, and improve a better quality of life. Poor dental and oral health can result in disruption of masticatory function due to tooth malfunction. One form of tooth decay is dental caries. The purpose of this study was to determine the incidence of dental caries (DMF-T) between men and women in children aged 12-14 years at SMPN 10 Kota Kupang. This study uses a descriptive study that describes the incidence of dental caries between men and women aged 12-14 years in SMP Negeri 10 Kota Kupang. A sample of 66 people was taken 100% of the population. The results showed as many as 66 children as respondents consisting of 33 male respondents as many as 18 children affected by caries with very low criteria, while 33 female respondents were only 13 children with moderate criteria. It was concluded that the incidence rate of dental caries in boys was very low and the rate of dental caries in girls was moderate. Abstrak: Perbedaan Tingkat Kejadian Karies Gigi (DMF-T) antara Laki-Laki dan Perempuan Usia 12-14 Tahun. Kesehatan gigi dan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif, menikmati berbagai makanan, percaya diri dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kesehatan gigi dan mulut yang buruk dapat mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan yang disebabkan karena tidak berfungsinya gigi. Salah satu bentuk dari kerusakan gigi adalah karies gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kejadian karies gigi (DMF-T) antara laki-laki dan perempuan pada anak usia 12-14 tahun di SMPN 10 Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu menggambarkan tingkat kejadian karies gigi antara laki-laki dan perempuan usia 12-14 tahun di SMP Negeri 10 Kota Kupang. Sampel berjumlah 66 orang diambil 100% dari populasi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 66 anak sebagai responden yang terdiri dari 33 responden laki-laki sebanyak 18 anak terkena karies dengan kriteria sangat rendah, sedangkan 33 responden perempuan hanya 13 anak dengan kriteria sedang. Disimpulkan bahwa tingkat kejadian karies gigi pada anak laki-laki termasuk kriteria sangat rendah dan tingkat kejadian karies gigi pada anak perempuan termasuk kriteria sedang. Kesehatan gigi dan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif, menikmati berbagai makanan, percaya diri dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kesehatan gigi dan mulut yang buruk dapat mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan yang disebabkan karena tidak berfungsinya gigi. Salah satu bentuk dari kerusakan gigi adalah karies gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kejadian karies gigi (DMF-T) antara laki-laki dan perempuan pada anak usia 12-14 tahun di SMPN 10 Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu menggambarkan tingkat kejadian karies gigi antara laki-laki dan perempuan usia 12-14 tahun di SMP Negeri 10 Kota Kupang. Sampel berjumlah 66 orang diambil 100% dari populasi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 66 anak sebagai responden yang terdiri dari 33 responden laki-laki sebanyak 18 anak terkena karies dengan kriteria sangat rendah, sedangkan 33 responden perempuan hanya 13 anak dengan kriteria sedang. Disimpulkan bahwa tingkat kejadian karies gigi pada anak laki-laki termasuk kriteria sangat rendah dan tingkat kejadian karies gigi pada anak perempuan termasuk kriteria sedang.
Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kejadian Karies Noviad Presli Tanu; Apri Adiari Manu; Christina Ngadilah
Dental Therapist Journal Vol. 1 No. 1 (2019): Dental Therapist Journal
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.161 KB) | DOI: 10.31965/dtj.v1i1.357

Abstract

Abstract: Correlation between toothbrushing frequency and caries incidence rate. Dental and oral health is part of the health of the body that can not be separated from one another because the health of teeth and mouth will affect the health of the body. Maintenance of dental and oral hygiene is one of the efforts to improve oral health. Therefore, oral health is very important in supporting the health of one's body. Brushing teeth is cleaning teeth from food particles, plaque, bacteria, and reducing the discomfort of unpleasant odors and tastes. The habit of brushing your teeth is an activity or routine in terms of cleaning teeth from food scraps to maintain the cleanliness and health of teeth and mouth. Based on the results of research on the relationship of the frequency of brushing teeth with a caries incidence rate in class VII students of SMP Negeri 3 Fatuleu as many as 62 people consisting of 23 men and 39 women, the examination results (DMF-T) in grade VII students compared with the National standard average ≤ 2.0. Based on the results of the study showed that respondents who brush their teeth once a day are 55 people with a percentage of 89% and respondents who brush their teeth twice a day are as many as 7 people with a percentage of 11%. Based on the results of the study showed that the number of respondents who brushed teeth once a day was 55 people with 78 teeth caries, while the number of respondents brushed twice a day was 7 people with 8 teeth caries. Abstrak: Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kejadian Karies. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab ksehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan sala satu upaya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang. Menyikat gigi adalah membersihkan gigi dari partikel makanan, plak, bakteri, dan mengurangi ketidaknyamanan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Kebiasaan menyikat gigi merupakan suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisa–sisa makanan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi Dengan Tingkat Kejadian Karies pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Fatuleu sebanyak 62 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 23 orang dan perempuan sebanyak 39 orang, Hasil pemeriksaan (DMF-T) pada siswa kelas VII dibandingkan dengan rata-rata standar Nasional ≤ 2,0. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang menyikat gigi 1X sehari sebanyak 55 orang dengan persenrate sebesar 89% dan responden yang menyikat gigi 2X sehari yaitu sebanyak 7 orang dengan persentase 11%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden yang menyikat gigi 1X dalam sehari sebanyak 55 orang dengan jumlah gigi yang berkaries sebanyak 78 gigi, sedangkan jumlah responden yang menyikat gigi 2X sehari sebanyak 7 orang dengan jumlah gigi yang berkaries sebanyak 8 gigi.
Motivasi Berobat Gigi pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Gigi Yohanes Audes Toni Werang; Manginar Sidabutar; Apri Adiari Manu; Ratih Variani
Dental Therapist Journal Vol. 1 No. 2 (2019): Dental Therapist Journal
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.885 KB) | DOI: 10.31965/dtj.v1i2.448

Abstract

Abstract: Motivation for dental treatment in patients visiting dental poly. Motivation is an impulse arising from within or from outside a person or individual that causes the person or individual to want to do something activity to achieve the goal. Motivation is also said to be an incentive to give strength in taking action for self-interest as we know it around us, most people are not aware that it is important to take care of health, especially dental and oral health, especially when they have to go to a health center or other health services. From the results of research at the Tarus Public Health Center in Kupang Tengah Subdistrict, Kupang Regency, there are several motivational criteria, namely intrinsic motivation, extrinsic motivation and a combination of intrinsic motivation and extrinsic motivation which results in dental treatment motivation of patients visiting the Tarus Public Health Center Dental Clinic in Kupang Tengah District, Kupang Regency. Where this motivation is drawn based on the percentage shown in the diagram. Intrinsic motivation is 90% and extrinsic motivation is 73%. And the motivation for dental treatment is 77%. Other extrinsic motivational factors that support the treatment of patients in the Dental Clinic of Tarus Public Health Center, Kupang Tengah District, Kupang Regency include supporting facilities, as well as the presence of dentists who are very instrumental in making decisions in diagnosing and curative, rehabilitative measures. As for health insurance such as BPJS, KIS, ASKES, National Health Insurance (JKN), thus supporting patient motivation for treatment, especially teeth and mouth. Abstrak: Motivasi Berobat Gigi pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Gigi. Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang atau individu yang menyebabkan orang atau idividu tersebut mau melakukan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan. Motivasi juga dikatakan sebagai pendorong untuk memberikan kekuatan dalam melakukan suatu tindakan untuk kepentingan diri seperti yang kita ketahui disekitar kita, sebagian besar masyarakat belum sadar bahwa pentingnya menjaga kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut, apalagi sampai harus berobat ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainya. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang, ada beberapa kriteria motivasi yakni motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik serta gabungan dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dimana menghasilkan motivasi berobat gigi pasien yang berkunjung pada Poli Gigi Puskesmas Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Dimana motivasi ini tergambar berdasarkan persentase yang di tunjukkan pada diagram. Motivasi intrinsik 90% dan motivasi ekstrinsik 73%.serta motivasi berobat gigi sebesar 77%. Adapun faktor pendorong motivasi ekstrinsik lainnya yang mendukung pengobatan pasien pada Poli Gigi Puskesmas Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang di antaranya, fasilitas yang mendukung, serta keberadaan dokter gigi yang sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam mendiagnosa maupun tindakan kuratif, rehabilitatif. Adapun jaminan kesehatan seperti BPJS, KIS, ASKES, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sehingga mendukung motivasi pasien untuk melakukan pengobatan khususnya gigi dan mulut.
Peran Orang Tua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Maria Rosina Manbait; Ferdinan Fankari; Apri Adiari Manu; Emma Krisyudhanti
Dental Therapist Journal Vol. 1 No. 2 (2019): Dental Therapist Journal
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.655 KB) | DOI: 10.31965/dtj.v1i2.452

Abstract

Abstract: The Role of Parents in the Maintenance of Dental and Mouth Health. Dental health education must be introduced as early as possible to children so they can know how to maintain oral and dental health properly. The active role of parents in the development of children is very necessary when they are still under preschool age. The active role of parents in question is to guide, provide understanding, remind, and provide facilities to children. Preschoolers cannot maintain their health properly and effectively, so parents must keep an eye on this procedure continuously. The purpose of this study was to determine the general description of the role of parents of Rosa Mystica Liliba Kupang kindergartens in maintaining oral health. This type of research is a descriptive study describing the role of parents of Rosa Mystica Liliba Kupang kindergartens in maintaining oral health regarding the regulation of children's eating diets, how to brush their teeth properly, and control dental health. This research method is descriptive research. The results of this study indicate the role of parents in regulating dietary foods including moderate criteria, how to brush teeth properly including good criteria and control of oral health including good criteria. Overall, the role of parents of kindergarten children Rosa Mystica Liliba in maintaining oral health has good criteria. The conclusion of this study is the role of parents of Rosa Mystica Liliba Kindergarten children in maintaining oral health is good but the right action has not been implemented so that the average dental caries of children is still high namely 4 carious teeth. Abstrak: Peran Orang Tua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut. Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin kepada anak agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak sangat diperlukan pada saat mereka masih berada dibawah usia prasekolah. Peran aktif orang tua yang dimaksud adalah membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak. Anak usia prasekolah tidak dapat menjaga kesehatan nya secara benar dan efektif maka orang tua harus mengawasi prosedur ini secara terus-menerus. Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui gambaran umum peran orang tua anak TK Rosa Mystica Liliba Kupang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan peran orang tua anak TK Rosa Mystica Liliba Kupang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut mengenai pengaturan diet makan anak, cara menyikat gigi yang baik dan benar dan kontrol kesehatan gigi. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil Penelitian ini menunjukkan peran orang tua dalam pengaturan diet makanan termasuk kriteria sedang, cara menyikat gigi yang baik dan benar termasuk kriteria baik dan kontrol kesehatan gigi dan mulut termasuk kriteria baik. Secara keseluruhan peran orang tua anak TK Rosa Mystica Liliba dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut mendapat kriteria baik. Simpulan dari penelitian ini adalah peran orang tua anak TK Rosa Mystica Liliba dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sudah baik namun tindakan yang tepat belum terlaksana sehingga rata-rata karies gigi anak masih tinggi yakni 4 gigi berkaries.
STUDI TENTANG PERBEDAAN BERAT BADAN ANTARA MANULA DENGAN KEHILANGAN GIGI-GELIGI POSTERIOR BILATERAL FREE-END DAN MANULA YANG MASIH MEMILIKI GIGI GELIGI POSTERIOR DI KELURAHAN CAMPLONG I APRI ADIARI MANU; MELKISEDEK O. NUBATONIS; RATIH VARIANI
JURNAL INFO KESEHATAN Vol 12 No 1 (2014): JURNAL INFO KESEHATAN, HALAMAN 500 - 709, ISSN 0216-504X, JUNI
Publisher : Research and Community Service Unit, Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.228 KB)

Abstract

Lose part or all of the teeth can cause emotional effects, both systemic and functional. Functional impact of tooth loss that can lead to a decrease in masticatory function and subsequently cause a lack of nutrition for the body. Loss of teeth can also affect public health and the oral cavity that will affect the overall quality of life. Decreased masticatory function can result in weight loss, as well the possibility of other factors associated with the taste of that influence appetite, reduced muscle coordination, poor physical conditions, social and economic factors, as well as food absorption factor (absorption capacity). Occlusion is less well as loss of contact back teeth causing dental occlusion can not perform optimally function in chewing which causes the difficulty and limitations of mastication. Difficulties and limitations is what makes people choose softer foods and avoid eating foods that contain lots offiber just as vegetables and fruits. Difficulty in chewing food semakain increase along with the increasing number of missing teeth, especially in theposterior part. This research is analytic study with cross-sectional design to describe the weight ratio between the Seniors with loss of Posterior Teeth Bilateral Free-End and Seniors who still have teeth Posterior aged 60-75. The population in this study were all people aged 60-75 years who have lost posterior teeth Bilateral Free-end and which still has a posterior teeth in the village Camplong I. The samples in this study were taken with Consecutive sampling method. The sample size in this study are 28 people with the details; Group I: sample totaled 13 and Group II: sample totaled 15 people. The results of this study are: when a soft-textured food consumed then there is no difference in the average weight loss in the elderly with teeth posterior free-end and seniors who still have a posterior teeth. When the hard-textured food consumed then there is the difference in average Weight loss in the elderly with posterior teeth free-end and seniors who still have a posterior teeth.
Gambaran Angka Performed Treatment Index (PTI), Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perawatan Gigi Berlubang Pada Murid Kelas IV Dan V Di SD Oeletsala Kabupaten Kupang : Gambaran Angka Performed Treatment Index (PTI), Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perawatan Gigi Berlubang Pada Murid Kelas IV Dan V Di SD Oeletsala Kabupaten Kupang Ratih Variani; Applonia Leu Obi; Apri Adiari Manu; Manginar Sidabutar; Risty Bengu
Ahmar Metastasis Health Journal Vol. 2 No. 1 (2022): Ahmar Metastasis Health Journal
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53770/amhj.v2i1.99

Abstract

ABSTRACT Introduction: Dental caries can be repaired by filling the teeth so that the teeth can return to their original shape and function properly. The low level of public awareness for filling their own teeth can be influenced by various factors including knowledge and attitudes. One of the targets of the Ministry of Health in the field of dental health is to increase the range of filling services, namely the PTI (Performed Treatment Index) reaching a minimum of 50%, which illustrates a person's motivation to fill cavities in order to maintain their permanent teeth. This study aims to describe the PTI rate, knowledge and attitude towards dental care in grades IV and V at SD Oeletsala in Kupang Regency. This type of research is descriptive research, with a total sample of 30 people with the total population sampling method. The instrument in this study used PTI examination sheets and questionnaires. The results of this study are respondents' knowledge about dental cavities which is included in the good criteria with a percentage of 66.67%, while the attitude of the respondents towards Treatment for cavities is included in the sufficient criteria with a percentage of 83%. The PTI number is 0 where this number illustrates that none of the cavities have been filled. Even though the knowledge is good, the respondent's attitude towards the treatment of cavities shows that the attitude itself is not yet an action or activity, but is a predisposition to the action of a behavior. This is supported by the PTI figure which is still 0 and has not yet reached the national target of at least 50%.   ABSTRAK Pendahuluan: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan Karies gigi dapat diperbaiki dengan melakukan penambalan gigi agar gigi bisa kembali pada bentuk semula dan dapat berfungsi dengan baik. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menambal gigi sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pengetahuan dan sikap. Salah satu sasaran Kementerian Kesehatan di bidang kesehatan gigi adalah peningkatan jangkauan pelayanan tumpatan yaitu PTI (Performed Treatment Index) mencapai minimal 50% dimana hal ini menggambarkan motivasi seseorang untuk menambal giginya yang berlubang untuk mempertahankan gigi tetapnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran angka PTI, pengetahuan dan sikap terhadap perawatan gigi berlubang pada murid kelas IV dan V di SD Oeletsala yang ada di Kabupaten Kupang. Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif, dengan jumlah sampel berjumlah 30 orang dengan metode pengambilan sampel total populasi.  Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar pemeriksaan PTI dan kuisioner. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan responden tentang perawatan gigi berlubang termasuk dalam kriteria baik dengan persentase sebesar 66,67%, sedangkan sikap responden terhadap perawatan gigi berlubang termasuk dalam kriteria cukup dengan persentase sebesar 83%. Untuk angka PTI adalah 0 dimana angka ini menggambarkan belum ada satupun gigi yang berlubang sudah ditambal. Meskipun pengetahuan baik, akan tetapi sikap responden yang cukup terhadap perawatan gigi berlubang menunjukkan bahwa sikap sendiri belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku. Hal ini didukung dengan angka PTI yang masih 0 dan belum mencapai target nasional yaitu minimal 50%.
Hubungan Sarana Prasarana dengan Perilaku Perawat Gigi dalam Upaya Pencegahan Infeksi Silang di Puskesmas Pulau Timor Barat Antonius Radja Ratu; Apri Adiari Manu
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 9: Agustus
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sarana prasarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sarana prasarana pelayanan kesehatan adalah sarana prasarana yang menyediakan bentuk pelayanan yang sifatnya lebih luas daripada bidang klinik, yaitu bersifat promotif, preventif dan rehabilitative. Ketersediaan sarana prasarana pencegahan dan pengendalian infeksi sebagai penunjang upaya pencegahan infeksi silang. Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber daya dapat mempengaruhi perilaku. Kondisi pelaksanaan Universal Precaution di Puskesmas belum berjalan dengan 100% oleh karena kurang tersedianya kelengkapan alat kesehatan gigi sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya risiko infeksi nosokomial di Puskesmas dan lingkungan sekitarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik, Sampel dalam penelitian ini adalah perawat gigi yang kesehatan yang secara fungsional di Puskesmas Wilayah pulau Timor barat. Instrument penelitian menggunakan daftar Tilik dan format wawancara Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku perawat gigi dalam upaya pencegahan infeksi silang silang di Puskesmas Wilayah Pulau Timor Barat.
Hubungan Sarana Prasarana dengan Perilaku Perawat Gigi dalam Upaya Pencegahan Infeksi Silang di Puskesmas Pulau Timor Barat Antonius Radja Ratu; Apri Adiari Manu
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 9: Agustus
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.156 KB)

Abstract

Sarana prasarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sarana prasarana pelayanan kesehatan adalah sarana prasarana yang menyediakan bentuk pelayanan yang sifatnya lebih luas daripada bidang klinik, yaitu bersifat promotif, preventif dan rehabilitative. Ketersediaan sarana prasarana pencegahan dan pengendalian infeksi sebagai penunjang upaya pencegahan infeksi silang. Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber daya dapat mempengaruhi perilaku. Kondisi pelaksanaan Universal Precaution di Puskesmas belum berjalan dengan 100% oleh karena kurang tersedianya kelengkapan alat kesehatan gigi sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya risiko infeksi nosokomial di Puskesmas dan lingkungan sekitarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik, Sampel dalam penelitian ini adalah perawat gigi yang kesehatan yang secara fungsional di Puskesmas Wilayah pulau Timor barat. Instrument penelitian menggunakan daftar Tilik dan format wawancara Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku perawat gigi dalam upaya pencegahan infeksi silang silang di Puskesmas Wilayah Pulau Timor Barat.