Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

ASPEK SPIRITUAL NARAPIDANA NARKOBA YANG MENJALANI MASA TAHANAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN Mariah, Lukita; Manurung, Idawati; Halim, Abdul
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik Vol 9, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Bandar Lampung Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.334 KB)

Abstract

Masa tahanan adalah masa dimana narapidana ditahan di dalam lembaga permasyarakatan (Lapas). Semakin lama ditahan ada kemungkinan semakin baik karena mendapat bimbingan spritual tetapi juga bisa juga semakin jauh dari kehidupan yang religius. Berdasarkan pre survei terhadap 20 narapidana,  35% narapidana mengatakan beribadah bukan atas kesadaran diri sendiri, 64% ibadah dengan tidak teratur, 28,57% tidak khusuk beribadah, dan 64% tidak selalu membaca kitab suci agama mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan lama menjalani masa tahanan dengan aspek spiritul di Lembaga Permasyarakatan. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif komparatif, populasi adalah tahanan kasus narkoba dengan sampel sejumlah 67 orang. Alat pengumpul data menggunakan lembar kuesioner, dan metode analisa yang digunakan adalah uji beda 2 mean atau uji T-Test. Hasil rata-rata tingkat aspek spiritual narapidana yang ≤1  tahun 0,61,  lebih besar dibandingkan  narapidana ≥ 1 yaitu 0,55.  Hasil analisa bivariat menunjukkan  hasil p=0.66, jadi  tidak ada perbedaan aspek spiritual pada narapidana yang menjalani masa tahanan belum lama  (≤1  tahun) dengan yang  sudah lama (>1 tahun). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada peningkatan spiritual setelah menjalani masa tahanan yang lama. Saran dari penelitian ini untuk lembaga pemasyarakatan untuk dapat lebih meningkatkan kegiatan keagamaan.
Interaksi Sosial Anak Berkonflik Hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung Dedek Saiful Kohir; Idawati Manurung; Yuliati Amperaningsih
JPKM: Jurnal Profesi Kesehatan Masyarakat Vol 3, No 1: April 2022
Publisher : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47575/jpkm.v3i1.293

Abstract

Tujuan khusus riset ini adalah mengetahui data demografi, perubahan interaksi dan perilaku sosial anak. Metoda riset ini yaitu deskriptif, kuatitatif dan kualitatif. Hasil riset menunjukkan paling banyak anak berpendidikan SMP, status pelajar dan vonis berat. Bentuk interaksi sosial asosiatif dan disosiatif tidak banyak berubah walaupun sudah lama menjalani masa tahanan. Berdasarkan wawancara, mereka menyatakan berubah karena ada peraturan, pengawasan dan tatanan kehidupan di lapas. Kesimpulannya, perilaku sosial tidak banyak menunjukan perubahan ke arah perilaku baik. Sebaiknya perubahan bentuk interaksi sosial dan perilaku bukan karena adanya peraturan dan pengawasan tetapi memang karena anak itu sudah menyadari bahwa dia harus berubah. Saran, pembinaan seharusnya menyertakan konseling individu dan kelompok yang mengarah kepada pembinaan mental dan interaksi sosial secara individu, menambah pengetahuan dan keterampilan dalam membina anak-anak. Pembinaan di lapas harus diubah menjadi suasana yang aman, nyaman, bisa membuat anak bertumbuh dan berkembang baik.
TERAPI KELOMPOK PENINGKATAN KEMAMPUN INTERAKSI SOSIAL PADA WARGA BINAAN LEMBAGA PERMASYARAKATAN DI BANDAR LAMPUNG Idawati Manurung, Yuliati Amperaningsih, Dedek Saiful Kohir
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sakai Sambayan Vol 4 No 3 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jss.v4i3.202

Abstract

Abstrak Pembinaan psiko sosial belum dilakukan secara terstruktur dan terprogram aspek ini dibiarkan saja dan bila ada keluhan, hanya ditanggapi dengan nasehat, belum adanya program terapi kelompok yang meningkatkan interaksi sosial individu. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen Politeknik Kesehatan Tanjungkarang di bertujuan untuk memulihkan kemampuan interaksi sosial warga binaan dengan terapi kelompok. Terapi kelompok dilakukan sebanyak 6 sesi kepada 40 warga binaan yang terbagi dalam 4 kelompok. Kesimpulan kegiatan ini adalah terapi kelompok pada warga binaan ini sangat baik dilakukan karena menunjukkan adanya peningkatan kemampuan interaksi sosial semakin meluasrnya kemampuan asertif digunakan dalam kehidupan sehari-hari di lapas. Saran kami adalah kegiatan ini tetap dilakukan lapas dengan menggiatkan program rehabilitasi mental baik secara individu maupun kelompok. Kali ini yang diperlukan adalah pelatihan bagi petugas lapas, baik yang bertugas pada pengawasan maupun pembinaan. Warga binaan yang sudah dilatih, dipilih menjadi kader-kader jiwa yang bisa membantu mengatasi masalah psikososial warga binaan di bloknya.
Pijat Kaki dengan Losion Magnesium Menurunkan Stres Narapidana Perempuan Giri Udani; Idawati Manurung; Yulyuswarni Yulyuswarni
Jurnal Kesehatan Vol 12, No 3 (2021): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v12i3.2726

Abstract

Prisoners experience stress during detention, and this stress must be removed so that the behavior and mentality of prisoners can be quickly restored. Foot massage is one of the non-pharmacological therapies in stress management, which makes individuals more relaxed and able to avoid excessive stress reactions such as headaches, insomnia, anxiety, physical and mental fatigue. Magnesium is a mineral that plays an important role in the body's metabolism. Magnesium deficiency can cause migraines, insomnia, leg cramps, anxiety, arrhythmias, diabetes mellitus, and hypertension. Foot massage with magnesium lotion is expected to provide a relaxing effect as well as magnesium intake so that it can overcome the stress experienced by prisoners. This study aims to determine the effect of foot massage magnesium lotion on the stress level of female prisoners. The research method is a quantitative quasi-experimental design with a pre-test-post-test approach on 120 female prisoners by comparing stress levels before and after doing foot massage with magnesium lotion for 14 days. Foot massage with magnesium lotion is done independently. Based on the results of the study, there was a significant difference between stress levels before and after the intervention, there was no significant difference between the stress levels of respondents who had long been detained and those who had just been detained. Multivariate analysis showed that the main factor in stress levels was the sentence period. Foot massage using magnesium lotion is a supporter of reducing stress levels. This therapy should still be done because it helps reduce stress and is carried out independently by prisoners.
Pengaruh Back Rub Terhadap Nyeri Punggung Dan Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester III Nawati Nawati; Ningning Sriningsih; Yuliati Amperaningsih; Idawati Manurung
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 6 (2022): Volume 4 Nomor 6 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.993 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i6.6791

Abstract

ABSTRACT Pregnant women in the third trimester often experience back pain due to physiological changes in the enlargement of the abdomen and fetus that put pressure on the muscles, bones, joints, resulting in sleep disturbances and poor sleep quality. The purpose of this study was to determine the effect of Back rub on back pain and sleep quality of third trimester pregnant women. The research location is at the Bogor City Health Center. This type of quantitative research uses a quasi-experimental method with a pre post test approach with control group design. Respondents, third trimester pregnant women were 30 people in the intervention group and 30 people in the control group. sampling method using purposive sampling. The results, back rub did reduce back pain and improve the quality of sleep and health education programmed and structured to help pregnant women understand and make it easier to apply information at home. The researcher's suggestion is that health education programs and back rub knowledge must be taught to pregnant women from the beginning of pregnancy, every time pregnancy control is at the Puskesmas Keywords: back rub, back pain, sleep quality ABSTRAK Ibu hamil trimester ke III sering mengalami nyeri punggung karena perubahan fisiologis pembesaran perut dan janin yang menekan otot, tulang, sendi sehingga mengakibatkan gangguan tidur dan tidurnya menjadi tidak berkualitas. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Back rub terhadap nyeri punggung dan kualitas tidur ibu hamil trimester III. Lokasi penelitian di Puskesmas Wilayah Kota Bogor.  Jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan metoda kuasi eksperimen dengan pendekatan pre post test with control group desain. Responden, ibu hamil trimester tiga berumlah 30 orang kelompok intervensi dan 30 orang kelompok kontrol. metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil, back rub memang menurunkan nyeri punggung dan meningkatkan kualitas tidur dan pendidikan kesehatan yang terprogram dan terstruktur membantu ibu hamil mengerti dan memudahkan untuk menerapkan informasi di rumah. Saran peneliti adalah program pendidikan kesehatan dan pengetahuan back rub wajib diajarkan pada ibu-ibu hamil sejak awal kehamilan, setiap kali kontrol kehamilan ke Puskesmas. Kata Kunci: Back Rub, Nyeri Punggung, Kualitas Tidur
Hubungan Komunikasi Perawat Dan Dokter Dengan Kinerja Perawat Perioperatif Margareta Linda Puji Rahayu; Idawati Manurung; Merah Bangsawan; Yuni Astini
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 6 (2022): Volume 4 Nomor 6 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.566 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i6.6585

Abstract

ABSTRACT Nurses and doctors really expect good collaboration in their daily work and this shows strong interprofessional interaction and collaboration. Until now, the communication between nurses and doctors has not reached a good level. The purpose of this study was to determine the relationship between nurse and doctor communication with perioperative nurse performance.  The research design was cross-sectional, quantitative analytic using total sampling technique, namely perioperative nurses 60 respondents at Yukum Medical Center Hospital, Lampung 2021. Statistical test with chi square test. The results of this study indicate that the average value of nurse and doctor communication and the average performance of nurses, were good, there was a relationship between nurse-doctor communication with nurse performance, with a p value of 0.00, with  OR,  45. In conclusion, there was  relationship between nurse-physician communication with perioperative nurse performance. More better communication nurse-doctor, more opportunities for better nurse performance. Good communication between nurses and doctors will provide a good working atmosphere and this will further improve the performance of nurses. Suggestions, improvement of nurse doctor communication is done by prioritizing verbal and direct communication. Communication via telephone and social media should only be supportive and of an emergency nature and immediately followed up with direct verbal communication. Improved non-verbal communication in interprofessional collaborative practice can be enhanced by application of integrated patient progress records or documentation. Keywords: Communication, Nurse, Doctor, Performance ABSTRAK Perawat dan dokter sangat mengharapkan kerjasama yang baik dan dalam kerja sehari-hari dan ini menunjukkan interaksi dan kolaborasi antar interprofesioanl yang kuat. Komunikasi antara perawat dan dokter sampai saat ini belum sampai taraf yang baik. Tujuan dari penelitian ini mengetahui hubungan komunikasi perawat dan dokter dengan kinerja perawat perioperatif. Desain penelitian analitik crosssectional, kuantitatif dengan menggunakan teknik total sampling, yaitu perawat perioperatif 60 responden di Rumah Sakit Yukum Medical Center, Lampung 2021. Uji statistika dengan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata nilai komunikasi perawat dan dokter baik dan rata-rata kinerja perawat, ada hubungan antara komunikasi perawat-dokter dengan kinerja perawat, dengan nilai p value 0.00, dengan OR 45. Kesimpulan, ada hubungan antara Komunikasi perawat-dokter dengan kinerja perawat perioperatif. semakin baik komunikasi, semakin membuat peluang kinerja perawat baik. Komunikasi yang baik antara perawat-dokter akan memberi suasana kerja baik dan ini akan semakin meningkatkan kinerja perawat. Saran, perbaikan komunikasi perawat dokter dilakukan dengan lebih memprioritaskan komunikasi verbal dan langsung. Komunikasi melalui telepon dan media sosial sebaiknya hanya penunjang dan bersifat darurat dan segera ditindaklanjuti dengan komunikasi verbal secara langsung. Peningkatan komunikasi dalam non verbal dalam praktik kolaborasi interprofesional dapat ditingkatkan dengan penerapan catatan perkembangan pasien terintegrasi atau dokumentasi. Kata Kunci: Komunikasi, Perawat, Dokter, Kinerja
Pembentukan Konseling Kelompok Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan di Bandar Lampung Idawati Manurung; Yuliati Amperaningsih; Dedek Saiful Kohir
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 6 (2022): Volume 5 No 6 Juni 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i6.6247

Abstract

 ABSTRAK Pembinaan mental di lembaga pemasyarakatan harus dilaksanakan, tetapi bila hanya mengandalkan konseling individu tentu sulit, oleh karena itu Konseling kelompok sangat dibutuhkan karena jumlah staf lapas bila dibandingkan dengan jumlah warga binaan sangat tidak seimbang. Keterampilan menjadi pembimbing konseling kelompok, sebaiknya dimiliki staf lapas sebagai alternatif pembinaan mental dan perilaku. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan membentuk dan melaksanakan konseling kelompok di lapas-lapas di Bandar Lampung. Metode yang dilakukan dengan mengadakan pelatihan konseling kelompok, pembentukan kelompok konseling, pelaksanaan di masing-masing lembaga pemasyarakatan dan pendampingan pada saat pelaksanaan agar sesuai dengan panduan. Hasilnya pelaksanaan pelatihan berhasil dilakukan, kemampuan pengetahuan dan keterampilan petugas meningkat, adanya kelompok konseling dan terselenggara konseling-konseling kelompok di masing-masing lembaga pemasyarakatan dan adanya pendampingan staf lapas pada saat pelaksanaan.  Konseling kelompok ini baik karena memungkinkan pembinaan dilakukan serentak pada beberapa warga binaan dengan permasalahan yang sama. Perubahan perilaku, kerja sama para peserta, proses pembelajaran dapat dicapai dalam konseling kelompok dan warga binaan gembira karena ada kegiatan yang bervariasi. Konseling kelompok tidak hanya untuk membina mental dan perilaku, tetapi juga bisa dipakai untuk program pembinaan yang bertujuan ketertiban yang dikelola bagian keamanan. Konseling kelompok cepat memulihkan, memberi pelajaran bagi warga binaan, lebih efektif dan efisien karena dalam waktu cepat bisa menjangkau banyak orang. Sebaiknya program ini tetap dijalankan di lembaga-lembaga pemasyarakatan secara terstruktur dan terprogram. Kata Kunci: Konseling Kelompok, Staf, Warga Binaan   ABSTRACT  Mental development in prison must be carried out, but relying solely on individual counseling is certainly difficult, therefore group counseling is very much needed because the number of prison staff compared to the number of inmates is very unbalanced. The skills to become a group counselor should be owned by prison staff as an alternative to mental and behavioral development. This community service activity aims to establish and implement group counseling in prisons in Bandar Lampung. The method is carried out by holding group counseling training, forming a counseling group, implementing it in each correctional institution and providing assistance at the time of implementation to comply with the guidelines. As a result, the training was successfully carried out, the knowledge and skills of officers increased, there were counseling groups and group counseling was held in each correctional institution and there was assistance for prison staff at the time of implementation. This group counseling is good because it allows coaching to be carried out simultaneously on several inmates with the same problem. Changes in behavior, the cooperation of the participants, the learning process can be achieved in group counseling and the inmates are happy because there are various activities. Group counseling is not only for mental and behavioral development, but can also be used for coaching programs aimed at order that are managed by the security department. Group counseling is quick to recover, provides lessons for the inmates, is more effective and efficient because it can reach many people in a short time. It is better if this program is carried out in prisons in a structured and programmed manner. Keywords: Group Counseling, Staff, inmates
HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN PROSES BERKABUNG PADA PASIEN PRE OPERASI KANKER Deni Kurniawan; Idawati Manurung; Rohayati Rohayati
Jurnal Keperawatan Vol 14, No 2 (2018): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.262 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v14i2.1303

Abstract

Kanker akan berdampak pada penderita baik secara fisik maupun psikologis. Kondisi tersebut dirasakan sebagai bentuk kekecewaan atau krisis yang dialami oleh penderita. Tekanan-tekanan inilah yang berpeluang menimbukan masalah emosional (psikologis) yang ditunjukkan dengan terjadinya proses berduka pada pasien kanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan proses berkabung pada pasien pre operasi kanker. Desain penelitian menggunakan desain survey dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling.Jumlah sampel sebanyak 32 responden.Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar kuesioner.Analisis statistik menggunakan uji chi-square.Hasil analisis didapatkan bahwa  14responden yang memiliki mekanisme koping maladaptif  (43,8%) dan yang memiliki koping adaptif ada 18 (56,2%). Pada proses berkabung tidak baik 19 (59,4%) dan baik 13 (40,6%). Hasil uji statistik juga mendapatkan nilai value 0,28>  (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara mekanisme koping dengan proses berkabung pada pasien pre operasi kanker. Peneliti menyarankan agar mencari faktor lain yang dapat membantu pasien untuk melewati fase proses berkabung.
MEKANISMEN KOPING NARAPIDANA KASUS NARKOBA YANGMENJALANI VONIS MASA HUKUMAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Isda Agnesia; Abdul Halim; Idawati Manurung
Jurnal Keperawatan Vol 10, No 1 (2014): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.794 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v10i1.324

Abstract

Kopingmerupakan strategi untuk memanajemen tingkah laku dalam pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata, dan kopingmerupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan–tuntutan (distress demands).Vonis yang dijatuhkan kepada seorang narapidana akan berdampak pada pembentukan mekanisme koping yang adaptif atau maladaptif. Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui hubungan antara jenis koping yang digunakan dengan vonis yang dijatuhkan pada narapidana kasus narkoba di lembaga pemasyarakatan. Desain penelitian ini  analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 364, pengambilan sampel  dengan cara purposive sampling didapatkan sampel 66 responden. Alat pengumpul data menggunakan lembar kuesioner, dan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi vonis yang dijatuhkan dengan masa tahanan >5 tahun sebesar 38 orang (57,58%) dan 28 orang (42,42%) dijatuhkan vonis masa tahanan  ≤5 tahun dan didapatkan 34 orang (51,51%) memiliki koping adaptif dan 32 orang (48,49%) memiliki koping maladaptif. Hasil penelitian didapatkan nilai α (0,05) dihasilkan perhitungan ρ-value (0,83) >(0,05) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara vonis yang dijatuhkan dengan koping individu.    Disarankan untuk  Lembaga Pemasyarakatan lebih sering memberikan bimbingan secara psikis, konseling, dan bimbingan rohani yang dapat meningkatkan pembentukan koping yang lebih konstruktif. 
Pengaruh Terapi Token terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan Jiwa Sunarsih Sunarsih; Idawati Manurung; Holidy Holidy
Jurnal Keperawatan Vol 13, No 2 (2017): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.386 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v13i2.937

Abstract

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Token Ekonomi adalah suatu wujud modifikasi yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan pengurangan perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (hadiah-hadiah).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan mengontrol diri pasien rawat inap di LKS-ODK Kemiling Bandar Lampung sebelum dan setelah dilakukan terapi token.Jenis penelitian ini adalahquasy experimental dengan rancangan pretest-posttest one group design.Jumlah sampel sebanyak 20 orang, dipilih dengan purposive sampling.Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi.Hasil yang didapat adalah rata-rata nilai kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dilakukan terapi token adalah 20,05, dan rata-rata nilai kemampuan mengontrol perilaku kekerasan setelah mendapat terapi token adalah 36,20. Hasil uji dependen sample t-test didapat bahwa ada pengaruh kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dan setelah dilakukan terapi token (p value 0,00<0,05). Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan intervensi pada asuhan keperawatan untuk pasien-pasien gangguan jiwa, khususnya perilaku kekerasan dengan menerapkan terapi aktivitas kelompok dan terapi token secara terprogram dan terstruktur.