Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN TINGKAT STRES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS Yan, Loriza Sativa; Marisdayana, Rara; Irma, Rizki
Jurnal Endurance Vol 2, No 3 (2017): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.418 KB) | DOI: 10.22216/jen.v2i3.2234

Abstract

Diabetic Mellitus caused many complications if it’s not treated properly. This condition has been changed several of physical or psychological disturbances for diabetic patient’s health status such as stress. Previous research showed that diabetic patients often become discouraged in controlling the diabetic complications. This study aimed to identify the relationship between self acceptancere’s and stress level among diabetic patients in Kota Jambi. The method of this study is quantitative with crossectional design, by using accidental sampling to collect of 77 samples. Instrument used the Berger’s self-acceptance questionnaire; data were analyzed by Spearman’s rank test. The research results showed majority respondents were Diabetes Mellitus patients those women who aged 45-60 years old. The respondents had moderate stress level and poor self-acceptance. This finding indicated that a relationship between self acceptances with level of stress among Diabetes Mellitus patients. Further investigation, improving stress program of diabetic complications in order to repair psychological health status is recomended.
RELATIONSHIP CHARACTERISTICS, KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF COMMUNICATION WITH NURSES IN THE THERAPEUTIC INPATIENT Widiawati, Susi; Yan, Loriza Sativa; Endah, Endah
Jurnal Endurance Vol 1, No 3 (2016): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.843 KB) | DOI: 10.22216/jen.v1i3.989

Abstract

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang bertujuan untuk terapi guna mempercepat proses penyembuhan klien, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan jumlah sampel 50 perawat pelaksanan. Teknik pengambilan sampel simple random sampling. Instrument yang digunakan kuesioner, dan lembar observasi dengan uji Spearman Correlation. Hasil analisis univariate didapatkan 42 (84%) usia perawat 25-35 tahun (dewasa awal), 30 (60%) perawat yang bekerja ≥ 5 tahun. 27 (54%) perawat memiliki pengetahuan baik, 33 (66%) sikap perawat positif dan sebanyak 30 (60%) perawat melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik. Hasil uji korelasi Spearman menyatakan tidak terdapat korelasi hubungan antara umur dengan p-value 0,221 (>0,50), terdapat korelasi hubungan yang lemah antara lama kerja dengan p-value 0,040 (<0,50), terdapat korelasi hubungan antara pengetahuan dengan p-value 0,45 (<0,50), dan terdapat korelasi hubungan yang sangat kuat antara sikap dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan p-value 0,00 (<0,50). Therapeutic communication is a communication that aims to therapy in order to accelerate the healing process of patients, as for the purpose of this research is to get an overview and the relationship between the characteristics, knowledge, attitude communicates with the implementation of therapeutic nurse. This study used cross sectional design. with a sample size of 50 nurses conduct. The technique of taking sampil simple random sampling. Instrument used questionnaires and observation sheets with Spearman Correlation test. The results of the univariate analysis found 42 (84%) of nurses aged 25-35 years (young adult), 30 (60%) of nurses who work ≥ 5 years. 27 (54%) of nurses had good knowledge, 33 (66%) positive attitude of nurses and 30 (60%) of nurses carry out therapeutic communication well. Spearman correlation test results stating there is no correlation between age and the p-value 0.221 (> 0.50), there is a weak correlation between long relationship working with a p-value of 0.040 (<0.50), there is a correlation between knowledge with p Value-0.45 (<0.50), and there is a very strong correlation between attitude to the implementation of therapeutic communication with a p-value of 0.00 (<0.50).
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI PADA USIA LANJUT Yan, Loriza Sativa; Megawati, Megawati
Jurnal Endurance Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jen.v2i1.1618

Abstract

Depression is the most mental disorder occurss in elderly. Previous research have investigated how vulnerable is depression within symptoms of mild to moderate between 50% -75%. Symptoms of depression were not treated promptly influencing of quality of life expectancy and physical function. For families who lived with elderly depressive symptoms had to fight in maintaining their health. The aim of the study was to identify the correlation of family communication patterns at the depression level among elderly people. This study method employed a quantitative correlation approach. Seventy-seven elderly people participated in this study that collects in purposive sampling. Questionnaires were applied to collect data of demographic, family communication pattern and depression level. Data were analyzed by Spearman’s rho. The results of study showed that most of elders, men were more susceptible to mild depression level. There is a significant correlation of family communication patterns at depression levels among elderly people. Depression level in elderly people affected by dysfunctional family communication patterns. The further study recommended emotional change’s assessment to detect early depression sign among elderly people.Depresi merupakan ganguan mental yang sangat rentan terjadi pada usia lanjut. Data penelitian memperlihatkan gejala depresi ringan sampai sedang antara 50%-75%. Gejala depresi yang tidak ditangani segera mempengaruhi kualitas harapan hidup dan kemunduran fisik. Penerapan pola komunikasi yang baik antara keluarga dan lansia akan memperkecil dampak buruk dari depresi.. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi korelasi antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Kota Jambi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Tujuh puluh tujuh orang yang berusia lebih dari 60 tahun terlibat dalam penelitian yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner tentang data demografi, pola komunikasi keluarga dan tingkat depresi lansia. Uji korelasi Spearman’s rho diaplikasikan untuk menganalisa ada tidaknya hubungan antara kedua variabel, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dari analisis diketahui bahwa sebagian besar laki-laki yang telah berusia lanjut lebih rentan mengalami gejala depresi tingkat ringan. Terdapat korelasi antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi usia lanjut. Tingkat depresi pada usia lanjut dipengaruhi adanya pola komunikasi disfungsional dalam keluarga yang tinggal dengan usia lanjut. Oleh karenanya, perlu dilakukan pengkajian perubahan emosional pada usia lanjut untuk mendeteksi gelaja awal depresi.
Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut Usia Yan, Loriza Sativa; Octavia, Dian; Suweno, Wide
Jurnal Endurance Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.017 KB) | DOI: 10.22216/jen.v4i1.3430

Abstract

Indonesia have been structurezed by old pyramid people.Its was a slighthy number thats effect to a nationality burden. One of case called as immobility and recurent of falls. Falls experienced among older people to limit their activities optimally. Amount of 80% of elders Indonesian who aged more than 65 years old forced it, they were more likely to be patient but they were not to be aware during their daily activities in this case.The previous studies showed that falling into risk factors that are closely related to the incidence of immobilization.This study aimed to identify the relationship between falls’ experience and immobility incidence among older people. The research approach used a cross-sectional design and the number of samples of 95 people selected by accidental sampling. Data were analyzed by Spearman Rank correlation test.The results showed that 88.4% of respondents had no experience of fall and 48.4% of respondents in the category of high immobility events.This study was identified that a significantly relathionship between falls’ experience among older people as an internal factor against immobility events. Based on the results of study,it is suggested that further research needs to investigate the risk factors of immobility and the fall prevention program for elderly.Indonesia termasuk negara yang berstruktur piramida penduduk tua. Tingginya peningkatan usia tua menambah beban pembangunan kesehatan nasional. Salah satu masalah kesehatan ini dikenal sebagai imobilitas dan jatuh yang berulang. Pengalaman jatuh yang dialami membuat lansia membatasi aktifitasnya secara optimal. Di Indonesia hampir 80% kelompok usia lanjut terutama usia 65 tahun keatas menjadikan imobilitas sebagai masalah yang mudah ditemukan tetapi sering tidak disadari efeknya oleh lansia dalam kesehariannya.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa jatuh menjadi faktor resiko yang sangat erat kaitannya dengan kejadian imobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengalaman jatuh dengan kejadian imobilitas pada kelompok lanjut usia. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 95 orang dipilih secara accidental sampling. Data penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 88,4% responden tidak mempunyai pengalaman jatuh dan sebnayak 48,4% responden dalam kategori kejadian imobilitas yang tinggi. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengalaman jatuh sebagai faktor internal terhadap kejadian imobilitas yang dialami lansia. Hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian adalah perlunya penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor resiko imobilitas dan intervensi keperawatan dalam pencegahan kejadian jatuh yang dialami lansia.