Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Formulasi Sediaan Masker Krim Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium gaujava. L) Yusta Suriani Ndruru; Hafizhatul Abadi
Jurnal Dunia Farmasi Vol 1, No 2 (2017): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v1i2.4362

Abstract

Pendahuluan; Masker merupakan sediaan  kosmetik yang digunakan untuk perawatan kulit wajah yang digunakan untuk mengencangkan kulit, mengangkat sel-sel tanduk, menghaluskan  dan mencerahkan kulit. Salah satu  tumbuhan  Indonesia yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat antioksidan alami adalah daun jambu biji yang mengandung flavonoid. Tujuan;  untuk membuat sediaan masker krim ekstrak daun jambu. Metode; Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel diekstraksi dengan cara dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstrak kental yang diperoleh  sebagai zat aktif dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Pengujian sediaan meliputi uji organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pH sediaan dan uji  iritasi terhadap sukarelawan. Hasil; Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun jambu biji dapat dibuat sebagai sediaan masker krim dan memenuhi evaluasi fisik sediaan . Hasil uji organoleptis menunjukan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pHberkisar antara 6-7, dan sediaan tidak menimbulkan iritasi. Kesimpulan; Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim tipe m/a, dan disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengformulasikan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) dalam formula yang berbeda dan dengan fungsi yang berbeda.
Formulasi Sediaan Cair Rimpang Kunyit (Curcuma domestica V.) Sebagai Pewarna Kuku Lathi Furrahmi; Hafizhatul Abadi
Jurnal Dunia Farmasi Vol 1, No 2 (2017): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v1i2.4354

Abstract

Pendahuluan; Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambahkan daya tarik agar lebih disukai orang lain. Pewarna kuku adalah pernis yang digunakan pada tangan atau kuku kali manusia untuk merias, memperindah kuku.Cat kuku terbuat dari polimer organik dengan campuran berbagai zat aditif. Tujuan; penelitian untuk mengetahui rimpang kunyit dapat diformulasiakan dalam sediaan cair pewarna kuku.Metode; Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratorium. Sediaan cair pewarna kuku yang dibuat dalam formula I, II, III dimana konsentrasi masing-masing terdiri dari polivinil pirolidon 15%, resin keruh 7%, minyak jarak 7%, alkohol 70% pewarnaan dilakukan dengan cara membandingkan antar formula. Pengujian yang dilakukan adalah uji homogenitas, uji iritasi, uji hedonik. Hasil; Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa formula I, II, III dapat mengubah warna kuku menjadi kuning sampai kuning orange. Dari hasil uji hedonik terdapat perbedaan tiap formula dimana formula yang disukai adalah formula II. Pemeriksaan uji homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan rimpang kunyit tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar pada saat sediaan dioles pada kaca transparan atau objek glass. Uji iritasi dilakukan untuk meyakinkan bahwa formulasi sediaan pewarna kuku yang digunakan tidak terjadi reaksi iritasi, alergi, pada kulit.Kesimpulan; sediaan seluruh sediaan yang dibuat stabil tidak menunjukkan adanya perubahan warna, aroma dalam penyimpanan 10 hari pada suhu kamar. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk formulasi rimpang kunyit dalam bentuk sediaan kosmetik lainnya, seperti pewarna rambut dan lipstik.
Pembuatan dan Uji Hedonik Lilin Aromaterapi dari Minyak Daun Mint (Mentha piperita L.) dan Minyak Rosemary (Rosmarinus officinalis) Riva Rainiza Zuddin; Hafizhatul Abadi; Tetty Noverita Khairani
Jurnal Dunia Farmasi Vol 3, No 2 (2019): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v3i2.4479

Abstract

Pendahuluan:Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory. Tujuan:Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kombinasi minyak daun mint (Mentha Piperita L.) dan minyak rosemary (Rosmarinus officinalis) dapat dibuat sebagai lilin aromaterapidanuntukmengetahuiapakahperbedaankomposisibahan yang berbedaberpengaruhterhadappembuatanlilinaromaterapi. Metode:Penelitian menggunakan metode eksperimental pembuatan lilin aromaterapi menggunakan konsentrasi (0% : 0%), (1% : 1%), (2% : 2%), (3% : 3%). dan komposisi bahan stearin dan parafin (10 : 30, 20 : 20, 30 : 10). Selanjutnya dilakukan uji kekerasan, uji titik leleh, uji waktu bakar, dan uji hedonik (kesukaan penampakan lilin, kesukaan aroma, deteksi aroma, dan efek terapi).Hasil:Penelitian nilai kekerasan lilinantara 52 mm – 69 mm, titik leleh antara 50 0C – 56 0C sesuai syarat, waktu bakar lilin paling lama lilin dengan komposisi bahan 30 stearin : 10 parafin. kesukaan terhadap penampakan lilin keseluruhan lilin dengan komposisi bahan 20 stearin : 20 parafin, kesukaan terhadap aroma lilin saat dibakar lilin dengan konsentrasi 2%dan 3%, deteksi aroma pertama kali lilin dengan komposisi bahan 10 stearin : 30 parafin, dan efek terapi yang dirasakan oleh panelis rileks dan segar. Kesimpulan:Kombinasi minyak mint (Mentha Piperita L.) dan minyak rosemary (Rosmarinus officinalis) dapat dibuat sebagai lilin aromaterapi. Perbedaan  komposisi bahan menghasilkan pengaruh perbedaan nyata pada formulasi lilin.
Formulasi Sediaan Lip Cream Dari Ekstrak Etanol Daun Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Hafizhatul Abadi; Parhan Parhan; Hanafis Sastra Winata; Nidawah Nidawah
Majalah Farmasetika Vol 7, No 3 (2022): Vol. 7, No. 3, Tahun 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v7i3.38429

Abstract

Lip cream merupakan sediaan pewarna bibir berbentuk semi padat yang dapat memberikan warna menarik pada bibir dan sangat digemari oleh kaum perempuan terutama dikalangan remaja, karena teksturnya yang lembut. Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan sebagai sediaan lip cream yaitu daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.). Penelitian ini adalah untuk membuat sediaan lip cream dari ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) dan mengetahui pengaruh dari konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, yang meliputi ekstraksi daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) menggunakan metode maserasi dan pembuatan sediaan lip cream dengan konsentrasi 14%, 16% dan 18%. Pemeriksaan mutu fisik sediaan yang meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, uji oles, daya lekat, iritasi, stabilitas dan uji kesukaan. Hasil  penelitian diperoleh bahwa pada pemeriksaan uji mutu fisik sediaan lip cream, seluruh sediaan memliki organoleptis yang baik, susunan yang homogen, mempunyai daya oles, daya lekat yang baik, pH yang sesuai dan tidak menimbulkan iritasi. Formulasi yang baik dan disenangi banyak panelis yaitu pada formula 2 dengan konsentrasi 16%. Dari penelitian yang dilakukan bahwa ekstrak etanol daun bayam merah dapat dijadikan sebagai pewarna dalam sediaan lip cream, warna yang dihasilkan yaitu coklat muda, coklat dan coklat tua, semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun bayam merah yang digunakan maka semakin pekat warna yang dihasilkan.
Analisis Zat Berbahaya Boraks dan Rhodamin B Pada Jajanan Bakso Bakar yang dijual dibeberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Denai Linda Hernike Napitupulu; Hafizhatul Abadi
Jurnal Kesehatan Global Vol 1, No 1 (2018): Edisi Januari
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatah Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.964 KB) | DOI: 10.33085/jkg.v1i1.3942

Abstract

Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,keyakinan dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.  Metode penelitiannya adalah penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium yaitu untuk menganalisa zat berbahaya Boraks dan Rhodamin B pada jajanan bakso bakar dengan menggunakan uji nyala dan kromatografi. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah bakso bakar yang dijajakan pedagang dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Medan yaitu SD Swasta Thomas Alva Edison, SD Swasta Islam Terpadu Hikmatul Fadhillah, MIS Al-Ikhlashiyah, MIS Al-Marwa, SDN 060912, SDN 060909, SDN 065853, SDN 066053,  SDN 067241, SD Swasta Al Hira. Hasil penelitian menemukan ada tiga sampel bakso bakar yang diperiksa mengandung Boraks yaitu sampel C, F, G dan empat sampel saos pada bakso bakar yang diperiksa mengandung Rhodamin B yaitu sampel A, B, D, E. Ditemukan tiga pedagang yang memakai Boraks dan empat pedagang yang memakai Rhodamin B pada dagangan jajanan bakso bakar yang dijual dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Medan Denai. Perlu dikembangkan upaya pendidikan bagi konsumen/masyarakat dan pedagang tentang bahaya konsumsi melalui iklan layanan masyarakat. Begitu juga Balai POM agar tetap melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap pemakaian Boraks dan Rhodamin B pada makanan sebagai bahan tambahan makanan.
Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) Terhadap Tikus Putih Jantan dan Gambaran Histologi Pankreas Chemayanti Surbakti; Pricella Aqwilla Br Ginting; Hafizhatul Abadi; Yoksan Duha
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 19 No 1 (2022): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jfi.v19i1.1375

Abstract

Diabetes is a chronic disease caused by impaired insulin secretion. WHO has emphasized the use of ethnomedicine for diabetes control. More than 1200 plants have been traditionally used for hypoglycemic effects, of which 800 plants have been scientifically reported to have antidiabetic potential, one of which is clove. Previous research stated that the total flavonoid content in clove leaves was 73.08 mgRE/g extract with a percentage of 7.308%. These flavonoids are thought to be antidiabetic agents. The purpose of this study was to determine the antidiabetic activity of clove leaf ethanol extract and histology of the pancreas of the test rats. Clove leaf simplicia powder was extracted by maceration method using 70% ethanol as solvent. Antidiabetic testing of clove leaf ethanol extract using alloxan at a dose of 150 mg/kgBW. The results showed that clove leaf extract had antidiabetic activity. The percentage decrease in blood sugar levels extract dose 100; 200 and 300 mg/kgBW were 55.61%, 64.06%, and 73.06% and the positive control was 65.83%. The results of histology observations of the pancreas of mice in the negative control group showed that the structure of the islets of Langerhans changed, shrank, irregular, and degenerated cells and pyknosis were found. While the treatment group that was induced by alloxan and given clove leaf extract doses of 100, 200, and 300 mg/kgBW and the positive control showed a clear structure of the islets of Langerhans, more cell mass, cells regenerated and no cells that experienced degeneration and pyknosis were found. The conclusion of this study is that clove leaf extract can reduce blood sugar levels with an effective dose of 300 mg/kgBB and clove leaf extract can improve pancreatic islets of Langerhans cells.
Analysis of Kandis Acid as a Study of Science and Socio-Cultural Benefits in Society Hanafis Sastra Winata; Khairani Fitri; Rani Monalisa Hutagaol; Hafizhatul Abadi
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 5, No 1 (2022): Budapest International Research and Critics Institute February
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i1.3624

Abstract

The main ingredient of kandis acid is the asam padeh part, which is a typical Indonesian food that has a sour and spicy taste and is then processed into instant spices. This study aims to analysis of kandis acid as a study of science and socio-cultural benefits in society. This study used descriptive analysis and the disc diffusion method using several concentrations of ethanol extract of kandis acid leaves, namely 15%, 25%, and 35%, positive control 1% chloramphenicol (w/v), and 1% (v/v) DMSO negative control. The diameter of the inhibition zone produced in the test of ethanol extract from kandis acid leaves against Staphylococcus aureus bacteria, respectively: 10.73 mm; 11.61 mm; 12.98 mm and 25.5 mm for positive control, while for Escherichia coli bacteria, namely: 6.11 mm; 8.16mm; 10.85mm; and positive control 22.75 mm. The results of statistical tests showed that there was a significant difference, meaning that the concentration had an effect on the inhibition zone formed. In conclusion, the ethanolic extract of kandis acid leaves has antibacterial activity against the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The instant asam padeh seasoning is made from a mixture of various spices and also kandis acid which has a yellowish-orange color.
Formulasi dan Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Pelembab Bibir Hafizhatul Abadi; Siti Fatimah Hanum; Ignasia Amaerita Buulolo
Jurnal Dunia Farmasi Vol 4, No 2 (2020): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v4i2.4631

Abstract

Pendahuluan: Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung xanton, antosianin dan tanin yang  merupakan  sumber antioksidan bekerja dengan cara menghidrasi kulit, melembutkan kulit dan mengurangi tingkat kekeringan pada kulit. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pelembab bibir. Tujuan: Untuk memformulasi sediaan lip balm menggunakan ekstrak etanol kulit buah manggis dan mengevaluasi efektivitas sebagai pelembab bibir. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental menggunakan ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%. Evaluasi sediaan lip balm meliputi pemeriksaan uji stabilitas, homogenitas, pH, suhu lebur, iritasi dan uji kesukaan. Uji efektifitas sebagai pelembab bibir menggunakan Moisture checker. Hasil: Diperoleh sediaan lip balm yang homogen, stabil, pH 4,8-6,1; tidak mengiritasi kulit. Sediaan lipbalm dengan konsentrasi 10% paling efektif melembabkan bibir setelah 4 minggu. Kesimpulan: Ekstrak etanol kulit buah manggis dapat diformulasikan kedalam sediaan lip balm dan efektif melembabkan bibir pada konsentrasi 10%.
Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Kotapinang Siti Netti Ritonga; Hafizhatul Abadi; Ruth Mayana Rumanti
Jurnal Dunia Farmasi Vol 3, No 3 (2019): Edisi Agustus
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v3i3.4485

Abstract

Pendahuluan;  Rheumatoid Artritis merupakan penyakit autoimun, penyakit ini ditandai dengan inflamasi sendi dan dapat berlangsung secara kronik. Penderita Rheumatoid Artritisakan mengalami gejala seperti nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari dan kesulitan bergerak. Penderita stadium lanjut akan mengalami gangguan aktivitas sehari-hari.Tujuan;untuk mengetahui bagaimana penggunaan obat anti inflamasi pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah KotapinangMetode;Desain deskriptif dengan menggunakan metode retrospektif dan mengambil data melalui isntalasi rekam medik.Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan persentase, dengan kriteria inklusi semua obat antiinflamasi pada Rheumatoid Artritis dan kriteria eksklusi seluruh data rekam medik pasien Rheumatoid Artritis yang tidak lengkap.Hasil;Pasien yang paling banyak terkena penyakit Rheumatoid Artritis berjenis kelamin perempuan 23 orang (69,69%), berkisar pada usia 15-49 tahun (33,3%). Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat generik, yaitu 35 obat (94,28%). Lama pemberian obat selama 14 hari yaitu pada obat meloxicam (22,85%). Dosis obat AINS yang paling banyak digunakan yaitu meloxicam pada dosis 2x7,5mg (25,71%). Sediaan obat yang digunakan yaitu tablet (100%) dengan penggunaan melalui oral.Kesimpulan;penggunaan obat anti inflamasi pada penyakit Rheumatoid Artritis pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kotapinang tahun 2017 paling banyak terdapat pada pasien perempuan, usia 15-49 tahun, golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan AINS yaitu meloxicam
Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Pada Larva Udang (Artemia Salina Leach.) Riva Rainiza Zuddin; Hafizhatul Abadi
Jurnal Dunia Farmasi Vol 1, No 1 (2016): Edisi Desember
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v1i1.4349

Abstract

Pendahuluan: Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, senyawa yang mengandung furanon dalam gugus hidrofuranon pada C23 memiliki aktivitas sitotoksik. Tujuan: Untuk mengetahui berapakah toksisitas ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) pada larva udang (Artemia salina Leach.). Metode: Penelitian menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan empat konsentrasi yaitu 2,5 ppm, 5 ppm, 12,5 ppm dan 25 ppm. Dengan 120 ekor larva Artemia salina Leach. Sebagai uji toksisitas dan 30 ekor untuk kontrol. Pengamatan dilakukan selama 24 jam, dihitung jumlah larva udang yang mati. Hasil: Pada konsentrasi 2,5 ppm total kematiannya 33,33 %, pada konsentrasi 5 ppm total kematiannya 63,33 %, pada konsentrasi 12,5 ppm total kematiannya 76,66% dan pada konsentrasi 25 ppm total kematiannya 93,33 %. Kesimpulan: Hasil C50sebesar 3,9201 ppm. Daun sirsak memiliki potensi sangat toksik, karena memiliki nilai LC50 1000 ppm. Perlu dilakukan pengukuran kadar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) supaya nilai toksisitas akut LC50 lebih terukur.