The primbon manuscript has concrete implications for social life, both concerning individual needs and collective needs of society. Various problems faced by the community some time ago, referring to the primbon as a reference, because the truth has been tested, like a roadmap that will direct someone to a specific goal. The use of primbon is generally through "smart people" or dukun, who are considered to have more ability. In Indramayu, there are at least five types of primbon namely petungan (calculation), pranata mangsa, ngalamat, prayers and spells, and predictions ‘ramalan'. Now the primbon manuscript is increasingly alienated from the inheritor's society, even though it contains a variety of local wisdom and knowledge that may still be relevant to today's society. Therefore, an effort is needed to in still awareness of the urgency of the primbon of the community and reintroduce the contents of the primbon manuscripts, which can be done through a philological approach. -- Naskah primbon memiliki implikasi konkrit bagi kehidupan sosial, baik menyangkut kebutuhan perorangan maupun kebutuhan masyarakat secara kolektif. Berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pada beberapa waktu lalu, merujuk pada primbon sebagai acuannya, karena kebenarannya telah teruji, ibarat petunjuk jalan yang akan mengarahkan seseorang pada tujuan tertentu. Penggunaan atas primbon pada umumnya melalui “orang pintar” atau dukun, yang dianggap memiliki kemampuan lebih. Di Indramayu, sedikitnya ada lima jenis primbon yaitu petungan (perhitungan), pranata mangsa, ngalamat, doa dan mantra, serta ramalan. Kini naskah primbon semakin terasing dari masyarakat pewarisnya, padahal di dalamnya memuat beragam kearifan lokal dan ilmu pengetahuan yang mungkin masih relevan bagi masyarakat dewasa ini. Oleh karena itu diperlukan usaha menanamkan kesadaran akan urgensi primbon bagi masyarakat serta memperkenalkan kembali kandungan isi dari naskah-naskah primbon, di antaranya dapat dilakukan melalui pendekatan filologi.