Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISA PENGARUH PERBEDAAN DOSIS GULA TERHADAP TEKSTUR DENGAN METODE ANOVA SATU ARAH SERTA PENENTUAN DOSIS TERBAIK DENGAN METODE AHP DAN ANALISA KUALITAS DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA PRODUK MANISAN TOMAT Chriswahyudi Chriswahyudi
Jurnal Teknik Vol 8, No 1 (2019): Januari-Juni 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/jt.v8i1.1591

Abstract

Manisan tomat sebagai salah satu pengolahan makanan dari bahan tomat dan gula sehingga dapat menjadi solusi alternatif ekonomi bagi petani tomat. Untuk mendapatkan komposisi manisan tomat tepat maka diperlukan penelitian yang terkait dengan analisa pengaruh perbedaan  dosis gula terhadap pengujian tekstur manisan tomat dengan metode Anova satu arah. Untuk mengetahui dosis gula yang terbaik dengan menggunakan metode pendekatan AHP. Untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen didapat dengan menggunakan metode QFD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dosis gula yang berbeda mempengaruhi tekstur manisan tomat. Hasil analisa dari penelitian ini menunjukkan bahwa dosis gula terbaik adalah 25%. Hasil analisa matriks House of Quality didapat bahwa keinginan terbesar konsumen terhadap produk manisan tomat adalah rasa manis, tekstur kenyal / tidak lembek dengan bobot kepentingan 207. Untuk respon kebutuhan teknis terbesar berdasarkan keinginan konsumen adalah harga Rp. 15.000,- per kemasan 250gram. harga tersebut sesuai penelitian dapat dijangkau di kalangan masyarakat dengan bobot kolom 4563.
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PERENDAMAN BERAS KETAN TERHADAP KUALITAS PRODUK RENGGINANG MENGGUNAKAN METODE ANOVA DAN PERBANDINGAN EKSPONENSIAL (MPE) Irawan .; Chriswahyudi .
Jurnal Teknik Vol 9, No 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/jt.v9i1.2181

Abstract

Rengginang merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia khas Indonesia yang dibuat dari bahan beras ketan putih atau hitam. UMKM Teh Lala merupakan salah satu Usaha Mikro, Kecil, Menengah yang ada di garut, UMKM The Lala memproduksi rengginang yang berbentuk bulat, dan terdapat tiga varian rengginang yang dibuat yaitu rengginang beras ketan putih polos, beras ketan putih terasi, dan rengginang beras ketan hitam. Dengan semakin banyaknya bisnis usaha yang berkembang dengan sangat pesat, terutama dibidang makanan, untuk meningkatkan kepercayaan konsumen diperlukan adanya kestabilan kualitas dalam memproduksi rengginang tersebut baik dari segi warna, rasa dan kerenyahan rengginang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan perbandingan perendaman beras ketan yang tepat yang akan digunakan sebagai standar untuk pembuatan rengginang yang berkualitas menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Metode ANOVA satu arah digunakan untuk mengetahui apakah perbedaan lama perendaman berpengaruh terhadap kerenyahan. Dari hasil tersebut, dalam menentukan produk terbaik yang dipilih berdasarkan variabel warna, kerenyahan, dan rasa dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Dari hasil pengukuran kerenyahan rengginang dengan 3 waktu yaitu 6 jam, 9 jam, dan 12 jam dengan replikasi 10 kali didapatkan hasil bahwa lama perendaman berpengaruh terhadap tekstur rengginag. Uji lanjutan setelah ANOVA yaitu uji Tukey menunjukkan bahwa lama perendaman berpengaruh signifikan pada analisa tekstur pada lama perendaman 6 jam, 9 jam, dan 12 jam. Hasil dari perhitungan MPE berdasakan variabel warna, rasa, dan kerenyahan didapatkan lama perendaman terbaik yaitu 6 jam, karena mempunyai nilai MPE paling tinggi yaitu 596.234,01. Kata kunci : beras ketan, rengginang, ANOVA, MPE.
Perancangan Preferensi Konsumen untuk Meningkatkan Kualitas Sabun Mandi Ramah Lingkungan Menggunakan QFD Chriswahyudi Chriswahyudi; Wilda Fransisca
Jurnal Optimalisasi Vol 7, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jopt.v7i1.2709

Abstract

Over time the wants and needs of consumers for a good or service always var. Understand that consumers are a very absolute obligation because consumers have diffent needs, desires and testes, so that the products to be offered must also be adjusted to the wants and needs of consumers. So that companies have to make new innovations or develop existing products so that the managed business will continue to survive. Due to product competition that accurs, companies must improve product quality in order to realize consumer desires. So that the soap industry must produce soap that is safe and of quality so as not to harm users. The purpose this research to be achieved is to determine the level of statisfaction of the variable consumers needs, the comparison of the relative importance (TKR) using the QFD method. From the HOQ matrix analysis, there are 12 variables of consumer desires and 12 variables of technical requirements for solid bath soap products. From the calculation of the improvement ratio value, it is found that 11 variables are in accordance with consumer desires (IR = 1) and 1 variable that is not in accordance with consumer desires because it has an IR value 0f 1.02 (IR>1) so that corrective action is needed. The technical requirements variable which is a priority has a value (3.897), variable the best meets consumer preferences has the greatest importance weight (TKK = 4.55)
ANALISA KELAYAKAN INVESTASI ALAT PENGOLAHAN KERAK TEMBAGA DI PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Chriswahyudi Chriswahyudi; Surya Adi Darma
Jurnal PASTI (Penelitian dan Aplikasi Sistem dan Teknik Industri) Vol 15, No 1 (2021): Jurnal PASTI
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.544 KB) | DOI: 10.22441/pasti.2021.v15i1.005

Abstract

PT. Tembaga Mulia Semanan adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang peleburan tembaga terkemuka di Indonesia.Memiliki jumlah kerak tembaga sebanyak 32.266 kg. Masalah yang dihadapi perusahaan adalah ketika kerak tembaga ini harus dijual dan dihargai hanya 73% dari harga LME (London Metal Exchange). Sehingga perusahaan mengalami kerugian 27%. Untuk memperbaiki masalah ini perusahaan membuat alat pengolahan kerak tembaga dan melakukan analisa investasi alat pengolahan ketak tembaga ini. Hasil perhitungan metode NPV (Net Present Value) adalah RP 366,79 juta, maka layak secara economis. Hasil perhitungan metode IRR (Internal Rate of Return) untuk MARR 15% adalah IRR = 26,94%, maka investasi tersebut layak secara economis. Hasil perhitungan metode BCR (Benefit Cost Ratio) adalah 1,528 maka investasi tersebut layak secara economis. Hasil perhitungan metode PBP (Peyback period) adalah k = 2,621 < n = 10 tahun, maka memenuhi syarat dan layak secara economis.
ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN POLYDON DENGAN ANOVA DAN PERBEDAAN KUALITAS SUPPLIER POLYDON DENGAN UJI - T DI PT X Selamet Riadi; Chriswahyudi Chriswahyudi; Iwan Roswandi; Tyas Eka Kurnia; In Rahmi FF
Jurnal Teknologi Vol 13, No 2 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.13.2.179-192

Abstract

Polydon secara statistik deskriptif tanpa uji hipotesis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketahanan fisik obat. Dengan pendekatan uji hipotesis menggunakan statistik inferensial, pada penelitian ini digunakan ANOVA  satu arah untuk mengkaji apakah benar ada pengaruh signifikan dari penambahan bahan polydon terhadap ketahanan fisik obat secara akurat dan terencana. Dari hasil penambahan bahan polydon sebanyak 0%, 3%, 6% dan 9% dengan replikasi sebanyak 6 kali didapatkan hasil bahwa penambahan polydon terhadap granul obat berpengaruh signifikan terhadap ketahanan fisik obat. Uji lanjutan setelah ANOVA yaitu uji tukey menunjukkan bahwa penambahan polydon berpengaruh signifikan terhadap ketahanan fisik obat pada penambahan polydon sebanyak 6%. Dengan adanya pengaruh penambahan polydon terhadap ketahanan fisik obat maka peneliti  membandingkan dari dua supplier yang telah ada dengan pendekatan uji – t sampel bebas (independent) untuk menganalisa apakah ada perbedaan kualitas pada dua supplier. Berdasarkan hasil hitung uji t didapat nilai t hitung lebih kecil dari t tabel pada nilai alfa 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas antara supplier A dan supplier B terhadap kualitas bahan polydon yang disuplai.
METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL (MPE) UNTUK MENENTUKAN SUPPLIER DAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) UNTUK MENENTUKAN PRODUK YANG MENGUNTUNGKAN SERTA UJI HEDONIK UNTUK MENGETAHUI PENGARUH BAHAN BAKU DARI SUPPLIER YANG BERBEDA TERHADAP ORGANOLEPTIK PRODUK DI PT. XYZ Nilam Wulandari; Chriswahyudi Chriswahyudi
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem pengambilan keputusan untuk memilih supplier merupakan salah satu aktivitas dalam rangkaian rantai pasok di PT. XYZ. Aktivitas ini merupakan aktivitas awal untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan laba sebesar-besarnya. oleh karena itu perusahaan harus mengetahui harga pokok produk sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual produk. Selain itu perusahaan juga harus mempertahankan kualitas produk untuk mendapatkan kepercayaan konsumen. Dalam penelitian ini, digunakan tiga metode yaitu metode perbandingan eksponensial (MPE) yang digunakan untuk pemilihan supplier. Metode activity based costing (ABC) digunakan untuk mengetahui harga pokok produk yang selanjutnya dikembangkan untuk mengetahui produk yang menguntungkan. Pengujian organoleptik dengan uji hedonik untuk mengetahui signifikansi perbedaan hasil uji organoleptik produk berdasarkan perbedaan supplier bahan baku gula kristal. Setelah dilakukan penelitian dapat diketahui dari empat alternatif calon supplier bahan baku gula kristal terdapat dua supplier yang memiliki nilai MPE tertinggi yaitu alternatif 1 dan alternatif 3. Berdasarkan perhitungan ABC terhadap sepuluh produk yang sering diproduksi di tahun 2017 dapat diketahui tiga produk yang menguntungkan yaitu sweet corn 104, balado 133 dan balado 020. Berdasarkan uji hedonik pada sweet corn 104 dan balado 020 disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan organoleptik yang signifikan terhadap sampel yang disajikan, sedangkan pada uji hedonik balado 133 terdapat perbedaan organoleptik yang signifikan terhadap sampel yang disajikan, sehingga perlu dilakukan analisa posthoc.
ANALISA PENGARUH JENIS MESIN TERHADAP UKURAN PARTIKEL PADA PRODUK UNIPOL RED RA 11/62.5% MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANOVA DAN AHP Sri Septyan Ayu Nintyas; Chriswahyudi Chriswahyudi
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring dengan perkembangan industri yang bergerak dibidang kimia sehingga mengakibatkan persaingan yang sangat ketat antar produsennya. Maka produsen dituntut untuk berlaku kreatif dan cermat dalam mengembangkan produknya baik dari segi keragaman dan yang paling penting dari segi kualitas. Kualitas dapat diketahui dari respon pelanggan. PT. Mata Pelangi Chemindo merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi barang kimia khususnya silikon dan pigment paste. Dimana produk Unipol White SE terindikasi bintik merah saat aplikasi pada tripleks. Bintik merah berasal dari Unipol Red RA 11/62.5% dengan ukuran partikel yang kasar. Untuk itu dilakukan penelitian eksperimen penggilingan pasta. Dalam penelitian ini menggunakan metode ANOVA dengan satu faktor. Faktor tersebut adalah jenis mesin beadmill 4 dan beadmill 21. Hasilnya jenis mesin mempengaruhi ukuran partikel Unipol Red RA 11/62.5%, setelah diketahui bahwa jenis mesin mempengaruhi ukuran partikel, selanjutnya dilakukan pemilihan jenis mesin terbaik untuk medapatkan ukuran partikel terhalus dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process(AHP). Kriteria yang diambil meliputi kekentalan pasta, lama proses, kendala proses dan biaya. Hasilnya didapat bahwa bobot prioritas global dari mesin beadmill 4 sebesar 0.282 dan mesin beadmill 21 sebesar 0.718. Berdasarkan hasil tersebut maka urutan prioritas yang pertama adalah jenis mesin beadmill 21 dan urutan prioritas kedua adalah jenis mesin beadmill 4.
PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN DENGAN PENDEKATAN MATRIK IE, SWOT DAN AHP UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF STRATEGI PRIORITAS Sampik Krisning Tyas; Chriswahyudi Chriswahyudi
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perencanaan strategi pemasaran diperlukan perusahaan untuk dapat tetap bertahan dan bersaing. Strategi tersebut harus sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini, sehingga perlu untuk mengetahui faktor internal dan eksternal perusahaan. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah perencanaan strategi pemasaran menggunakan pendekatan matrik IE dengan mengkombinasikan metode SWOT dan AHP. Penelitian dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan dan memilih alternatif strategi prioritas yang dapat digunakan sebagai strategi pemasaran yang akan diterapkan di PT. Duta Media Teknologi (DUMET School). Hasil penelitian didapat faktor internal dan eksternal mempunyai nilai CR dibawah 0,1 yang berarti bahwa pendapat para expert konsisten dan data dapat dipakai ketahap selanjutnya. Matrik IFE mempunyai nilai tertimbang 3,372, hal itu mengindikasikan posisi internal yang kuat, matrik EFE mempunyai nilai tertimbang 3,335 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan baik peluang dan ancaman yang ada. Posisi perusahaan berada pada kuadran I, dapat disimpulkan bahwa strategi yang sesuai adalah tumbuh dan kembangkan serta alternatif strategi prioritas yang mempunyai bobot tertinggi yaitu weaknesses – opportunities (WO) dengan skor 0,377. Strategi WO memiliki fokus terhadap kelemahan yang dimiliki untuk meraih peluang yang ada. Maka strategi alternatif prioritas berkonsentrasi pada kelemahan yang dimiliki perusahaan yaitu dengan menambah jumlah instruktur yang memiliki kualifikasi agar DUMET School dapat bertahan dalam waktu yang lama dan menjadi tempat kursus terbaik di Jakarta.
ANALISIS TINGKAT RESIKO PEKERJA PADA BAGIAN PERAKITAN LAMPU LED AC PJU DENGAN PENDEKATAN NORDIC BODY MAP, RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Selamet Riadi; Dede Rukmayadi; Chriswahyudi Chriswahyudi
Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/tr.2022.v27i1.3852

Abstract

Aktifitas kegiatan produksi di PT X dalam merakit lampu LED AC PJU merupakan aktifitas yang banyak melibatkan tenaga kerja secara manual terdiri dari 20 rangkaian aktifitas perakitan. Dalam aktifitasnya tidak lepas dari pengamatan terhadap pekerja tersebut dimana pekerjaan yang dilakukan harus memiliki tingkat resiko yang rendah sehingga semua pekerja yang terlibat akan terlindungi dari cedera pada sistem musculoskeletal atau musculoskeletal disorder(MSDs). Tujuan dari penelitian menganalisis postur kerja dari setiap stasiun kerja dengan pendekatan Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui ada tidaknya ganguan ganguan otot dan ganguan lainya dan analisis RULA dan REBA untuk mengetahui perbaikan postur kerja yang tidak akan menyebabkan ganguan ganguan pada otot pekerja terhadap tubuh. Hasil dari penelitian dengan metode NBM 15% pekerja masuk dalam katagori resiko sedang, 80 % pekerja masuk dalam katagori tinggi dan 5% pekerja masuk dalam katagori sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin khusus pada operator 16 yang memiliki tingkat resiko 3 pada nilai 66 (sangat tinggi) sehingga diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin. Analisa RULA menunjukan skor operator 16 adalah 7 artinya perlu segera dilakukan investigasi dan segera dilakukan perbaikan. Sedangkan pada analisa REBA menunjukan skor operator 16 adalah 13 artinya tingkat resiko sangat tinggi segera dilakukan perubahan.
Analisis Pengendalian Kualitas dan Pengembangan Produk Wafer Osuka dengan Metode Six Sigma Konsep DMAIC dan Metode Quality Function Deployment di PT. Indosari Mandiri Didik Sutiyarno; Chriswahyudi Chriswahyudi
JIEMS (Journal of Industrial Engineering and Management Systems) Vol 12, No 1 (2019): Journal of Industrial Engineering and Management Systems
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/jiems.v12i1.1535

Abstract

PT. Indosari Mandiri is an industrial company engaged in the manufacture of snacks. Problems that are being faced by PT. Indosari Mandiri is currently the number of defective products in flat wafer products, especially in Osuka wafer products. The number of product defects in the production process for one shift is an average of 30%. The current defect condition is very far from the tolerance of company defects which is 15%. To overcome these problems, Six Sigma methods are used. Six Sigma consists of Define, Measure, Analyze, Improve and Control (DMAIC). In the Define stage, the wafer osuka production process is defined and the Critical to Quality (CTQ) is determined. From the CTQ identification, there are several types of defects in the product, each of which is tough, the sheet is not full, dirty, broken, broken and peeled off. In the Measure stage, Six Sigma is calculated and determine the sigma level. In the Analyze stage, analysis of defect selection is done with a causal diagram or fishbone diagram, and the most dominant defects obtained are in the Creaming and Cutting section. The Improve stage is done by the Quality Function Deployment (QFD) method, to listen to the voices of loyal consumers of Osuka Wafer products. At the control stage, the input is only given to the company regarding the quality improvement of the osuka wafer product so that defective products can be suppressed. In this study it was concluded that improvements in the creaming and cutting process area need to be done immediately, in line with the QFD method that requires repairs to the area to improve or meet consumer desires.