Energi hidrogen mempunyai potensi yang besar untuk sumber energi terbarukan. Salah satu cara untuk memperoleh hidrogen adalah melalui proses pemecahan air secara elektrokimia untuk mengkonversi energi matahari menjadi hidrogen. Pada proses pemecahan air secara fotoelektrokimia, elektroda semikonduktor harus memiliki bandgap 1,5- 2,5 eV. Salah satu semikonduktor oksida logam berbasis tembaga adalah tembaga (I) oksida, yang memiliki bandgap sekitar 2;2,1;2,2;2,35 dan 2,45 eV. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh asam askorbat dalam pembuatan semikonduktor Cu2O, membuat semikonduktor lapis tipis Cu2O dengan menggunakan metode spin-coating dan mengaplikasikannya sebagai fotokatoda dalam pemecahan air secara elektrokimia. Beberapa tahap penelitian yang dilakukan adalah pembuatan spin coater home made, sintesis serbuk Cu2O dengan pencampuran Fehling A dan Fehling B serta ditambahkan asam askorbat sebagai agen pereduksi, pembuatan lapis tipis Cu2O diatas spin coating dan terakhir proses annealing. Hasil dari penelitian ini adalah semikonduktor Cu2O telah berhasil disintesis. Penambahan askorbat berpengaruh pada arus foton dan potensial onset semikonduktor Cu2O yang diaplikasikan sebagai fotokaatoda Cu2O. Dari hasil sintesis, didapatkan Cu2O pada C1 (konsentrasi lebih kecil dari Cu2+) memililiki rendemen 95,69%, rendemen Cu2O pada C2 (konsentrasi sama dengan Cu2+) 96,2% dan rendemen untuk Cu2O pada C3 (konsentrasi lebih besar dari Cu2+) adalah 99,82%. Arus foton yang dihasilkan pada penambahan 3,6 dan 9 % larutan askorbat secara berturut – turut sebesar 1,18; 1,69 dan 1,78 mA/ cm2 pada 0,3 V vs RHE (Reversible Hydrogen Electroda). Hasil analisis difraksi sinar X menunjukkan bahwa sampel mengandung Cu2O C3 menunjukkan ukuran bulir rata-rata adalah 17,55 nm. Sedangkan, Cu2O C1 memiliki ukuran bulir rata-rata 38,99 nm dan pada Cu2O C2 menunjukkan ukuran bulir rata-rata 36,42 nm. Hasil analisis SEM menunjukkan adanya Cu2O dengan morfologi berbentuk kubus dan flower-like.
Copyrights © 2021