Diagnosis tuberkulosis (TB) di Indonesia menurut Kemenkes RI 2014 masih mengandalkan pemeriksaan mikroskopis Basil TahanAsam (BTA) dari hapusan dahak namun memiliki kepekaan dan kekhasan diagnostik yang rendah. Kepekaan diagnostik kulturMycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) pada media Lowenstein Jensen (LJ) lebih tinggi daripada mikroskopis BTA namun hasilnyamemerlukan waktu 6-8 minggu. Uji cepat Fastsure TB DNA menggunakan metode Cross Priming Amplification (CPA) merupakanuji deteksi kualitatif DNA M.tuberculosis yang diamplifikasi pada satu suhu tetap dan menggunakan nucleic acid lateral flow stripdalam perangkat plastik tertutup. Penelitian ini dilakukan untuk menilai nilai diagnostik uji cepat Fastsure TB DNA untuk diagnosistuberkulosis paru. Metode penelitian secara observasional potong lintang selama Juni sampai November 2015. Total 58 spesimen dahakdari 33 orang terduga tuberkulosis paru dan 25 orang non-tuberkulosis dari RS Paru Karang Tembok Surabaya. Setiap spesimendilakukan pemeriksaan mikroskopis BTA, kultur M.tuberculosis pada media LJ sebagai standar baku emas dan ekstraksi DNA danamplifikasi pada uji cepat Fastsure TB DNA. DNA terekstraksi dimasukkan ke dalam tabung kemudian ke cartridge yang tersedia dalamperangkat. Hasil diamati dalam waktu 30 menit berupa munculnya garis uji dan pembanding pada pita. Berdasarkan penelitian ini,diperoleh kepekaan dan kekhasan diagnostik uji cepat Fastsure TB DNA masing-masing sebesar 84,8% dan 92% dengan koefisien kappaadalah 0,757 menunjukkan kesesuaian yang cukup baik. Uji cepat Fastsure TB DNA merupakan pemeriksaan yang cepat, praktis, relatiftidak mahal untuk diagnosis M.tuberculosis dari spesimen klinis khususnya pada BTA negatif.
Copyrights © 2017