The purpose of this research is to get the extent of the congregation's understanding of premarital guidance correctly. In this study, the authors used a qualitative research method, namely, a questionnaire to the Seventh-day Adventist Church in North Karo district with a sample of 150 randomly selected people.The study results indicate that, in general, respondents understand premarital guidance. However, on the other hand, they argue that premarital guidance is a requirement for marriage. They often attend a premarital counseling series when they havedetermined the date of their marriage. The expected implication of this research is that the congregation can properly understand the purpose of premarital guidance so that they come not to get married but to understand marriage. AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan sejauh mana pemahaman jemaat terhadap bimbingan pranikah dengan benar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan angket kuesioner kepada jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Distrik Karo Utara dengan sampel 150 orang yang ditentukan secara acak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya responden memahami dan mengerti apa itu bimbingan pranikah. Namun disatu sisi mereka berpendapat bahwa bimbingan pranikah itu adalah sebuah syarat untuk menikah sehingga membuat mereka sering datang untuk mengikuti seri bimbingan pranikah ketika sudah menentukan tanggal pernikahannya. Implikasi yang diharapkan dari penelitian ini jemaat dapat mengerti dan memahami dengan baik dan benar akan tujuan dari bimbingan pranikah sehingga mereka datang bukan untuk mendapat syarat menikah melainkan mendapat pemahaman tentang sebuah pernikahan.
Copyrights © 2021