ISM (Intisari Sains Medis) : Jurnal Kedokteran
Vol. 12 No. 3 (2021): (Available online: 1 December 2021)

Strabismus sebagai komplikasi pemasangan sclera buckle pada ablasio retina regmatogen: laporan kasus

Pande Putu Adityo Ananta Ardika (PPDS-1 Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia)
Ari Andayani (Departement Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia)
Ni Made Ayu Surasmiati (Departement Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia)
Ni Made Ari Suryathi (Departement Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia)
I Made Agus Kusumadjaja (Departement Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia)



Article Info

Publish Date
07 Dec 2021

Abstract

Introduction: Sclera buckle is one of the operative management of rhegmatogenous retinal detachment. Sclera buckle can combine with vitrectomy in young people, phakic, myopia more than 6 dioptri, axial length more than 26mm, proliferative vitreoretinopathy stage C, multiple inferior break and recurrent break. Complications from the installation of sclera buckle is one of them the occurrence of strabismus after the installation of sclera buckle. Treatment can be done to remove the sclera buckle and further surgery for extraocular muscle.Case Description: Male patients aged 31 years, patients present with complaints right eyes rolling inward since 8 months ago. The patient had a history of surgical  sclera buckle and tamponade with silicone oil. Patient also complain blurry vision since 1 month ago after removing silicone oil. The patient has a history of -5.00 glasses in both eyes. In examination obtained Hirschberg esotropia 15 degrees and retinal detachment on right eyes. Patient was diagnosed with right eye Detached Retina post evacuation of silicone oil (16 days), acquired esotropia Suspect et cause sclera buckle installation. Patients are planned to undergo Re-Vitrectomy Pars Plana (VPP), Release Sclera Buckle , Endolaser, Silicon Oil tamponade, and evaluation of extraocular muscle at surgery. During evaluation of extraocular muscle there was fibrosis cover four rectus muscle and no tear was found. Then we removed of fibrosis and released sclera buckle. Strabismus complaint did not feel better after removed of fibrosis so we planned for further action was medial rectus recess with adjustable sutureConclusion: Sclera buckle can combine with vitrectomy on young people, phakic, myopia more than 6 dioptri, axial length more than 26mm, proliferative vitreoretinopathy, multiple inferior break and recurrent break. Installation of sclera buckle can cause complications in the form of postoperative strabismus. One of the causes of this complication is fibrosis of the extraocular muscles, so there is an attachment called fat adherent syndrome. Treatment that can be taken to treat strabismus after sclera buckle surgery is one of them with the release of sclera buckle, but if strabismus complaints did not improve, surgery can be done on extraocular muscles to improve the position of the ball  Pendahuluan: Sclera buckle merupakan salah satu tindakan operatif dalam menangani ablasio retina regmatogen. Tindakan sclera buckle dapat dikombinasikan dengan vitrektomi pada orang muda, phakia, riwayat miopia lebih dari 6 dioptri, panjang bola mata lebih dari 26 milimeter, ditemukan adanya proliferatif vitreoretinopati stadium C, robekan multiple pada bagian inferior retina dan robekan berulang. Komplikasi dari pemasangan sclera buckle ini adalah salah satunya terjadinya strabismus pasca pemasangan sclera buckle. Penanganan yang dapat dilakukan berupa pelepasan sclera buckle, dan operasi strabismus jika kondisi otot ekstraokular tidak membaik.Deskripsi Kasus: Pasien laki-laki, usia 31 tahun, datang dengan keluhan mata kanan bergulir ke dalam sejak 8 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan setelah pasien melakukan operasi pemasangan sclera buckle dan silicon oil 8 bulan yang lalu. Saat ini pasien juga mengeluhkan pandangan kabur yang sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu setelah dilakukan pengangkatan silicon oil. Pada pemeriksaan ditemukan Hirschberg esotropia 15 derajat dan ditemukan ablasio retina pada mata kanan. Pasien didiagnosis dengan okuli dekstra rekuren ablasio retina pasca pengeluaran silicon oil  (16 hari), dan kecurigaan esotropia didapat (acquired esotropia)  ec pasca pemasangan sclera buckle. Pasien direncanakan untuk dilakukan Re-Vitrektomi Pars Plana (VPP), pelepasan sclera buckle, endolaser, re-tamponade silicon oil dan evaluasi otot ekstraokular durante operasi. Pada saat dilakukan evaluasi otot ekstraokular ditemukan adanya fibrosis pada keempat otot rektus dan tidak ditemukan adanya robekan pada otot ekstraokular. Kemudian dilakukan pembersihan dari fibrosis dan pelepasan dari sclera buckle. Keluhan strabismus tidak dirasakan membaik pasca dilakukan pembersihan fibrosis sehingga direncanakan untuk dilakukan tindakan lanjutan yaitu medial rectus reses dengan adjustable suture.Simpulan: Tindakan sclera buckle ini dapat dikombinasi dengan vitrektomi pada pasien muda, phakia, riwayat miopia tinggi lebih dari 6 dioptri, panjang bola mata lebih dari 26 milimeter, ditemukan adanya proliferatif vitreoretinopati, robekan multiple di bagian inferior retina dan robekan berulang. Pemasangan sclera buckle ini dapat menimbulkan komplikasi berupa strabismus pasca operasi. Penyebab dari terjadinya komplikasi ini salah satunya fibrosis pada otot ekstraokular sehingga terjadi perlekatan yang disebut dengan fat adheren syndrome. Tindakan yang dapat dilakukan untuk penanganan strabismus pasca operasi sclera buckle ini adalah salah satunya dengan pelepasan dari sclera buckle, namun apabila keluhan strabismus tidak membaik bisa dilakukan operasi pada otot ekstraokular untuk memperbaiki posisi bola mata.

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

ism

Publisher

Subject

Biochemistry, Genetics & Molecular Biology Medicine & Pharmacology

Description

Intisari Sains Medis is published by Medical Scientific Community, Indonesia. Intisari Sains Medis is an international, multidisciplinary, peer-reviewed, open access journal accepts papers for publication in all aspects of Science Digest, Medical Research Development, Research Medical Field and ...