Avtur merupakan salah satu bahan bakar terpenting untuk industri penerbangan di dunia. Dalam berkembangnya teknologi, avtur menjadi salah satu pencipta emisi CO2. Oleh karenanya ada sebuah inovasi untuk menciptakan bioavtur sebagai subtitusi bahan bakar penerbangan di dunia. Penggunaan biofuel sebagai bahan bakar penerbangan (bioavtur) masa depan berpotensi memiliki keberlanjutan yang baik (sustainable). Keberlanjutan produksi biofuel akan berakibat pada keberlanjutan usaha reduksi emisi CO2 sepanjang siklusnya (carbon neutral cycle). Biofuel diharapkan memberikan pengurangan dan antisipasi siklus emisi CO2 hingga 80% jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Pertimbangan utama produksi biofuel khususnya bioavtur adalah ketersediaan bahan baku, biaya, dan keberlangsungannya (sustainability).Indonesia berpotensi memproduksi bioavtur endiri dari bahan baku produk pertanian khas Indonesia yaitu CPO. Maka, disusunlah Pra- Desain Pabrik Bioavtur dari CPO dalam upaya menjadikan bioavtur sebagai bahan bakar yang dapat mensubtitusikan bahan bakar konvensional di dunia penerbangan dengan kapasitas 250.000 Kiloliter/tahun yang beroperasi secara kontinu 24 jam selama 330 hari pertahun. Pabrik direncanakan akan berlokasi di Dumai, Riau. Proses pembuatan bioavtur terbagi menjadi tiga bagian proses utama, yaitu Pre-treatment, Proses utama (HEFA) dan pemurnian Untuk memproduksi bioavtur sebanyak 250.000 Kiloliter/tahun, diperlukan operating expenditures (OPEX) sebesar Rp 147.806.316.597 dengan capital expenditures (CAPEX) sebesar Rp 642.835.986.860. Sumber dana investasi berasal dari modal sendiri sebesar 20% dan modal pinjaman 80%. Berdasarkan Analisa ekonomi, IRR pabrik ini sebesar 40% dengan bunga sebesar 8% per tahun dan laju inflasi 5,2%. Sedangkan POT selama 8 tahun,dan NPV bernilai Rp 14.076.849.222. Dengan melihat aspek penilaian Analisa ekonomi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pabrik bioavtur dari CPO ini layak didirikan.
Copyrights © 2023