cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 23 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik" : 23 Documents clear
Krim ekstrak Panax ginseng menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 dan penurunan jumlah kolagen pada tikus Wistar jantan (Rattus norvegicus) yang dipajan sinar UV-B Liliana, Nize; Wiraguna, Anak A.G.P.; Pangkahila, Wimpie
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.15038

Abstract

Abstract: Ultraviolet B (UV-B) is a source of free radicals that accelerates aging process, especially in the skin. Repeated exposures to UV-B rays activate enzymes that degrade collagen and inhibit collagen production by inducing the expression of MMP-1. Panax ginseng, a typical herb commonly used in Asia, has antioxidant properties. This study was aimed to prove that Panax ginseng extract cream could prevent collagen degradation and MMP-1 elevation in UVB-exposed Wistar rats (Rattus norvegicus). This was a true experimental study with the posttest only control group design. Subjects were 30 rats (Rattus norvegicus), Wistar strain, male, aged 10-12 weeks, weighing 160-180 g which were divided into 3 groups with 10 rats each: P0 group, without any treatment; P1 group, exposed to UV-B and treated with placebo; and P2 group, exposed to UV-B and treated with Panax ginseng extract cream. After 48 hours of the last radiation for the entire 2 weeks, all rats were anesthetized, and their skin tissues were prepared for histological examination staining with Sirius red. The expresion of MMP-1 and the amount of collagen were observed under 400x magnification of binocular microscopy. The results showed that the average amount of collagen in the P0 group was 69.38±3.96%; in the P1 group was 62.79±3.50%; whereas in the P2 group was 80.55±6.41% (P <0.01). The mean expression of MMP-1 in the P0 group was 15.43±3.13%; in the group P1 was 27.99±5.45%; while in the P2 group was 6.16±2.33% (P <0.01). Conclusion: Panax ginseng extract cream could prevent MMP-1 elevation and collagen degradation in UVB-exposed Wistar rats.Keywords: Panax ginseng, collagen, MMP-1, UVB Abstrak: Ultraviolet B (UV-B) merupakan salah satu sumber radikal bebas yang dapat mempercepat proses penuaan, khususnya penuaan pada kulit. Paparan sinar UVB berulang akan mengaktifkan enzim yang mendegradasi kolagen dan menghambat produksi kolagen melalui peningkatan ekspresi MMP-1. Panax ginseng merupakan jenis herbal yang paling sering digunakan di negara Asia dengan efek antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian krim Panax ginseng dapat menghambat penurunan jumlah kolagen dan peningkatan MMP-1 pada kulit tikus Wistar yang dipajan sinar UV-B. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan posttest only control group design. Subjek penelitian ialah 30 ekor tikus galur Wistar (Rattus norvegicus) jantan, berusia 10-12 minggu, dengan berat badan 160-180 gr yang dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu: kelompok P0 sebagai kelompok kontrol tanpa perlakuan; kelompok P1 diberikan pajanan sinar UV-B dengan plasebo; dan kelompok P2 diberikan pajanan sinar UV-B dengan krim Panax ginseng (P2). Setelah 48 jam penyinaran terakhir selama 2 minggu, seluruh tikus dianestesi, kemudian diambil jaringan kulitnya untuk dibuat preparat histologik. Jumlah kolagen dan eskpresi MMP-1 dermis dihitung sebagai data post test. Hasil analisis menunjukkan rerata jumlah kolagen pada kelompok P0 ialah 69,38±3,96%; pada kelompok P1 62,79±3,50%; dan pada kelompok P2 80,55±6,41% (p<0,01). Hasil rerata ekspresi MMP-1 pada kelompok P0 ialah 15,43±3,13%; pada kelompok P1 27,99±5,45%; dan pada kelompok P2 ialah 6,16±2,33% (P <0,01). Simpulan: Pemberian krim Panax ginseng menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 dan penurunan jumlah kolagen pada kulit tikus Wistar jantan yang dipajan sinar UV-B. Kata kunci: Panax ginseng, kolagen, MMP-1, UVB
Perbedaan tinggi badan sebelum tidur dan setelah bangun pagi pada masyarakat subetnis Minahasa di Desa Senduk Simanullang, Magdalena I.; Tanudjaja, George N.; Wongkar, Djon; Pasiak, Taufiq F.
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14883

Abstract

Abstract: Anthropometry is a measurement of certain parts of human body including height. This study was aimed to obtain the difference in height between after waking up in the morning and before going to bed at night among Minahasan sub-ethnic people at Senduk village. This was an analytical study with a cross-sectional design. Sampels were obtained by using purposive sampling method. There were 65 people as subjects. The results showed that the heights after waking up in the morning were longer than the heights before going to bed at night with an average of 1-2 cm for both sexes. The Wilcoxon test showed a significant difference between the heights after waking up in the morning and the heights before going to bed at night (p=0.002 for males and p=0.000 for females). Conclusion: There was a significant difference between the heights after waking up in the morning and the heights before going to bed at night. The heights after waking up in the morning were longer than the heights before going to bed at night.Keywords: height, after waking up in the morning, before going to bed at night Abstrak: Antropometri merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur bagian-bagian tubuh manusia termasuk tinggi badan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan tinggi badan sebelum tidur dan setelah bangun pagi pada sub-etnis Minahasa di Desa Senduk. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 65 orang. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tinggi badan setelah bangun pagi lebih panjang dibandingkan sebelum tidur malam hari dengan rerata perbedaan 1-2 cm untuk kedua jenis kelamin. Hasil uji Wilcoxon mendapatkan perbedaan bermakna antara tinggi badan setelah bangun pagi dan sebelum tidur (p=0,002 untuk laki-laki dan p=0,000 untuk perempuan). Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara tinggi badan setelah bangun pagi dan sebelum tidur malam hari. Tinggi badan setelah bangun pagi lebih pendek dibandingkan sebelum tidur malam hari. Kata kunci: tinggi badan, sebelum tidur malam hari, setelah bangun pagi
Gambaran kadar apolipoprotein B (APO-B) serum pada vegetarian lacto-ovo Setiawan, Hengky G.; Kaligis, Stefana H.M.; Assa, Youla A.
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14802

Abstract

Abstract: Lacto-ovo vegetarian is the most common type of vegetarians in society. This type of vegetarian does not consume fish and meats, except eggs, milk, and its products. Apolipoprotein is a protein component of lipoprotein. Plasma lipoprotein is a complex macromolecule with a spherical form consists of specific lipid and protein. Apolipoprotein B (APO-B) is a main apolipoprotein in low density lipoprotein (LDL). It is also found in very low density lipoprotein (VLDL) and chylomicron. This study was aimed to obtain the description of serum apolipoprotein B (APO-B) levels in lacto-ovo vegetarians. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 15 respondents from Vihara Mandalatama Matreiya Manado obtained by using total sampling method. The results showed that 8 respondents (53.3%) had normal serum APO-B levels, 4 respondents (26.6%) had low serum APO-B levels, and 3 respondents (20%) had high serum APO-B levels. Conclusion: The majority of lacto-ovo vegetarians had normal levels of serum apolipoprotein B.Keywords: apolipoprotein B (APO-B), lacto-ovo vegetarian Abstrak: Vegetarian lacto-ovo merupakan jenis vegetarian yang paling umum di masyarakat. Vegetarian ini tidak mengonsumsi daging hewan tapi masih mengonsumsi telur, susu, serta produk olahan susu dan telur. Apolipoprotein adalah komponen protein dari lipoprotein. Lipoprotein plasma adalah kompleks makromolekul berbentuk sferis yang terdiri dari lipid dan protein spesifik. Apolipoprotein B (APO-B) merupakan apolipoprotein utama dalam low density lipoprotein (LDL). Apolipoprotein B (APO-B) juga terdapat dalam very low density lipoprotein (VLDL) dan kilomikron. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar apolipoprotein B (APO-B) serum pada vegetarian lacto-ovo. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Terdapat 15 responden dari Vihara Mandalatama Matreya Manado yang diperoleh dengan metode total sampling. Hasil penelitian mendapatkan 8 responden (60%) dengan kadar APO-B serum normal, 4 responden (26,6%) dengan dengan kadar APO-B serum rendah, dan 3 responden (20%) dengan kadar APO-B serum tinggi. Simpulan: Sebagian besar vegetarian lacto-ovo mempunyai kadar apolipoprotein B serum yang normal. Kata kunci: apolipoprotein B (APO-B), vegetarian lacto-ovo
Gambaran makroskopik dan mikroskopik kandung kemih pada hewan coba postmortem Pontoh, Larisa M.; Kalangi, Sonny J.R.; Kaseke, Martha M.
eBiomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.5.1.2017.15903

Abstract

Abstract: The aim of this study was to obtain the microscopic and microscopic postmortem changes of urinary bladder in domestic pigs. This was a descriptive observational study. The observations were performed at several time intervals, as follows: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, and 48 hours postmortem. The macroscopic observation of urinary bladder showed that the organ color became darker at 2-3 hours postmortem, the consistency became soft at 24 hours postmortem, and the organ became flattened and longer at 24-30 hours postmortem. The microscopic changes were epithelial desquamation at 1 hour postmortem which was continued leaving a flat thin basal layer at 24 hours postmortem. Congestion was observed at 1 hour postmortem. Hydropic degeneration of the muscle layer began at 3hours postmortem, and the layer became unidentified at 42 hours postmortem. Epithelial changes were hydropic degeneration, picnotic, and anuclear at 4 hours and were identified until 21 hours postmortem. Debris of necrotic epithelial cells was observed until 36-48 hours postmortem. Conclusion: The earliest macroscopic change started at 3 hours postmortem was the change in color. The earliest microscopic changes started at 1 hour postmortem were epithelial desquamation and congestion.Keywords: macroscopic, microscopic, urinary bladder, postmortem Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perubahan makroskopik dan mikroskopik kandung kemih hewan coba babi postmortem. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional. Perubahan diamati pada beberapa interval waktu postmortem: 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam, 15 jam, 18 jam, 21 jam, 24 jam, 30 jam, 36 jam, 42 jam, dan 48 jam. Hasil pengamatan makroskopik mendapatkan perubahan warna kandug kemih menjadi lebih gelap dari 2 jam ke 3 jam postmortem, konsistensi berubah dari kenyal menjadi lunak sampai 24 jam postmortem, organ mengempis dan memanjang pada 24 jam sampai 30 jam postmortem. Perubahan mikroskopik berupa deskuamasi sejak 1 jam postmortem dan pada 24 jam postmortem tersisa epitel basal tipis dan rata. Kongesti terlihat sejak 1 jam postmortem. Degenerasi hidrofik pada lapisan otot sejak 3 jam postmortem sampai lapisan tersebut tidak jelas teramati 42 jam postmortem. Perubahan epitel berupa degenerasi hidrofik, inti piknotik, dan anukleus dimulai pada 4 jam postmortem dan terus berlanjut sampai 24 jam postmortem. Debris sel nekrosis terlihat pada 36 sampai 48 jam postmortem. Simpulan: Perubahan makroskopik mulai tampak pada 3 jam postmortem berupa perubahan warna. Perubahan mikroskopik mulai tampak pada 1 jam postmortem berupa deskuamasi epitel dan kongesti.Kata kunci: makroskopik, mikroskopik, kandung kemih, postmortem
Gambaran empati pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2011 Runtuwarow, Stardia; Pasiak, Taufiq F.; Ticoalu, Shane H.R.
eBiomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.5.1.2017.15630

Abstract

Abstract: Empathy is a potential psychological motivator for helping others in distress. Empathy can be defined as the ability to feel or imagine another person’s emotional experience. The ability to empathize is an important part of social and emotional development, affecting an individual’s behavior toward others and the quality of social relationships. This was a descriptive quantitative study using cross sectional design. Empathy scale questionnaires were filled in by 76 students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado who were active as co-assisants at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. The results showed that the majority had high empathy, with an average overall score of empathy of female co-assistants was higher than of male co-assistants. Conclusion: Empathy of students of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi batch 2011 was categorized as high.Keywords: emphaty, medical students Abstrak:. Empati adalah motivator potensi psikologis untuk membantu orang lain yang dalam kesulitan. Empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan atau membayangkan pengalaman emosional orang lain. Kemampuan untuk berempati merupakan bagian penting dari perkembangan sosial dan emosional, memengaruhi perilaku individu terhadap orang lain dan kualitas hubungan sosial. Jenis penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang. Angket skala empati diisi oleh 76 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang sedang aktif menjalankan tugas sebagai co-assisant di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian menunjukkan hasil empati mayoritas tinggi, dengan rerata keseluruhan skor empati perempuan lebih tinggi dibandingkan dari laki-laki. Simpulan: Gambaran empati mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011 tergolong tinggi.Kata kunci: empati, mahasiswa Kedokteran
Krim ekstrak etanol biji mengkudu (Morinda citrifolia) sama efektifnya dengan krim hidrokuinon dalam mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut (Cavia porcellus) yang dipapar sinar ultraviolet B Sofiana, Rahmi; Wiraguna, Anak A.G.P.; Pangkahila, Wimpie
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.15017

Abstract

Abstract: Ultraviolet B (UVB) ray may cause skin hyperpigmentation due to increased melanin level. Noni seeds (Morinda citrifolia) extract was a strong candidate as an antioxidant and whitening agent. This study was aimed to prove the effect of noni seeds extract cream in prevention the increase of melanin in UVB-exposed guinea pig (Cavia porcellus). This was a true experimental study using posttest only control group design. Subjects were 30 guinea pigs divided into 3 groups, each of 10 guinea pigs. Group 1, the control group, was treated with UVB exposure and basic cream; group 2 was treated with UVB and 4% noni seed cream; and group 3 was treated with UVB and 4% hydroquinone cream. A total of 390 mJ/cm2 ultraviolet B dosage was given for 2 weeks. Histopathological examination with Masson-Fontana staining was performed to evaluate the melanin areas with black color. The amount of melanin was calculated by the percentage of pixel areas of melanin and was compared with the pixels of all epidermal tissues. The results showed that the highest number of melanin was in group 1 (10.61±5.33%), while in group 2 was 1.4±0.65%, and in group 3 was 0.45±0.23%. There was a significant difference between the control group and group 2 as well as group 3 (P <0.05) whereas no significant difference was found between group 2 and group 3 (P >0.05). Conclusion: The 4% noni seeds extract (Morinda citrifolia) cream could prevent the increase of skin melanin in UVB-exposed guinea pig as effective as 4% hydroquinone cream.Keywords: noni seeds extract cream, melanin, ultraviolet B, guinea pigs Abstrak: Paparan sinar ultraviolet B (UVB) mengakibatkan terjadinya kelainan hiperpigmentasi yang ditandai dengan peningkatan jumlah melanin. Ekstrak biji mengkudu memiliki kombinasi zat aktif yang dapat bekerja sinergis dalam mencegah peningkatan jumlah melanin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek pemberian krim ekstrak biji mengkudu (Morinda citrifolia) dalam mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut (Cavia porcellus) yang dipapar sinar UVB. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan randomized posttest only control group design menggunakan 30 ekor marmut jantan yang dibagi atas 3 kelompok, masing-masing 10 ekor. Kelompok 1 yaitu kelompok kontrol, diberi paparan sinar UVB dan diolesi krim dasar. Kelompok 2 diberi paparan sinar UVB dan krim ekstrak biji mengkudu 4%. Kelompok 3 diberi paparan sinar UVB dan krim hidrokuinon 4%. Dosis total UVB yaitu 390 mJ/cm2 diberikan selama 2 minggu. Pemeriksaan histopatologik jaringan kulit dengan pewarnaan Masson- Fontana. Jumlah melanin dihitung dengan persentase pixel luas area melanin dibandingkan dengan pixel seluruh jaringan epidermis. Hasil penelitian menunjukkan jumlah melanin pada Kelompok 1 sebesar 10,61±5,33%; pada kelompok 2 sebesar 1.4±0.65%, dan pada kelompok 3 sebesar 0,45±0,23%. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dengan kelompok 2 dan 3 (P <0,05). Perbandingan antara kelompok 2 dan 3 tidak berbeda bermakna dalam mencegah peningkatan jumlah melanin (P >0,05). Simpulan: Krim ekstrak biji mengkudu 4% dapat mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut yang dipapar sinar UVB, dan memiliki efektifitas yang sama dengan krim hidrokuinon 4%. Kata kunci: krim ekstrak biji mengkudu, melanin, ultraviolet B, marmut
Pemberian ekstrak daun cincau (Mesona palustris BL) oral meningkatkan jumlah sel β pankreas dan menurunkan gula darah puasa pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar diabetes Zahra, Fatimah; Budhiarta, Anak A.G.; Pangkahila, Wimpie
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.15034

Abstract

Abstract: Grass jelly leaf is a traditional Indonesian beverage that is believed to be beneficial for our health. This study was carried out to observe the increased number of pancreatic  cells and the decreased fasting blood glucose in male Wistar rats with diabetes induced by streptozotocin (STZ). This was a pure experimental study with a post-test only control group design. Subjects were 36 male rats divided into 2 groups: the control group (P0), given glibenclamide dose 0.09 mg /200 g rat body weight and 2 ml aquadest as placebo; and the treatment group (P1), given glibenclamide 0.09 mg/200mg rat body weight and grass jelly leaf extract 54 mg/200 mg rat body weight. Pancreatic  cell count and blood glucose examination were performed after 28 days of treatment. The results showed that the number of pancreatic  cells in the treatment group (P1) was statistically higher than of the control group (P0) (56.72±5.644 vs 29.11±2.698 cells (P ≤0.001). In addition, the fasting blood glucose level of the treatment group (P1) was statistically lower than of the control group (P0) (79.50±37.75mg/dl vs 191.00±123.15mg/dl) (P <0.001). Conclusion: The administration of grass jelly extract increased pancreatic β cells and decreased fasting blood glucose level in diabetic male rats. Keywords: grass jelly extract, fasting blood sugar, pancreatic beta cells, diabetes mellitus Abstrak: Daun cincau atau grass jelly (Mesona palustris BL) merupakan bahan minuman tradisional Indonesia yang dipercaya bermanfaat untuk kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan jumlah sel β pankreas dan penurunan kadar gula darah puasa pada tikus Wistar diabetes yang diinduksi streptozotocin (STZ). Jenis penelitian ialah eksperimental murni dengan post-test only control group design. Subyek penelitian ialah 36 ekor tikus putih jantan, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: kelompok kontrol (P0) yang diberikan glibenklamid oral dosis 0,09 mg/200gr BB tikus dan 2 ml aquadest sebagai plasebo; dan kelompok perlakuan (P1) yang diberikan glibenklamid oral dosis 0,09 mg/200 gr BB tikus dan ekstrak daun cincau dosis 54 mg/200gr BB tikus. Penghitungan jumlah sel β pankreas dan pengukuran gula darah dilakukan setelah 28 hari perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok perlakuan (P1) memiliki jumlah sel β pankreas yang secara statistik lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (P0) (56,72±5,644 sel/lapang pandang vs 29,11±2,698 sel/lapang pandang) (P ≤0,001). Selain itu, kelompok perlakuan (P1) memiliki kadar gula darah puasa yang secara statistik lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (P0) (79,50±37,75 mg/dl vs 191,00±123,15 mg/dl) (P <0,001). Simpulan: Pemberian ekstrak daun cincau (Mesona palustris BL) meningkatkan jumlah sel β pankreas dan menurunkan kadar gula darah puasa pada tikus (Rattus novergicus) jantan galur Wistar diabetes.Kata kunci: ekstrak daun cincau, gula darah puasa, sel beta pankreas, diabetes melitus
Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012 Liputra, Osvaldo T.; Pasiak, Taufiq F.; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14851

Abstract

Abstract: Clavicle is a long slender bone that lies horizontally at the root of the neck just beneath the skin. The clavicle is connected to the sternum and the first costal cartilage and acromion process of the scapula laterally. Body height is formed by the skull, vertebra column, and a part of lower limb bones. This was an analytical descriptive study with a cross sectional design. Subjects were 76 students of Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi Manado obtained by using purposive sampling method. Data were analyzed by Pearson correlation test and linear regression test. The Pearson correlation test showed that there was a weak correlation between clavicle length and body height in males (r = 0.149) and a strong enough correlation in females (r = 0.360). The linear regression test showed the equation in males was BH (body height) = 160.042 + (0.606 x clavicle length) and in females was BH = 145.121 + (1.044 x clavicle length). Conclusion: There was a strong enough correlation between clavicle length and body height in females but not in males. Body height can be determined by clavicle length using an equation.Keywords: clavicle length, body height Abstrak: Klavikula merupakan tulang panjang yang ramping, membentang horizontal di dasar leher tepat dibawah kulit. Klavikula terhubung dengan sternum dan tulang rawan rusuk pertama, serta menyamping dengan akromion dari skapula. Tinggi badan dibentuk oleh tulang tengkorak, tulang belakang, dan sebagian tulang ekstremitas bawah. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah 76 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang ditentukan dengan cara purposive sampling. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan uji regresi linear. Hasil uji korelasi Pearson memperlihatkan hubungan lemah antara panjang klavikula dan tinggi badan pada laki-laki (r=0,149) dan hubungan cukup kuat pada perempuan (r = 0,360). Persamaan pada laki-laki TB = 160,042 + (0,606 x panjang klavikula) dan pada perempuan TB = 145,121 + (1,044 x panjang klavikula). Simpulan: Terdapat hubungan yang cukup kuat antara panjang klavikula dengan tinggi badan pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki. Tinggi badan seseorang dapat ditentukan dari panjang klavikula dengan menggunakan suatu persamaan.Kata kunci: panjang klavikula, tinggi badan
Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) secara topikal meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dalam proses penyembuhan luka pada tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) Palumpun, Eva F.; Wiraguna, Anak A.G.P.; Pangkahila, Wimpie
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.15037

Abstract

Abstract: This study was aimed to prove that topical betel (Piper betle) leaf extract adinistration could increase epidermal thickness, fibroblasts, and collagen amount in wound healing process of male Wistar rats (Rattus norvegicus). Subjects were 36 Wistar rats (Rattus norvegicus) with inclusion criteria, as follows: healthy, aged 3-4 months, weighing 200-250 g, divided into two groups with 18 rats each. The first group, the control group (P0), was treated with oral amoxicillin 3x10mg/day for 3 days and one drop (50 μl) of 10% povidine iodine topically 2x/day for 14 days, and the second group, the treatment group (P1), treated with oral amoxicillin 3x10 mg/day for 3 days and one drop (50 μl) of 10% betel leaf (Piper betle) extracttopically 2x/day for 14 days. Samples of skin tissue were processed for histological slides by using hematoxylin-eosin staining to check the epidermal thickness and fibroblast, meanwhile Picro sirius red staining to check the collagen amount. Microscopic examinations showed that the average epidermal thickness in P0 group was 24.72±14.91 μm, whereas in the P1 group was 56.75±23.04 μm (P <0.01). The number of fibroblasts in P0 group was 75,45±32,52 cells/visual field meanwhile of P1 group was 95,67±22,51 cells/visual field (P < 0.05). The average of collagen amount in P0 group was 65.27±7.13% while in P1 group was 83.09±2.59% (P <0.01). Conclusion: Topical administration of 10% betel (Piper betle) leaf extract could increase epidermal thickness, fibroblasts, and collagen in wound healing process of male Wistar rats (Rattus norvegicus).Keywords: betel leaf, epidermis, fibroblast, collagen, wound Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dalam proses penyembuhan luka pada tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus). Subjek penelitian ialah 36 ekor tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) dewasa dan sehat, berumur 3-4 bulan, dengan berat badan 200-250 gr, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 18 ekor tikus. Kelompok pertama ialah kelompok kontrol (P0) diberikan amoksisilin oral 3 x 10mg/hari selama 3 hari serta povidine iodine 10% topikal 1 tetes (50 μl) 2x/hari selama 14 hari (P0). Kelompok kedua ialah kelompok perlakuan (P1) diberi amoksisilin oral 3 x 10 mg/hari selama 3 hari serta ekstrak daun sirih (Piper betle) konsentasi 10% secara topikal 1 tetes (50 μl), 2x/hari selama 14 hari. Jaringan kulit diambil dan dibuat preparat dengan pewarnaan hematoksilin-eosin untuk pemeriksaan ketebalan epidermis dan jumlah fibroblas, serta pewarnaan Picro sirius red untuk pemeriksaan jumlah kolagen. Hasil pemeriksaan mikroskopik menunjukkan rerata tebal epidermis pada kelompok P0 24,72±14,91 μm dan pada kelompok P1 56,75±23,04 μm (P <0,01). Rerata jumlah fibroblas pada kelompok P0 75,45±32,52 sel/lapang pandang dan pada kelompok P1 95,67±22,51 sel/lapang pandang (P <0,05). Rerata jumlah kolagen pada kelompok P0 65,27±7,13% dan pada kelompok P1, 83,09±2,59% (P <0,01). Simpulan: Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen pada luka tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus). Kata kunci: daun sirih, epdermis, fibroblas, kolagen, luka
Gambaran intelligence quotient (IQ) pelajar kelas XI IPA SMA Negeri 1 Manado Kindangen, Estheria H.C.; David, Lydia; Opod, Hendri
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14868

Abstract

Abstract: Commonly, intelligence is often called cleverness hence people with high intelligence are often called clever individuals or geniuses. In the education sector, intelligence is utilized to know the academic achievement of an individual. This study was aimed to determine the intelligence quotient (IQ) of students of science class XI at SMA Negeri 1 (senior high school) Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 140 subjects in this study who fulfilled the inclusion criteria. The results showed that 30 subjects were in the superior IQ score category (36%); 29 subjects in the above average IQ score category (35%); 22 subjects in the average IQ score category (27%); 2 subjects in the below average IQ score category (2%); and there was 1 deviative subject (1%). Conclusion: The intelligence quotient (IQ) of SMA Negeri 1 Manado students of science class XI was categorized as above average.Keywords: IQ, intelligence, students Abstrak: Secara umum inteligensi sering disebut kecerdasan, sehingga orang yang memiliki inteligensi tinggi sering disebut orang cerdas atau jenius. Dalam bidang pendidikan, kemampuan inteligensi dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar yang dapat dicapai oleh individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat intelegensi (IQ) pelajar kelas XI IPA SMA Negeri 1 Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah 140 pelajar yang memenuhi kriteria inklusi. Alat tes inteligensi yang digunakan ialah Standard Progressive Matrices (SPM). Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada 140 pelajar SMA Negeri 1 Manado didapatkan skor IQ kategori superior 30 subyek (36%), kategori di atas rata-rata 29 subyek (35%), kategori rata-rata 22 subyek (27%), di bawah rata-rata 2 subyek (2%), dan 1 subyek defiatif (1%). Simpulan: Tingkat inteligensi (IQ) pelajar kelas XI IPA SMA Negeri 1 Manado termasuk dalam kategori di atas rata-rata. Kata Kunci: IQ, inteligensi, pelajar

Page 1 of 3 | Total Record : 23