cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL ILMIAH PLATAX
ISSN : 23023589     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Mencakup Penulisan yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara mandiri, atau kelompok, dan berdasarkan Ruang Lingkup Pengelolaan Wilayah Pesisir, Konservasi, Ekowisata, dan Keanekaragaman Hayati Perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018" : 16 Documents clear
Geographic Information System for Tuna Fishing Areas in Bitung waters J. Ch. Kumaat; M. M. F. Rampengan; S. T. B. Kandoli
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.21434

Abstract

The existence of the fishing in the waters will always be dynamic, constantly changing or changed following the movement of environmental conditions, which naturally fish will choose a more appropriate habitat. Predicted zone of Tuna fish catch can be done by detecting the distribution of chlorophyll-a and sea surface temperature distribution from Aqua MODIS image.  This study aims to predict the local zone tuna fishing in the sea around the city of Bitung based on the distribution of chlorophyll-a and sea surface temperature by using satellite image Aqua MODIS data level-3. A series of research activities are conducted in stages are: image collection, image cutting in accordance with the desired area, image extraction, data interpolation, map overlay, and the last is the map layout.  The result of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a concentration in the ocean waters of Bitung and surrounding areas shows the chlorophyll-a and sea surface temperature varies each season. The highest chlorophyll-a distribution is in the second transitional season in September and the lowest in the west season in December. The highest sea surface temperature distribution is in the eastern seasons in June and the lowest in the eastern seasons in August. The results showed at some of the most potential fishing points of Tuna in the transitional season II wherein each month in the season potentially forming the Tuna fishing areaKeywords: Tuna, chlorophyll-a, SST, Aqua, Modis ABSTRAK Keberadaan daerah penangkapan ikan di perairan akan selalu bersifat dinamis, selalu berubah atau berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan, yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai.  Zona tangkapan ikan Tuna yang diprediksi dapat dilakukan dengan mendeteksi distribusi klorofil-a dan distribusi suhu permukaan laut dari citra Aqua MODIS. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi zona lokal penangkapan ikan tuna di laut sekitar kota Bitung, berdasarkan distribusi klorofil-a dan suhu permukaan laut dengan menggunakan citra satelit Aqua MODIS data level-3. Serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan secara bertahap adalah: koleksi gambar, pemotongan gambar sesuai dengan area yang diinginkan, ekstraksi gambar, interpolasi data, overlay peta, dan terakhir adalah tata letak peta. Hasil dari Suhu Permukaan Laut (SST) dan konsentrasi klorofil-a di perairan laut Bitung dan sekitarnya menunjukkan klorofil-a dan suhu permukaan laut bervariasi setiap musim. Distribusi klorofil-a tertinggi adalah pada musim peralihan kedua pada bulan September dan terendah di musim barat pada bulan Desember. Distribusi suhu permukaan laut tertinggi adalah di musim timur pada bulan Juni dan terendah di musim timur pada bulan Agustus. Hasil penelitian menunjukkan pada beberapa titik penangkapan ikan Tuna yang paling potensial pada musim peralihan II dimana setiap bulan di musim tersebut berpotensi membentuk daerah penangkapan Tuna.Kata Kunci: Tuna, Chlorofil-a, SPL, Aqua, Modis
Study Of Fish Layang Otolith, Decapterus akaadsi, Abe 1958 from Amurang Bay Sandra Baweleng; Fransine B Manginsela; Joudy R.R. Sangari
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20630

Abstract

Fish otolith is a product of biomineralization in the fish body. In several studies, otolith ha been used to estimate fish age that is a crucial parameter to describe fish population and sustainable management of the fish stock. Otolith occurs in all teleosts, i.e. sagitta, utrikulus, and lagena. Until now, the morphometric characteristics of Decapterus akaadsi, Carangidae, otolith have not been described yet, particularly its microstructure, such as length, width, area, perimeer, and biomineral element.The otolith of D. akaadsi was studied on sagittal pair samples (left and right) of 29 males and 22 females. The image of these otoliths was assessed using ImageJ application to describe length, width, perimeter, and area of the otolith. Total body length of D.akaadsi samples was found not significant to determine the major descriptor of the otolith. Morphomeric variations of length (2.24 mm) and width (5.26 mm) did not show difference between left otolith and right otolith as between male and female otoliths.Growth pattern analysis found t cal.  > t tab. meaning that males, females, and  male-female mixture had allometric growth.Keyword: scad, Decapterus akaadsi, otolith, morphometric, growth patten.ABSTRAKOtolith atau batu telinga ikan dikenal sebagai hasil dari biomineralisasi yang berlangsung dalam tubuh ikan. Pada beberapa studi, otolith digunakan untuk mengestimasi umur ikan serta struktur. Otolith dimiliki oleh semua ikan teleost dengan tiga (3) organ otolith antara lain sagitta, utrikulus dan lagena. Hingga kini jenis Decapterus akaadsi family Carangidae, belum pernah diungkapkan karakteristik morfometrik otolithnya, demikian halnya dengan struktur mikro dari morfologi Panjang, lebar, area, keliling otolith dan elemen biomineralnya.Otolith ikan layang, Decapterus akaadsi telah ditelaah dari sampel pasangan otolith sagita (kiri dan kanan) sebanyak 29 ikan jantan dan 22 ikan betina. Citra foto otolith ini ditafsirkan dengan piranti ImageJ untuk mendeskripsikan panjang, lebar, perimeter, dan luas otolith Panjang total tubuh Decapterus akaadsi contoh ditemukann non signifikan menentukan descriptor utama otolith. Sementara variasi morfometrik panjang otolith (2,24 mm) dan lebar (5,26 mm) tidak menunjukkan perbedaan baik antara otolith kiri dan otolith kanan, seperti juga antara otolith dari ikan betina dan ikan jantan.Berdasarkan hasil analisis pola pertumbuhan, uji t terhadap nilai b ikan layang, Decapterus akaadsi jantan memiliki t hit  > t tabe  maka dari itu H1 diterima (alometrik) dan betina t hit > t tabel serta gambungkan (jantan-betina) t hit > t tabel   dimana hipotesis H1 diterima (alometrik).Kata kunci: ikan layang, Decapterus akaadsi, otolith, Karaktistik Morfometrik, Pola Pertumbuhan
Foraminifera On The Beach Of Malalayang Dua Petrick Billy; Jane M. Mamuaja; Royke M. Rampengan; Medy Ompi; Esry T. Opa; Joppy Mudeng
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20660

Abstract

Beach as one on the landform that reflects the work of hydro-oceanographic factors, generally in the form of loose sedimentary material. Loose sediment is a collection of organic and inorganic particles that accumulate widely and are irregular in shape. One example of organism in marine waters that contributes to the availability of organic particles in the beach landform is foraminifera. Foraminifera is a single-celled organism that has the ability to form shells from substances of CaCO3 which originate from itself or from the surrounding environment. This study was aimed to classify physical sediments on the Malalayang Dua beach according to the points of sediment sampling, and see how the composition of foraminifera in the beach area and analyze the presence of foraminifera in relation to the granulometry of beach sediments. From the result of the study, it is found that the composition of grain size of sediment on the beach of Malalayang Dua is different, in stasion 1A, 1B, 2A, and 2B the sediment were mostly composed by fine grains while in station 3A and 3B were of coarse-grained sediment. A number of a species of foraminifera (dead test) was found in the study, and the number of tests was highes in fine sediments compared to coarse sediment.Keywords : Beach Landform, Malalayang Dua Coast, Foraminifera ABSTRAKGisik sebagai salah satu bentuklahan yang merefleksikan kerja faktor-faktor hidro-oseanografi, umumnya berwujud material sedimen lepas. Sedimen lepas adalah kumpulan partikel organik dan anorganik yang terakumulasi secara luas dan bentuknya tidak beraturan. Salah satu organisme di perairan laut yang berkontribusi terhadap ketersediaan partikel organik di gisik adalah foraminifera. Foraminifera merupakan organisme bersel tunggal yang mempunyai kemampuan membentuk cangkang dari zat-zat CaCO3yang berasal dari dirinya sendiri atau dari lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan sedimen gisik di pantai Malalayang Dua menurut titik-titik pengambilan sampel sedimen, dan melihat bagaimana komposisi foraminifera di kawasan gisik serta menganalisis keberadaan foraminifera dalam kaitannya dengan granulometri sedimen gisik. Dari hasil penelitian komposisi ukuran butir sedimen pada lahan gisik di pantai Malalayang Dua berbeda menurut stasiun yang ditetapkan, di ruang pantai ke arah Timur yaitu stasiun 1A, 1B, 2A, 2B komposisi sedimennya berukuran halus, sedangkan di ruang pantai ke arah Barat yaitu stasiun 3A dan 3B komposisi sedimennya berukuran kasar, komposisi sedimen di setiap stasiun gisik litoral dan sublitoral menampilkan adanya perbedaan tingkat kekasaran partikel sedimen. Dari hasil penelitian ditemukan 9 cangkang foraminifera. Pada komposisi sedimen gisik yang berukuran halus ditemukan jumlah cangkang foraminifera yang lebih banyak dibandingkan dengan gisik yang komposisi sedimen berukuran kasar.Kata kunci : Lahan Gisik, Pantai Malalalayang Dua, Foraminifera
Economic Valuation of Pasirpanjang Ecotourism in Lembeh Island Mustika Permata Sari; Unstain N. W. J. Rembet; Joudy R.R. Sangari
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20597

Abstract

Ecotourism is viewed as an economic incentive for the communities living near the protected areas, as well as a tool to enhance their participation to preserve an ecosystem. Pasirpanjang Ecotourism Area in Lembeh Island has been developed since some part of its’ waters were promoted as a Coastal and Small Island Conservation Area of Bitung City in 2014. The aims of this study are to estimate the economic value of Pasirpanjang Ecotourism Area using Zonal Travel Cost Method and resulting a policy recommendation to develop Pasirpanjang Ecotourism. This study was conducted in Pasirpanjang village, Sub-district of South Lembeh on May 2018. The result showed the total economic value of Pasirpanjang Ecotourism is Rp. 1,610,786,697 per annum. The result also indicated the importance of ecotourism concept to be considered by government in managing mangrove ecosystems. The potential value of the area of Pasirpanjang Ecotourism could be considered as a long term economic asset and for the sustainability of the conservation as well.Key Words: Economic Value, Pasirpanjang Ecotourism Area, Economic Incentive, Zonal Travel Cost MethodABSTRAKEkowisata dipandang sebagai insentif ekonomi bagi masyarakat yang berada di sekitar area perlindungan, serta menjadi alat untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam upaya pelestarian suatu ekosistem. Ekowisata Pasirpanjang di Pulau Lembeh telah dikembangkan sejak wilayah perairan di sekitarnya dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Bitung pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menaksir nilai ekonomi dari Ekowisata Pasirpanjang menggunakan Metode Biaya Perjalanan Zonasi (Zonal Travel Cost Method) dan menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan kawasan Ekowisata Pasirpanjang. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasirpanjang di bagian selatan Pulau Lembeh pada bulan Mei 2018. Berdasarkan estimasi nilai ekonomi dari Ekowisata Pasirpanjang adalah sebesar Rp. 1.610.786.697 per tahun. Estimasi nilai tersebut menunjukan pentingnya konsep ekowisata sebagai pertimbangan oleh pemerintah dalam mengelola ekosistem mangrove. Potensi nilai Ekowisata tersebut juga dapat dipertimbangkan sebagai aset ekonomi jangka panjang dan keberlanjutan pelestarian. Kata kunci: Nilai ekonomi, Kawasan Ekowisata Pasirpanjang, Insentif ekonomi, Zonal Travel Cost Method
Amplification Of Bacterial Isolate Sf1 Associated With Sponge Facaplysynopsis sp. From Tongkeina, North Sulawesi Liviani Rangian; Elvy Like Ginting; Stenly Wullur; Erly Kaligis; Sandra Tilaar; Reiny Tumbol
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20636

Abstract

This study was conducted with the aim of amplifying the isolate of SF1 symbiont sponge Facaplysynopsis sp.  from Tongkeina, North Sulawesi. Samples are obtained and stored in the Lab. Molecular Biology and Marine Pharmacology, FPIK Unsrat. The genomic DNA of the samples was isolated using protocols from the Innu PREP Mini DNA Kit. The DNA of the SF1 symbionary bacteria was amplified by PCR (Polymerase Chain Reaction) using an 8F primer (5'-AGAGTITGATCCTGGCTA-3 ') and 1492 R (5'TACCTTACGACTT-3'). DNA bacteria SF1 successfully amplified marked by the appearance of the band of DNA that looks less clear, with a length of 600 bp.Keywords: Bacterial Isolate, Sponge,  AmplificationABSTRAKPenelitian ini dilakukan dengan tujuan mengamplifikasi isolat bakteri SF1 simbion spons Facaplysynopsis sp dari perairan Tongkeina, Sulawesi Utara. Sampel diperoleh dan tersimpan di Lab. Biologi Molekuler dan Farmasitika Laut, FPIK Unsrat. DNA genom dari sampel diisolasi menggunakan protokol dari Innu PREP DNA Mini Kit. DNA bakteri simbion SF1 diamplifikasi dengan PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan menggunakan primer 8F (5’-AGAGTITGATCCTGGCTA-3’) dan 1492 R (5’TACCTTACGACTT-3’). DNA bakteri SF1 berhasil diamplifikasi ditandai dengan munculnya pita DNA yang terlihat kurang jelas, dengan panjang 600 bp.Kata Kunci: Bakteri Simbion, Spons, Amplifikasi
The Inventory of Seagrasses in Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Marine Science in Subdistrict of East Likupang District North Minahasa Stevani Rawung; Ferdinand F Tilaar; Ari B Rondonuwu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20619

Abstract

This study was conducted in Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Science of Sam Ratulangi University, Sub-district of East Likupang, North Minahasa. This study aims to identified the seagrasses in the water of Marine Field Station. The benefits of this study are for the database of seagrasses ecosystem management and comparative for other studies. The Observation and data collection was using random survey technic by analyzed the areas to collecting all the seagrass species found. Furthermore, the seagrass samples were categorised into each species. The result showed the amount of seagrass species in Marine Field Station are 8 species from 6 genera and 2 families: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor.Keyword: Inventory, Seagrass, Marine Field Station ABSTRAKPenelitian dilakukan di perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupatan Minahasa  Utara. Tujuan penelitian  untuk mengidentifikasi lamun yang ada di Perairan Marine Field station. Manfaat penelitian dapat menjadi data pengelolaan ekosistem padang lamun dan dapat menjadi perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pengamatan dan pengambilan sampel menggunakan teknik survei jelajah, yaitu dengan menjelajahi wilayah pengamatan sambil mencari semua spesies lamun. Lamun yang diambil adalah semua jenis yang ditemui. Selanjutnya, sampel lamun dikelompokan berdasarkan spesies. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah spesies lamun pada lokasi penelitian di Perairan Marine Field Station adalah 8 spesies dari 6 genera dan 2 famili yaitu, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor. Kata kunci: Inventarisasi, Lamun, Marine Field Station
Test of Larvacide Activity from Some Sponge Extracts to Aedes aegypti Larvae Efra D. L. Wantah; R. E. P. Mangindaan; Fitje Losung
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20637

Abstract

Marine organisms have been known produce certain compounds those could lead for medicine purposes. Sponges are one and the most studied for this aim. oneof the important biological activities which expected from sponge are larvacide activity. The aims this research was to test the larvacide activity aagainst Aedes aegypti larvae from some of sponge extract. Sponge samples were taken from Malalayang Waters, (N 01 ° 27'37 "E 124 ° 47'30") on November 2014 with the depth varies from 2-15 m  with SCUBA. The extraction, preparation of the larvae and activity testing was performed on Biomolecular and Marine Pharmacy Laboratory Faculty Fisheries and Marine Science. The sponge samples were cutted and soaked in 95% Ethanol for over night with 3 repetitions to obtain ethanolic extracts. The extract were filtered and evaporated using freeze dryer then tested onto 10 instars 3 instars m larvae that had been previously maintained. the test was made in triplowith 24 hours observation. abate was used as positive control while negative control clean water was used.The test results showed that of 11 Sponge tested, 10 species showed larvacidal activity and marine sponge extract Tedania sp. has the highest activity compared to 9 extracts. As a suggestion of this research the further purification of Tedania sp. extract is needed to know the structure of active compound.Keywords: Aedes aegypti, Larvacide, Sponge extractABSTRAKOrganisme laut yang dapat dikembangkan menjadi bahan sediaan obat antara lain sponge, dan merupakan salah satu organisme laut yang banyak diteliti. Beberapa aktivitas biologis penting yang diharapkan dari ekstrak sponge salah satunya adalah aktivitas larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas larvasida nyamuk Aedes aegypti dari beberapa ekstrak Sponge. Sampel sponge diambil di perairan Malalayang, tepatnya di koordinat N 01°27’37” E 124°47’30” pada bulan November 2014 di kedalaman 2-15 m. Sedangkan untuk tahap ekstraksi, penyiapan larva uji dan pengujian aktivitas larvasida di lakukan di laboratorium Biomolekular dan Farmasitika Laut program studi Ilmu Kelautan, FPIK UNSRAT. Dalam penelitian yang dilakukan, sampel diambil di perairan menggunakan peralatan SCUBA. Setelah itu diekstrak dengan larutan etanol 95% dan direndam selama 24 jam dan dilakukan 3 kali pengulagan untuk mendapatkan ekstrak etanolik. Sampel dikeringkan dengan menggunakan alat freeze dryer kemudian diujikan ke 10 ekor larva nyamuk fase instar 3 yang telah dipelihara sebelumnya. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan lama pengamatan 24 jam pengamatan. Sebagai kontrol positif digunakan bubuk abate yang biasa dijual di pasaran sedangkan kontrol negative atau tanpa perlakuan digunakan air bersih. Data hasil pengamatan diolah menggunakan Microsoft excel.Hasil pengujian menunjukkan bahwa Dari 11 Sponge yang diuji, 10 jenis menunjukan aktivitas larvasida dengan persentase mortalitas yang bervariasi dan ekstrak sponge laut Tedania sp. memiliki aktivitas tertinggi dibandingkan dengan 10 jenis ekstrak sponge lain dalam pengujian. Sebagai saran dalam penelitian ini yaitu Perlu dilakukan pemurnian lanjut ekstrak lebih lanjut dari ekstrak sponge Tedania sp. yaitu ke tahap partisi dan Perlu adanya variasi konsentrasi dalam pengujian.Kata Kunci : Aedes aegypti, Larvasida, ekstrak Spong
Coral Fish Community of Chaetodontidae in the Coral Reef of Poopoh Village, Tombariri District, Minahasa Regency Unstain N. W. J. Rembet; Ari B. Rondonuwu; Laurentius T. X. Lalamentik
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.21246

Abstract

This study was aimed to determine the number of species, number of individual, density, and the structure of community of Chaetodontidae. This research was conducted in the waters of Poopoh Village, Tombariri District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Data collection was carried out at a depth of 5 meters with the Underwater Visual Census (UVC) method with an observation area of 250 m2.  Chaetodontidae have been found on the coral reefs of Poopoh Village, Tombariri District, consisting of 3 (three) genera,  Chaetodon, Forcipiger, and Heniochus with 13 species and 51 number of individuals. The diversity of species in Poopoh is categorized as moderate. The highest density of coralivorous fish found in Chaetodon kleinii species is 360 individuals / Ha followed by Heniochus acuminatus which is 240 individuals / Ha. The diversity of Chaetodontidae in this location is high. This condition is also seen in the maximum index (Hmax) which is not far above the value of H '.Keywords: Coral reef, Chaetodontidae, Poopoh Village ABSTRAKTujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jumlah spesies, kelimpahan individu, densitas,  dan struktur komunitas ikan Chaetodontidae.  Penelitian ini dilakukan  di perairan Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.  Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 5 meter dengan metode Underwater Visual Census (UVC) dengan luas areal pengamatan adalah 250 m2.   Ikan karang Chaetodontidae  telah ditemukan di terumbu karang Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri,  terdiri dari 3 (tiga) marga yaitu Chaetodon, Forcipiger, dan Heniochus dengan 13 spesies dan 51 individu. Keragaman spesies di Poopoh dikategorikan sedang. Densitas tertinggi ikan koralivora ditemukan pada jenis Chaetodon kleinii yaitu 360 individu/Ha diikuti Heniochus acuminatus yaitu 240 individu / Ha. Keanekaragaman spesies Chaetodontidae di lokasi ini tergolong tinggi. Kondisi ini terlihat juga pada indeks maksimum (Hmax) yang tidak berada jauh di atas nilai H ’.Kata Kunci: Terumbu karang, Chaetodontidae, Desa Poopoh, .
Gastropod Community In The Intertidal Of Likupang Coast, Kampung Ambon, East Likupang District, North Minahasa Regency Evelina Hermanses; Jety K Rangan; Alex D Kambey
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20623

Abstract

This study was aimed at finding Gastropod species and studying the community structure in the coastal area of Kampung Ambon, Likupang, through species density, diversity, evenness and dominance analyses. It was carried out in August 2017. The study employed transect method with quadrats by placing the on the area covered with coral-sand mix substrates. Density analysis found total numbers of 168 individuals with mean density of 7 ind/m². Spesies of the highest indiviual numbers was Cypraea annulus with a total of 98 individuals. Species diversity (H’) was 0.632773. This value reflects that the species diversity is moderate. Species richness index was R ˃ 4 reflecting that there is high species richness. Species evenness index was ˃ 0,5 meaning that the gastropods in the area are sufficiently even. Dominance index ranged from 0.27 to 0.47 indicating no species dominance in the study site.Key Words : Gastropod,  density, diversity, evenness, dominance ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah mempelajari jenis-jenis gastropoda apa saja yang ditemukan dan mempelajari struktur komunitas melalui analisis kepadatan, keanekaragaman, kekayaan, kemerataan, dan dominasi spesies di daerah intertidal perairan Kampung Ambong Likupang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2017.  menempatkan  pada  satu  macam   habitat   yaitu  kawasan   yang didominasi oleh substrat karang yang bercampur pasir. Hasil analisis kepadatan menunjukkan bahwa di ketiga transek pengamatan jumlah individu yang diperoleh berjumlah 168 individu dengan kepadatan rata-rata per kuadrat 7 ind/m². Spesies dengan individu yang terbanyak adalah Cypraea annulus dengan jumlah individu sebanyak 98 individu. Keanekaragaman spesies yang diperoleh yaitu H’ = 0.632773. Nilai ini tergolong pada tingkat keanekaragaman sedang. Indeks kekayaan diperoleh nilai R ˃ 4, kriteria ini tergolong pada indeks kekayaan yang tinggi. Indeks kemerataan spesies diperoleh nilai ˃ 0,5 yang berarti spesies yang ada cukup merata, dan indeks dominasi diperoleh pada kisaran 0,27 – 0,47 yang menunjukkan tidak ada dominansi spesies di lokasi penelitian.Kata Kunci : Gastropoda, kepadatan, keanekaragaman, kekayaan, dominasi
Shell Color Classification And Carotenoid Pigments On Littoraria pallescens (Philippi, 1846) From Mangrove Ecosystem Area On Mokupa Village, Tombariri Sub District and Basaan Village, Ratatotok Sub District) Susan M. Sumampouw; Desy M. H. Mantiri; Farnis B. Boneka; Medy Ompi; James J. H. Paulus; Adnan S. Wantasen
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20650

Abstract

The purpose of this study was to classify the color of the shell and to know the carotenoid pigment content in Littoraria pallescens based on color classification and population distribution in the mangrove ecosystem area of Mokupa Village, Tombariri Sub district and Basaan Village, Ratatotok Sub district. Sampling directly on mangrove trees as water begins to recede. Identification of L. pallescens species is done by looking at the shape of the shell, the color of the shell, the color of the operculum and the shape of the genital organ. Shell color classification by inserting into the Color Explorer application. Analysis of carotenoid pigments by extraction process with acetone and petroleum ether, further separation of pigment by thin layer chromatography. The results obtained show that L. pallescence dominates life on mangrove trees. Sex was inversely proportional to the two research sites, 53.8% of the male L. pallescens species and 46.2% female in Mokupa waters while from Basaan waters there were 47.1% males and 52.9% females. Color classification based on the percentage of occurrences of constant color that is black (18.5), black orange (16.3) brown black spots (16,3), gray (10.7), angry (6,3), yellow pale (17.8), brown yellow spots (14,1). The detected pigment based on the color classification of the shell is located on the identical and identifiable Rf for all colors is the β-carotene pigment.Keyword : Littoraria pallescence, Carotenoid pigments Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan warna cangkang dan mengetahui kandungan pigmen karotenoid pada Littoraria pallescens berdasarkan klasifikasi warna dan sebaran populasinya di wilayah ekosistem mangrove Desa Mokupa kecamatan Tombariri dan Desa Basaan Kecamatan Ratatotok. Pengambilan sampel secara langsung pada pohon mangrove saat air mulai surut. Identifikasi spesies L. pallescens dilakukan dengan melihat bentuk cangkang, warna cangkang, warna operculum dan bentuk organ genital.  Pendataan untuk klasifikasi warna cangkang dengan memasukkan ke dalam aplikasi Color Explorer. Analisis pigmen karotenoid melalui proses ekstraksi dengan aseton dan petroleum eter, selanjutnya pemisahan awal pigmen dengan kromatografi lapis tipis. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa L. pallescence mendominasi hidup pada pohon mangrove. Jenis kelamin berbanding terbalik pada dua lokasi penelitian, spesies L. pallescens jantan 53.8% dan betina 46.2% di perairan Mokupa sedangkan dari perairan Basaan terdapat 47.1% jantan dan 52.9% betina. Klasifikasi warna berdasarkan persentase kemunculan warna yang konstan yaitu warna hitam (18,5), hitam oranye (16,3) coklat bercak hitam (16,3), abu-abu (10,7), Marah (6,3), kuning pucat (17,8), kuning bercak coklat (14,1). Pigmen yang terdeteksi berdasarkan klasifikasi warna pada cangkang adalah berada pada Rf yang sama dan yang dapat diidentifikasi untuk semua warna adalah pigmen ß-karoten.Kata kunci : Littoraria pallescence, Pigmen Karotenoid

Page 1 of 2 | Total Record : 16