Claim Missing Document
Check
Articles

LARVA AVERTEBRATA LAUT DI AIR "BALLAST" DAN PERAIRAN LAUT DI PELABUHAN BITUNG, SELAT LEMBE, SULAWESI UTARA Ompi, Medy
ZOO INDONESIA Vol 19, No 1 (2010): Juli 2010
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8836.49 KB)

Abstract

Penelitian larva
STUDI PERUMUSAN STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BAHARI KOTA MANADO DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 BERDASARKAN ANALISIS SWOT Hidayat, Sarif; Rumengan, Antonius P; Darwisito, Suria; Ompi, Medy; Mingkid, Winda M; Wagey, Billy Th; Paruntu, Carolus P
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 3 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.3.2019.24421

Abstract

The objective of this research was to formulate a strategy for managing maritime ecotourism in the era of industrial revolution 4.0 in the city of Manado. The study was conducted at the coastal areas of the mainland of Manado City and Bunaken Island for 3 months, February - May 2019. The research method was a survey with descriptive analysis and SWOT. The results of the study obtained 4 strategy formulations (key success factors) in the context of managing maritime ecotourism in the industrial revolution era 4.0 in the city of Manado, namely: 1) Increasing law enforcement in the field of marine ecotourism, waste management on land and sea, 2) Awareness of the community environmental hygiene both on land and sea, 3) Empowering biodiversity resources of coral reefs, seagrass beds and mangroves in the park for developing marine maritime ecotourism through digital applications, and 4) managing and developing resorts, coastal culinary attractions, points of diving spots, and tourism  ports. The results of the SWOT curve show the condition of marine ecotourism in the city of Manado in quadrant 2, namely a situation where the threat to the development of marine ecotourism is more dominant than opportunity, but there are strengths of tourism organizations that can be relied on. Stakeholders are expected to be able to improve performance so that quadrant 2 conditions change to quadrant 1, which is to support an aggressive strategy: a very good situation because of the power that is used to seize profitable opportunities. In the era of industrial revolution 4.0, every stakeholder in the maritime ecotourism industry in the city of Manado was supposed to change the management system towards digital-based by making applicationsKeywords: Bunaken island, revolution industry 4.0, Manado city, marine ecotourism, strategyTujuan penelitian adalah untuk merumuskan strategi pengelolaan ekowisata bahari di era revolusi industri 4.0 di Kota Manado.  Penelitian dilakukan di wilayah pesisir daratan Kota Manado dan Pulau Bunaken selama 3 bulan, Februari - Mei 2019. Metode penelitian adalah survei dengan analisis deskriptif dan SWOT. Hasil penelitian diperoleh 4 rumusan strategi (faktor-faktor kunci keberhasilan) dalam rangka pengelolaan ekowisata bahari era revolusi industri 4.0 di Kota Manado, yaitu: 1) Meningkatkan penegakan hukum di bidang ekowisata bahari, pengelolaan sampah di darat maupun laut, 2) Menyadarkan masyarakat tentang kebersihan lingkungan baik di daratan maupun lautan, 3) Memberdayakan sumber daya keanekaragaman hayati terumbu karang, padang lamun dan mangrove di kawasan TNB untuk pengembangan ekowisata bahari melalui aplikasi digital, dan 4) Mengelola dan mengembangkan resort, tempat-tempat wisata kuliner pantai, titik-titik penyelaman, dan pelabuhan pariwisata.  Hasil kurva SWOT memperlihatkan kondisi ekowisata bahari Kota Manado berada dalam kuadran 2, yaitu situasi dimana ancaman terhadap pengembangan ekowisata bahari lebih dominan dibandingkan peluang, namun ada kekuatan organisasi kepariwisataan yang dapat diandalkan. Pemangku kepentingan diharapkan dapat meningkatkan kinerja agar kondisi kuadran 2 berubah menjadi kuadran 1, yaitu mendukung strategi agresif: situasi yang sangat baik karena adanya kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan.  Dalam era revolusi industri 4.0, maka setiap pemangku kepentingan industri ekowisata bahari di Kota Manado sudah seharusnya merubah sistem pengelolaan yang ada ke arah berbasis digital dengan cara membuat aplikasi pengelolaan ekowisata bahari.Kata Kunci: Ekowisata bahari, revolusi industri 4.0, Kota Manado, Pulau Bunaken, strategi
KOMUNITAS ASCIDIA DI PESISIR MALALAYANG DUA, TELUK MANADO, SULAWESI UTARA Malintoi, Adrianus; Rumengan, Inneke F M; Roeroe, Kakaskasen A; Warouw, Veibe; Rondonuwu, Ari B; Ompi, Medy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 8, No 1 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.8.1.2020.27403

Abstract

Field survey on ascidian community was conducted along the coastal area of Malalayang Dua in order to find out species of ascidia, species abundance, and ascidian substrates. A survey method and quadrant transects were applied. Pictures were taken, while species and their substrates were sampled.  Species identification was based on morphological characteristics, while substrate type identification was based on ascidian species attachment.  The results shows that 21 ascidian species were found in the the coastal of Malalayang Dua.  Didemnum molle was the highest abundant species in the area, followed by Polycarpa aurata, Polycarpa sp.4. and Polycarpa sp.2.. Dead coral algaes (DCA) were found to be the most preferred  substrates by ascidians in the area. Keywords : ascidia, species, substrate, distribution, and abundance Survei lapangan terhadap komunitas ascidia dilakukan  di pesisir Malalayang Dua untuk mendapatkan data jenis, kelimpahan, dan substrat ascidia.  Metode yang digunakan yaitu metode survei jelajah dan transek kuadran. Identifikasi jenis ascidia dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi.  Hasil penelitian ditemukan ada 21 jenis ascidia.  Substrat jenis death coral algae (DCA) merupakan substrat yang paling banyak ditempati ascidia. Kelimpahan ascidia tertinggi adalah Didemnum molle di pesisir Malalayang Dua, diikuti oleh Polycarpa aurata,   Polycarpa sp.4. dan Polycarpa sp.2. Death coral alga (DCA) ditemukan sebagai substrat yang paling disukai oleh ascidia di daerah itu. Kata Kunci : ascidia, spesies, substrat, distribusi, dan kelimpahan  
Status Nudibranchia di perairan pantai Desa Teep Minahasa Selatan dan selat Lembeh Bitung Pungus, Faldy; Kaligis, Georis; Ompi, Medy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 2 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.5.2.2017.15919

Abstract

Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi jenis-jenis Nudibranchia di Perairan Selat Lembeh Bitung dan Pantai Desa Teep Minahasa Selatan. 2) mengetahui kelimpahan Nudibranchia di wilayah perairan Selat Lembeh Bitung dan Pantai Desa Teep Minahasa Selatan. Jenis Nudibranchia yang ditemukan di Perairan Desa Teep Minahasa Selatan ada 10 spesies yaitu Chromodoris annae, Dorisprismatica atromarginata, Glossodoris cincta, Goniobranchus reticulatus, Nembrotha kubaryana, Phyllidia coelestis, Phyllidia picta, Phyllidia varicosa, Phyllidiela nigra, Phyllidiela pustulosa dan Perairan Selat Lembeh ada 11 spesies yaitu Chromodoris annae, Discodoris boholiensis, Goniobranchus hintuanensis, Goniobranchus verrieri, Hypselodoris sp, Hypselodoris infucata, Hypselodoris tyroni, Hyspelodoris zephyra, Phyllidia picta, Phyllidiela pustulosa, Tambja gabrielae. Perairan Desa Teep Minahasa Selatan ditemukan Phyllidiela pustulosa dengan jumlah 6 individu yang memiliki kepadatan spesies 2 ind/500 m2 dan, sedangkan kepadatan kedua tertinggi yaitu spesies Phyllidiela nigra berjumlah 3 individu dengan kepadatan 1 ind/500 m2. Kemudian 8 jenis lainnya, masing-masing species ditemukan 1 individu saja dengan kepadatan 0,33 ind/500 m2. Perairan Selat Lembeh ada 2 spesies yang banyak ditemukan yaitu Goniobranchus hintuanensis dan Phyllidiela pustulosa dengan masing-masing individu 3 serta memiliki kepadatan spesies 1 ind/500 m2, sedangkan tingkat kepadatan kedua tertinggi ada pada semua genus  Hypselodoris  yang memiliki jumlah individu yang sama yaitu 2 individu dengan kepadatan 0,67 ind/500 m2. Kemudian 5 spesies lainnya yaitu Chromodoris annae, Discodoris boholiensis, Goniobranchus verrieri, Phyllidia picta dan Tambja gabriela, masing-masing species memiliki kepadatan 0,33 ind/500 m2.
IKAN YANG BERUAYA DI DAERAH MANGROVE PANTAI TASIK RIA Lokbere, Otinus; Boneka, Farnis B; Sinyal, Chatrien A; Wagey, Billy Th; Ompi, Medy; Mantiri, Rose OSE
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 3 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.3.2019.24515

Abstract

This study is intended to find out the fish that are cultured into the mangrove area of Tasik Ria beach, Mokupa, Minahasa Regency. Fish is obtained through gill jarring at high tide. The fish that were identified were Archamia fucata, Lutjanus fulvus, Lutjanus eherenbergii, Lethrinus ornatus, Scolopsis lineate, Sargocentron diadema, Epinephelus merra and Scorpaenopsis oxycephala. The fish are generally carnivorous, and are nocturnal.Key words: Tasik Ria Beach, the fishes, carnivorous, mangroves
INVENTARISASI JENIS DEKAPODA DI PERAIRAN PANTAI KELURAHAN TONGKAINA, KOTA MANADO Waisaley, Rachmat S.; Kaligis, Erly Y.; Ompi, Medy; Kumampung, Dieslie R.H.; Sinjal, Chatrien A.; Rangan, Jetty K.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 2 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.2.2019.24129

Abstract

Decapod is one of the subphylum of Arthropod which is the most dominant animal group in the waters. Various types of decapoda commonly known such as crabs, shrimp, and crabs. This research was conducted with the aim of determining the type of decapod in coastal waters of Tongkaina Village, Manado City, determining the abundance of decapods in these waters and measuring data on water quality (temperature, salinity, pH) at several observation stations. The results of the study obtained the type of decapod in the coastal waters of Tongkaina Village, Manado City. A total of 15 species were distributed in 9 different families namely Ocypodidae, Grapsidae, Portunidae, Sesarmidae, Pilumnidae, Xanthidae, Calappidae, Majidae, and Penaeidae. Of the types of crabs and shrimp found in each type of living habitat. the highest numbers were 97 individual indicated Uca lacteal, then followed by Thalamita crenata with 32 individuals, and the lowest was Penaeus kerathuruswith 2 individuals Keywords: Tongkaina, Decapoda, identification, abundance Inventory Decapoda in The Marine Waters of Tongkaina Village, Manado CityDekapoda merupakan salah satu subfilum dari Arthropoda yang merupakan kelompok hewan paling dominan di perairan. Berbagai jenis decapoda yang umum dikenal seperti kepiting, udang, dan rajungan.. Penelitian ini berujuan menentukan jenis dekapoda di perairan pantai Kelurahan Tongkaian, Kota Manado, menentukan kelimpahan dekapoda yang ada di perairan tersebut dan mengukur data tentang kualitas air (suhu, salinitas, pH) pada beberapa stasiun pengamatan. Hasil penelitian yang didapatkan jenis dekapoda di perairan pantai Kelurahan Tongkaina, Kota Manado. Sebanyak 15 spesies yang terdistribusi pada 9 famili berbeda yaitu Ocypodidae, Grapsidae, Portunidae, Sesarmidae, Pilumnidae, Xanthidae, Calappidae, Majidae, dan Penaeidae. Dari jenis kepiting dan udang yang ditemukan pada masing-masing tipe habitat hidup. spesies tertinggi yaitu 97 ditunjukkan Uca lacteal, kemudian diikuti oleh Thalamita crenata dengan 32 individu, dan spesies yang paling terendah yaitu Penaeus kerathurus dengan 2 jumlah individu.Kata kunci : Tongkaina, Dekapoda, identifikasi, kelimpahan
KELIMPAHAN, DISTRIBUSI, DAN KERAGAMANNUDIBRANCHIA DI NUDIFALL DAN NUDIRETREAT SELAT LEMBEH, SULAWESI UTARA Ompi, Pricilia OM; Boneka, Farnis B; Ompi, Medy; Rimper, Joice S; Roeroe, Kakaskasen A; Kambey, Alex D
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 2 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.2.2019.24239

Abstract

Nudibranchia are known as marine invertebrates that have uniq colors and body shapes. The research was conducted in Nudifall and Nudiretreat, Lembeh Strait, North Sulawesi. The aims of this study were 1) to identify the species of Nudibranchia in both locations, 2) to know the abundance of Nudibranchia in those locations, 3) to determine distribution patterns of nudibranchia, and to know diversity of Nudibranchia in both Nudifall and Nudiretreat. The results show that 11 species of Nudibranchia were found in both Nudifall and Nudiretreat. The species of Chromodoris annae, Chromodoris magnifica, Flabellina expotata, Goniobranchus fidelis, Halgerda batangas, and 1 unidentified species were found in Nudifall, while the species of Goniobranchus geometricus, Glossidoris cincta, Phylllidia ocelata, Phylllidia varicose, Nembrotha rutilans were found in Nudiretreat. H. batangas was found to be the highest abundance, then it was followed byC. annae, C. magnifica, G. fidelis, unidenfied species (species-1), and C. magnificain Nudifall. P. ocelatawas found to be the highest abundance, then it was followed by G. geometricus, G. cincta, P. varicose, andN. Rutilans  in Nudiretreat.  Nudibranchia in both locations wasidentified to have random and grouped distribution pattern. Nudibranchia was found to have the same diversity among Nudifall and Nudiretreat. Factors affecting abudance, distribution patterns, and diversity were discuss in this paper.Keywords: Nudibranchia, Distribution, Abudance, Lembeh Strait. Nudibranchia dikenal sebagai avertebrata laut yang memiliki warna unik dan bentuk tubuh yang bervariasi. Penelitian ini di lakukan di Nudifall dan Nudiretreat, Selat Lembeh, Sulawesi Utara.   Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi jenis-jenis nudibranchia di lokasi Nudifall dan Nudiretreat, 2) mengetahui kelimpahan jenis-jenis Nudibranchia di kedua lokasi, 3) mengetahui pola distribusi jenis-jenis Nudibranchia di lokasi Nudifall dan Nudiretreatdi, 4) dan keragaman Nudibranchia di Nudifall dan Nudiretreat. Ada 11 jenis Nudibranchia ditemukan di kedu lokasi penelitian.Nudibranchia yang ditemukan di Nudifall ada 6 jenis, yaitu Chromodoris annae, Chromodoris magnifica, Flabellina expotata, Goniobranchus fidelis, Halgerda batangas, dan 1  spesies belum teridentifikasi (spesies-1). Nudibranchia yang ditemukan di Nudiretreat ada 5  jenis,yaitu Goniobranchus geometricus, Glossidoris cincta, Phylllidia ocelata,  Phylllidia varicose, Nembrotha rutilans. H. batangas memiliki kelimpahan yang tinggi, kemudian diikuti oleh C. annae, C. magnifica, G.fidelis, spesies-1, dan C. magnifica.di Nudifall.P. ocelata memiliki rata-rata tertinggi, selanjutnya diikuti oleh G. geometricus, G. cincta, P. varicose, dan N. Rutilans di Nudiretreat.Pola sebaran acak dan berkelompok teridentifikasi pada kedua lokasi.udibranchia teridentifikasi memiliki keragaman yang sama di kedua lokasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan, distribusi, dan keragaman didiskusikan pada tulisan ini.Kata kunci: Nudibranchia, Distribusi, Kelimpahan, Selat Lembeh.
IDENTIFIKASI DAN HABITAT GURITA (CEPHALOPODA) DARI PERAIRAN SALIBABU, KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Balansada, Andika R; Ompi, Medy; Lumoindong, Frans
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 3 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.3.2019.24742

Abstract

The octopus in Manado language is called Boboca, while the local Talaud community is called Urrita. Octopus is used as food and bait. Information on octopus biology needs to be known as basic information in the management of octopus resources. This study aims to identify and provide information on octopus habitat in the waters of Salibabu. Collecting specimens using arrows (jubi). The morphology of the example octopus is identified as Octopus cyanea Gray, 1849. In the arms of the octopus there are white-colored spots. On the left and right side of the crown of the arm are two false eyes (ocellus). On the face of the ventral arm is a dark pole pattern above the pale or creamy base color. Characteristics of female morphomes generally have a larger size compared to males. Specimen habitats are found outside the nest at night and in the nest during the day time.Keywoeds: Octopus, Biology, Identify, Morphology, Morphometric, Habitat
Morfologi Sargassum sp dI kepulauan RAJA AMPAT, PAPUA BARAT Pansing, Jenita; Gerung, Grevo; Sondak, Calvyn; Wagey, Billy; Ompi, Medy; Kondoy, Khristin
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 1 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.5.1.2017.14990

Abstract

Sargassum sp. merupakan salah satu sumberdaya alam pesisir yang memiliki fungsi ekologis dan ekonomis bagi masyarakat pesisir. Di Kepulauan Raja Ampat ini belum banyak alga Sargassum yang di eksplorasi. Alga Sargassum memiliki berbagai macam bentuk morfologi tallus, misalnya ada yang berbentuk seperti benang yang halus, bercabang banyak, berbentuk gelembung, daun yang lebar, bergerigi pada bagian daun dan bertalus lebar.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan mendeskripsikan morfologi Sargassum yang ditemukan di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Dari hasil penelitian ditemukan ada 4 spesies di Pulau Yeftip Yefnawam (S. paniculatum, S. grevillei, S. cristaefolium), dan yang ditemukan di Pulau Salawati (S. polycystum).
Sebaran spasial foraminifera bentik pada terumbu karang Pulau Bunaken Sulawesi Utara Paringgi, Ezra; Mamuaja, Jane; Rampengan, Royke; Ompi, Medy; Roeroe, Kakaskasen; Rembet, Unstain
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 1 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.6.1.2018.20118

Abstract

Foraminifera diklasifikasikan ke dalam Kingdom Protista, masuk dalam Filum Protozoa dan didefinisikan sebagai organisme bersel tunggal yang hidup secara akuatik (terutama di laut), mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan foraminifera bentik yang ditemukan pada Pulau Bunaken dan menyajikan sebaran spasial dari masing-masing kelompok fungsional dan genus foraminifera bentik, serta menganalisis kualitas lingkungan perairan berdasarkan komposisi foraminifera bentik.  Teridentifikasi 37 spesies foraminifera bentik dari 20 Genus yang tersebar pada 6 stasiun pengambilan sampel. Genus-genus tersebut terdiri dari : Amphistegina, Archaias, Baculogypsina, Calcarina, Heterostegina, Marginopora, Peneroplis, Planorbulinella, Sorites, Eponides, Pyrgo, Quinqueloculina, Rotorbis, Textulariina, Spiroloculina, Triloculina, Elphidium, Ammonia, Polymorphiniina dan Neorotalia. Hasil perhitungan FoRAM Index (FI) pada daerah penelitian lebih besar dari 4 yaitu berkisar dari 7.75 hingga 9.06.
Co-Authors Aaron R. T. Lumingas Abraham M. Rimper Adnan S. Wantasen Adnan Wantasen Alex D Kambey Alex D Kambey Ambarak, Muhammad Zhaqif Amin, Fatmawati Angkouw, Esther Anna Rejeki Simbolon Antonius P Rumengan Antonius P. Rumengan Antonius Petrus Rumengan Antonius Rumengan Ari B Rondonuwu, Ari B Ari B. Rondonuwu Asman, Indra Balansada, Andika R Billy Theodorus Wagey Boneka, Farnis Bineada Calvyn Calvyn Calvyn, Calvyn Carolus P. Paruntu Carolus Paulus Paruntu Carolus Paulus Paruntu Dajoh, Tessalonica Darus S. J. Paransa Darwisito, Surya Deislie Roxmerie H. Kumampung Desy M. H. Mantiri Diah Anggraini Wulandari Erly Y. Kaligis Erly Y. Kaligis Erly Y. Kaligis, Erly Y. Ernawati Widyastuti Esry T. Opa F. A. Sondak Farnis B Boneka Farnis B. Boneka Farnis B. Boneka Febry S. I. Menajang fitran daud Fontje Georis Judri Kaligis Frans Lumoindong, Frans Fransine B. Manginsela Frendi Manaida Grevo S Gerung Hariyani Sambali Henneke D. Pangkey Hermanto Wem Kling Manengkey Indri Manembu Indri S. Manembu Indri Shelovita Manembu Inneke F. M Rumengan Irna Rustikasari James J. H. Paulus Jane M. Mamuaja Janny D. Kusen Jans D. Lalita Jety K Rangan Jety K. Rangan Joice R.T.S.L Rimper Joice R.T.S.L Rimper Joppy Mudeng Joshian N. W. Schaduw Joshian N.W. Schaduw Jouvan Randy Ekel Kakaskasen A. Roeroe Kakaskasen Andreas Roeroe Kaligis, Georis Kawung, Nickson Khristin I. F. Kondoy, Khristin I. F. Klaudio Mauli Kumampung, Deislie R H Kumampung, Dieslie R.H. Lawrence J. L. Lumingas Lawrence J.L. Lumingas Lintang, Rosita AJ Lokbere, Otinus Lumenta, Cykca Lumingas, Lucky Malintoi, Adrianus Mamuaja, Jane M. Mantiri, Desy M. H Mantiri, Inri K K Mantiri, Rose OSE Marpaung, Yehezkiel S.P.H. Maymanah Handayani Meiske S. Salaki N. Gustaf F. Mamangkey Nego E Bataragoa Nego E. Bataragoa, Nego E. Nickson Kawung Noldy G. F. Mamangkey Ockstan Kalesaran Ompi, Pricilia OM Pandeirot, George L Pansing, Jenita Paransa, Darus Saadah J Paransa, Darus Sa’dah J. Paringgi, Ezra Petrick Billy Pungus, Faldy Rampengan, Royke Rangan, Jetty K. Rangan, Jety Rembet, Unstain Rene C. Kepel Rignolda Djamaaludin Rimper, Joice S Rizald Max Rompas Robert A. Bara Roeroe, Kakaskasen Roeroe, Kakaskasen A Roeroe, Kakaskasen A. Rose Agustin Tambunan Rosita A.J. Lintang Royke M. Rampengan Royke M. Rampengan Ruddy D Moningkey Sagrang, Adelin M Sambali, Haryani Sarif Hidayat, Sarif Silvester B. Pratasik Sinjal, Chatrien A. Sinyal, Chatrien A Sondak, Calvyn Sondak, Calvyn F A Sondak, F. A. Stella T. Kaunang Suria Darwasito Suria Darwisito, Suria Susan M. Sumampouw Suzanne L. Undap Thania Theresia Podung Veibe Warouw Veibe Warouw Verisandria, Rio Waisaley, Rachmat S. Wilmy E. Pelle Winda M Mingkid, Winda M