cover
Contact Name
La Ifa
Contact Email
la.ifa@umi.ac.id
Phone
+6285242203009
Journal Mail Official
jcpe@umi.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia Jl. Urip Sumohardjo km. 05 Kampus 2 UMI Makassar, 90231
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Journal Of Chemical Process Engineering (JCPE)
ISSN : 25274457     EISSN : 26552957     DOI : https://doi.org/10.33536/jcpe.v3i1.195
The Scope and focus of the journal are : Chemical and Process Technology Energy Technology Coal Technology Biomass Technology Fuel and Gas Technology Separation Technology Food Technology Catalyst Technology Essential Oil Technology Sugar Technology
Articles 120 Documents
KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA PIPA PENUKAR KALOR SELONGSONG ALIRAN SEARAH VERTIKAL Mahmuddin Mahmuddin
Journal of Chemical Process Engineering Vol 1, No 2 (2016): November
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.571 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v1i2.68

Abstract

Telah melakukan penelitian tentang karakteristik Alat Penukar Kalor (APK) tipe selongsong dan tabung aliran searah vertikal dengan penambahan udara ke dalam aliran air panas. Pipa yang digunakan adalah pipa tembaga dengan panjang 0,75 m dan diameter dalm 0,0153 m. Sedangkan selongsong dari pipa transparan (fiberglass) dengan diameter 0,941 m. Untuk mengetahui karakteristik perpindahan panas dengan cara memvariasikan debit air panas dan debit udara sehingga diperoleh perubahan temperatur masuk dan keluar. Pengukuran temperatur dengan termokopel digital yang dipasang pada sisi masuk dan keluar APK.Data pengukuran menunjukkan bahwa menambahan udara ke dalam aliran air panas mencapai 0,50 kg/s teridentifikasi panas yang dilepaskan APK fluktuatif dan kecenderungan konstan. Tetapi, dengan penambahan debit udara hingga mengakibatkan terbentuk lapisan film pada permukaan pipa dan menambah tahanan termal konduksi. Sehingga laju perpindahan panas ke air pendingin menurun drastis. Fenomena tersebut menunjukkan efektivitas APK menurun.
PENGARUH SUHU TERHADAP PRODUKSI ASAP CAIR DARI BLENDING LIMBAH BIOMASSA CANGKANG SAWIT DENGAN BATUBARA SECARA PIROLISIS Mustafiah Mustafiah
Journal of Chemical Process Engineering Vol 1, No 1 (2016): Edisi Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.42 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v1i1.45

Abstract

Asap cair merupakan produk utama dalam pengolahan blending limbah biomassa cangkang sawit dengan batubara secara pirolisis, memiliki kandungan utama yaitu senyawa fenol, karbonil dan asam. Tujuan penelitian untuk mengetahui persentase produk asap cair terhadap pengaruh rasio massa blending limbah biomassa cangkang sawit dengan batubara secara pirolisis dan pengaruh suhu terhadap kualitas produk asap cair yang dihasilkan dari blending limbah biomassa cangkang sawit dengan batubara secara pilorisis. Metode penelitian dengan cara preparasi sampel cangkang sawit dengan batubara kemudian diblending dengan variable rasio (gram) 0 :1000;  250:750; 500:500; 750:250;1000:0 kemudian dilanjutkan dengan metode pirolisis dengan variable suhu pirolisis 200 0 C pada waktu 60 menit, 300 0 C pada waktu 40 menit, 400 0 C pada waktu 25 menit. Asap hasil pembakaran dikondensasi dengan kondensor, didiamkan selama 1 minggu dipisahkan di corong pisah, diuji kimia yaitu pH, kadar air, %rendemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentase produk asap cair dari blending limbah biomassa cangkang sawit dengan rasio massa 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0 menghasilkan presentase terendah yaitu perbandingan 0:100 pada suhu 200 0 C dgn nilai presentase produk asap cair 2,00 % dan presentase produk asap cair paling banyak yaitu perbandingan 100:0 suhu 400 0 C dengan persentase asap cair 27,11%. Adapun pengaruh perubahan suhu terhadap kualitas produk asap cair yang terbaik diperoleh dengan rasio massa blending cangkang sawit dengan batubara 100:0 pada perlakuan suhu 400 0 C, dengan produk asap cair bersifat asam (ph = 3,53). Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa presentase produk asap cair terhadap pengaruh rasio massa yaitu 27,11% dan suhu yang optimum digunakan adalah 400  0 C.
PEMBUATAN KITOSAN DARI CANGKANG KEPITING MENGGUNAKAN MIKROBA Andi Artiningsih
Journal of Chemical Process Engineering Vol 2, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.757 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v2i1.112

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang biokonversi kitosan dari cangkang kepiting dengan menggunakan mikroba Thermofilik. Hasil yang diperoleh bahwa Isolat M-l menghasilkan enzim kitin deasetilase dan kitinase pada hari ke-4 dengan kondisi 55 °C dan pH 7. Kitin dari gkang cankepiting dapat dikonversi menjadi kitosan oleh enzim kitin deasetilasi yang berasal dari isolat M-l dan telah difraksinasi dengan amonium sulfat 40% b/v.
PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS TAHU TERHADAP KADAR NITROGEN PUPUK ORGANIK DARI ENDAPAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUAKAN MIKROORGANISME LOKAL Rahmayani Rahmayani R
Journal of Chemical Process Engineering Vol 1, No 2 (2016): November
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.428 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v1i2.64

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah (i) Mendapatkan komposisi dan waktu fermentasi komposit endapan limbah cair pabrik kelapa sawit, MOL dan ampas tahu yang optimal sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik dengan kadar Nitrogen yang terbaik.(ii) Mendapatkan waktu fermentasi komposit endapan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dan MOL yang optimal untuk mendapatkan komposit dengan kadar Nitrogen terbaik.(iii) Mendapatkan komposisi dan waktu fermentasi komposit endapan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dan MOL yang diperkaya dengan ampas tahuyang optimal sebagai bahan baku pembuatan pupuk orgnik dengan kadar Nitrogen terbaik.(iv) Mengetahui tingkat kelarutan bahan pupuk organik yang dihasilkan dalam air. (v) Mengetahui kualitas pupuk organik yang dihasilkan.Hasil penelitian menunjukan bahwa (i) Komposit endapan limbah cair pabrik kelapa sawit, MOL dan ampas tahu pada perbandingan 1 : 1 : 1 dan di fermentasi selama 14 hari menghasilkan pupuk organik terbaik dengan kadar Nitrogen total 2,30%. (ii) Komposit endapan limbah cair pabrik kelapa sawit dan MOL pada perbandingan 1 : 1 dan di fermentasi selama 28 hari menghasilkan bahan baku pupuk organik paling optimal dengan kadar Nitrogen total sebesar 1,6%. (iii) Komposit endapan limbah cair pabrik kelapa sawit dan MOL yang di fermentasi selama 28 hari menggunakan ampas tahu sebagai filler pada perbandingan 1 : 1 : 1,25 mampu menghasilkan pupuk organik terbaik dengan kadar nitrogen sebesar 2,41%. (iv) Pupuk organik dari komposit endapan LCPKS dan MOL yang di fermentasi menggunakan ampas tahu mempunyai tingkat kelarutan mencapai 150 menit dan untuk pupuk dengan penambahan filler ampas tahu hanya mampu mencapai 120 menit. (v) Pupuk dari endapan LCPKS dan MOL yang difermentasi menggunakan ampas tahu telah mampu mendekati syarat-syarat teknis minimal kandungan hara pada PerMentan No. 70/2011, begitu pula pupuk organik yang di buat dari komposit endapan LCPKS dan MOL menggunakan filler ampas tahu telah memenuhi PeMentan No. 70/2011 terutama unsur hara Nitrogennya.
ANALISIS KUALITAS BIO-BRIKET DARI CAMPURAN BATUBARA DAN SEKAM PADI Mandasini Mandasini
Journal of Chemical Process Engineering Vol 2, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.395 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v2i1.108

Abstract

Bio-briket dari campuran batubara dengan sekam padi dengan menggunakan bahan perekat tepung kanji serta bahan imbuhan berupa kapur dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan bahwa kualitas bio-briket yang dihasilkan masih rendah yaitu emisi gas hasil pembakaran, daya rekat, kandungan abu masih tinggi dan sulit penyalaan pada awal pembakaran. Untuk mengatasi problem ini, maka perlu dilakukan dengan jalan mengoptimasi rasio campuran bahan perekat, kapur dengan batubara-sekam padi. Pada penelitian ini dipelajari beberapa variable pembriketan guna untuk peningkatan kualitas bio-briket yaitu rasio bahan perekat dan rasio bahan imbuhan berupa kapur, dan masing-masing variable tersbut ditentukan nilai optimum yang memberikan daya rekat maksimum dan emisi gas buang yang minimum pembuatan bio-briket yaitu batubara, sekam padi dan perekat dicampur secara merata kemudian dimasukkan pada sebuah alat pengempah (hidrolic press) yang dilengkapi dengan alat cetakan. Dari penelitian ini diperoleh variabel pembriketan yang optimum yaitu: rasio bahan perekat kanji/tapioka dan parafin masing-masing memberikan kekuatan daya rekat terbaik dengan beban tekan 1,59 kg/cm 2 dan 1,16 kg/cm 2 pada rasio campuran 3 : 20 dan 4 : 20, sedangkan pada pemberian bahan imbuhan (kapur) dengan menggunakan perekat kanji menunjukkan bahwa konsentrasi emisi gas buang masing- masimg SO 2 173 ppm, NO x 84 ppm, CO 0,049 % serta nilai kalori 5332 kkal/kg pada rasio kapur 2 : 100, sedangkan emisi gas buang dan nilai kalor untuk perekat paraffin masing-masing SO 2 91 ppm, 79 ppm, 39 ppm dan 6341 kkal/kg pada rasio kapur 2 : 100.
PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU TERHADAP KONSENTRASI BIOGAS DARI ECENG GONDOK DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI Darnegsih Darnegsih
Journal of Chemical Process Engineering Vol 1, No 1 (2016): Edisi Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.707 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v1i1.46

Abstract

Biogas adalah produk energy yang berasal dari bahan yang terbarukan utamanya dari bahan biomassa. Saat ini telah banyak penelitian yang mengembangkan produk energy dari bahan yang terbarukan, hal ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian energy fossil yang tak terbarukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan eceng gondok, kotoran sapi dan air terhadap konsentrasi biogas yang dihasilkan.umumnya biogas dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi namun bahan baku biogas dapat juga berasal dari biomassa lignoselulosa yang tersusun atas tiga komponen utama yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dalam bahan lignoselulosa merupakan sumber karbon organik, sehingga bahan tersebut dapat menjadi bahan baku potensial untuk pembuatan biogas. Data hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.Rasio optimum campuran bahan baku Eceng Gondok terhadap kotoran sapi adalah 5:1.
PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI BLENDING LIMBAH BIOMASSA CANGKANG SAWIT DAN TEMPURUNG KELAPA DALAM SECARA PIROLISIS MENJADI INSEKTISIDA ORGANIK Mustafiah Mustafiah
Journal of Chemical Process Engineering Vol 2, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.545 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v2i1.114

Abstract

Pengolahan blending limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam secara pirolisis menghasilkan produk asap cair sebagai produk utama dan chart, arang sebagai produk samping. Dimana asap cair imi yang memiliki kandungan utama yaitu senyawa fenol, karbonil dan asam. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium pengantar teknik kimia jurusan teknik kimia FTI UMI. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : (1) Mengetahui presentase rendemen asap cair yang dihasilkan setiap gram limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam. (2). Mengetahui karakteristik senyawa yang terdapat dalam asap cair pada limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam.(3). Mengetahui efektifitas asap cair sebagai intektisida organik. Penelitian ini dilakukan dengan cara preparasi sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam kemudian diblending dengan variable rasio (gram) 0 :100; 25:75; 500:500; 750:250;1000:0 kemudian dilanjutkan dengan metode pirolisis dengan variable suhu pirolisis 400 0 C pada waktu 60 menit, Asap hasil pembakaran dikondensasi dengan kondensor, hasil proses pirolisis diperoleh tiga produk yaitu asap cair, Chart dan arang kemudian asap cair didiamkan selama 1 minggu di dalam di corong pisah, dipisahkan antara asap cair dan chart kemudian asap cair diuji kimia dan fisik selanjutnya diaplikasikan untuk pembasmian serangga. Dari hasil penelitian dan pembahasan pada asap cair dari sampel blending limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam secara pirolisis dapat diambil kesimpulan bahwa persen rendemen pada asap cair dengan 1000 gram sampel hasilnya terus meningkat secara signifikan di mana semakin banyak komposisi tempurung kelapa maka semakin besar persen rendemennya. Di mana Asap cair ini digolongkan asap cair grade C, yang berwarna coklat pekat dan berbau asap cukup keras. Karakteristik produk asap cair (viskositas, pH, massa jenis dan kadar asam asetat) yang dihasilkan dari blending limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam dengan rasio massa 0 : 100, 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0 dimana sampel tersebut telah memenuhi standar mutu asap cair spesifikasi jepang. Produk pada sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam memiliki efektifitas asap cair sebagai intektisida organik sangat baik di mana asap cair ini dapat mematikan serangga/hama dengan waktu yang singkat.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) UNTUK MENGATASI KETENGIKAN (Rancidity) PADA MINYAK GORENG Nurmila Tomagola
Journal of Chemical Process Engineering Vol 1, No 2 (2016): November
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.274 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v1i2.65

Abstract

Kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan minyak goreng sebagai media penghantar panas. Minyak goreng umumnya berasal dari tumbuhan yang kaya akan kandungan asam lemak tidak jenuh yang berfungsi sebagai senyawa pencegah terjadinya arterosclerosis (penyempitan pembuluh darah). Kayu manis (Cinnamomum burmanii) diblender hingga menjadi serbuk, ditimbang sejumlah 25 gr, dibungkus dengan ketas saring, dimasukkan kedalam alat soxhlet setelah itu dimasukan 100 ml campuran etanol dan air dengan perbandingan 80 : 20 selama 5 jam. Kompor listrik dinyalakan pada suhu 800 C, dan uap di embunkan dengan pendingan. Diperoleh ekstrak cair. Hasil ekstrak cair dalam labu kemudian di uapkan, setelah ekstrak cair dianggap cukup pekat maka cairan dipindahkan pada botol timbang. diovenkan selama 15 menit dengan suhu 1050 C, dan dimasukkan kedalam deksikator selama 30 menit, timbang hasil ekstrak pada neraca analitik, di uji aktivitas antioksidan metode DPPH, selanjutnya minyak goreng sebanyak 250 ml dimasukkan kedalam beaker glass. Panaskan sampai suhu 900C dengan kompor listrik. dan, masukkan ekstrak kayu manis dengan jumlah tertentu kedalam minyak goreng sambil diaduk. Pertahankan suhu tersebut selama 15 menit. beaker glass diangkat dari kompor dan didinginkan pada suhu kamar dan disimpan dalam berbagai waktu yang ditentukan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa, Waktu optimum yang digunakan untuk penyimpanan minyak goreng yang ditambahkan ekstrak kayu manis dalam mengatasi ketengikan pada minyak goreng adalah pada hari ke-22, sedangkan untuk bilanagn Iod pada hari ke-33, dan rasio optimum dalam mengatasi ketengikan pada minyak goreng adalah 5 %.
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PROSES PENCAIRAN DAN PRODUK MINYAK BATUBARA Harli Talla
Journal of Chemical Process Engineering Vol 2, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.683 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v2i1.109

Abstract

Pencairan batubara merupakan teknologi pemanfaatan batubara yang dapat menggantikan peran minyak bumi di masa depan. Proses pencairan batubara dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti karakteristik batubara, kondisi operasional, pelarut dan katalis. Komposisi kimia batubara, komposisi mineral, zat terbang dan kadar air merupakan komponen karakteristik batubara yang berpengaruh terhadap peningkatan konversi dan perolehan minyak. Fokus penelitian ini adalah pengaruh kadar air terhadap proses dan hasil pencairan yang dilakukan pada otoklaf berkapasitas 5 liter dengan suhu 400ºC. Pengamatan proses pencairan menunjukkan peningkatan tekanan dengan cepat pada pencairan batubara lignit, sebaliknya tekanan reaksi pada pencairan batubara subbituminus dan bituminus cenderung stabil. Data hasil pencairan memperlihatkan bahwa batubara Papua dengan kadar air tinggi menghasilkan konversi tinggi mencapai 88,97 % dan perolehan minyak sebesar 63,34 %, sedangkan batubara Kutai 1 2 yang memiliki kadar air rendah menghasilkan konversi rendah masing-masing sebesar 84,79 % dan 78,67 % serta perolehan minyak masing-masing sebesar 60,98 % dan 62,83 %.
PENURUNAN KONSENTRASI DODECYL BENZENE SULFONATE (DBS) DARI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN ARANG AMPAS KELAPA Fauziah Nur Aisyah; Zakiyah Darajat; Zakir Sabara; Takdir Syarif
Journal of Chemical Process Engineering Vol 1, No 1 (2016): Edisi Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.926 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v1i1.47

Abstract

Dewasa ini tingkat pencemaran air mengalami peningkatan secara tajam seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Pencemaran air ini disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah akibat adanya limbah deterjen. Deterjen yang masih banyak digunakan di Indonesia adalah jenis Dodecyl Benzene Sulfonate (DBS) yang sangat sulit terdegradasi secara biologis. Belakangan ini telah diketahui bahwa ampas kelapa memiliki kandungan  polisakarida yaitu selulosa. Ampas kelapa memiliki struktur permukaan berpori dan kandungan kimia berupa selulosa 16 %, mannan 26 %, dan galaktomanan 61 %. Selulosa dan galaktomanan merupakan polisakarida yang mengandung gugus –OH sehingga dapat digunakan sebagai adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi adsorben terbaik dan ukuran adsorben terbaik dalam kolom dalam menurunkan kandungan senyawa DBS yang terdapat dalam limbah deterjen. Penelitian dilakukan dengan cara memasukkan adsorben setinggi 10 cm ke dalam kolom kemudian dimasukkan limbah deterjen hingga semua adsorben terendam oleh cairan. Diambil beberapa sampel larutan deterjen tiap selang waktu 20 menit lalu dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis untuk mengetahui konsentrasi DBS yang ada di dalam larutan. Prosedur ini dilakukan untuk variasi tinggi 20 cm, 30 cm, dan 40 cm, serta variasi ukuran -6/+10 mesh, -10/+20 mesh dan -20/+50 mesh. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengolahan limbah deterjen menggunakan arang ampas kelapa dengan tinggi bed 40 cm terjadi penurunan konsentrasi yang cukup besar yaitu 27,6447 ppm; tinggi bed 30 cm=15,0789 ppm dan tinggi bed 20 cm = 12,8657 ppm, sehingga tinggi bed adsorben terbaik yaitu 40 cm. Untuk penurunan konsentrasi DBS dengan ukuran adsorben -6/+10 mesh = 21,4895 ppm; -10/+20 mesh= 24,2289 ppm dan -20/+50 mesh= 25,7 ppm, sehingga arang ampas kelapa yang terbaik yaitu ukuran -20/50 mesh. Kata kunci : DBS,Adsorpi, Ampas Kelapa

Page 1 of 12 | Total Record : 120