cover
Contact Name
Siti Dahlia
Contact Email
sitidahlia@uhamka.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jgel@uhamka.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan
ISSN : 25798499     EISSN : 25798510     DOI : -
Jurnal Geografi Edukasi dan Lingkungan (JGEL) ISSN 2579-8499 (print), ISSN 2579-8510 (online) is an national journal in Indonesia published by the Departement of Geography Education, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, concerns with physical geography, human geography, geography techniques, and geography education which releases twice in year (July and January).
Arjuna Subject : -
Articles 174 Documents
PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION TERHADAP KEJADIAN CURAH HUJAN EKSTREM DI PROVINSI JAWA BARAT (STUDI KASUS DI KABUPATEN SUKABUMI) Suhardi, Budi; Saputra, Hadi; Haswan, Leni Jantika
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 2 No 1 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya curah hujan ekstrem di wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI). MJO dikenal sebagai unsur utama pengendali keragaman/variabilitas cuaca dan iklim antar musim kawasan tropis (30 – 60 hari). Osilasi yang dimaksud merupakan gelombang di atmosfer (troposfer) yang disebut dengan Gelombang Kelvin dan gelombang lainnya (Rossby dan Gabungan/Campuran Rossby Gravitasi). Pemicu dan penggerak cuaca buruk berupa giatnya gugusan awan konvektif di skala regional, yang bergerak ke arah timur yang dapat dipantau dengan kondisi medan angin dan liputan awannya (OLR = Outgoing Longwave Radiation). Lokasi penelitian adalah Benua Maritim Indonesia sebagai bagian dari Maritime Continent Equator, dengan focus area yaitu Kabupaten Sukabumi sebagai bagian dari salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Waktu pengambilan data dari medio Agustus 2017 sampai medio November 2017, dan awal Januari 2018. Akan tetapi, untuk wilayah Sukabumi pendataan data curah hujan dilakukan sejak beberapa tahun ke belakang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terjadinya penjalaran MJO yang berdampak terhadap curah hujan ekstrem di wilayah Indonesia dan khususnya Kabupaten Sukabumi, dan dapat dijadikan sebagai awal dari pola kajian untuk operasional sehari-hari di Stasiun Klimatologi Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang terpengaruh MJO antara lain Jampang Kulon, Pelabuhan Ratu, dan Lengkong dengan korelasi positif. Fase MJO kuat yang berpengaruh terhadap hujan ekstrem di wilayah kabupaten Sukabumi terjadi pada bulan Desember sampai Februari.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (Studi Komparasi Metode Pembelajaran Geografi Kelas XI IPS SMAN 01 Tanjung Agung Sumatera Selatan) Ratnasari, Dita; Ishaq, Sunaryo; Sya’ban, MB Ali
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar siswa antara penggunaan model pembelajaran Make a Match dengan model pembelajaran Numbered Heads Together Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu quasi eksperimen dengan pendekatan komparatif, yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian antara dua kelompok penelitian. Pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling, dengan cara dibagi 2 kelas atau kelompok eksperimen. Kelompok pertama dengan jumlah 34 siswa yang akan diberikan perlakuan model pembelajaran Make a Match, dan kelompok kedua dengan jumlah 34 siswa yang akan diberikan model pembelajaran Numbered Heads Together. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada materi kompetensi dasar menjelaskan pengertian fenomena bisofer dan menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan, pada siswa kelas XI IPS I dan XI IPS II yang menggunakan model pembelajaran Make a Match sebesar 66,32, sedangkan yang menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together sebesar 77,85. Uji hipotesis diketahui bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa antara penggunaan Model Pembelajaran Make a Match, dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together.Kata Kunci: Model Pembelajaran Make a Match, Numbered Heads Together, Hasil Belajar GeografiABSTRACTThis study aims to determine difference of outcomes learning student between the using model Make a Match learning, and model Numbered Heads Together On Geography Lesson Class XI IPS. This research using quasi experimental with a comparative approach, to differentiate or compare the results between the two groups research. Technical sampling in this research used cluster sampling is object divided into 2 classes or the experimental group. The first group consist of 34 students, who will be given treatment study model Make a Match, and the second group consist of 34 students who will be given the learning model Numbered Heads Together. The result showed that on material the phenomenon of biosfer and analyzing the distribution of animals and plants, the average28Jurnal Geografi Edukasi dan Lingkungan, Vol. 1, No. 1, Juli 2017:27-35student learning outcomes XI IPS class I and II XI IPS using model Make a Match of 66.32, while those using learning model Numbered Heads Together for 77.85. It known that the result of rsearch thitung> ttabel, and there is a significant difference in student learning outcomes between the use Learning Model Make a Match, and Learning Model Numbered Heads Together.Keywords: Learning Model Make a Match, Numbered Heads Together, Geography Learning Outcomes.
ANALISIS POLA PERMUKIMAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN NEAREST NEIGHBOUR UNTUK KAJIAN MANFAAT OBJEK WISATA DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN Yusrina, Farida Nurul; Sari, Meylinda Intan; Pratiwi, Golda C.A.H; Hidayat, Danang Wahyu; Jordan, Edgar; Febriyanti, Dwi
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 2 No 1 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang memiliki beberapa obyek wisata. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola permukiman desa pariwisata dan non pariwisata, serta mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap pola pesebaran permukiman di Kecamatan Prambanan. Teknik pengambilan sampel dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode random sampling. Metode analisis data menggunakan nearest neighbor untuk mengetahui pola permukiman, dan teknik analisis editing, coding dan tabulating untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pola permukiman. Hasil penelitian menunjukkan pola permukiman setiap desa di Kecamatan Prambanan memiliki nilai NNR yang bervariasi, dengan nilai terendah 0,4589900 pada Desa Sengon, nilai tertinggi Desa Tlogo dengan nilai 0,787967, dan nilai rata-rata 0,55504. Hal ini dapat di artikan bahwa pola permukiman Kecamatan Prambanan adalah mengelompok, dan terdapat tiga desa yang memiliki nilai NNR tinggi yaitu 0,6-0,7 dengan pola mnyebar. Pola permukiman desa tersebut cenderung menyebar karena di pengaruhi oleh adanya objek wisata. Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi pola permukiman yang ada di Kecamatan Prambanan, pada aspek yang berbeda yaitu desa yang memiliki pola permukiman menyebar pendapatan yang didapatkan tergolong tinggi dan manfaat yang diperoleh berupa pendapatan dan pengetahuan. Desa yang memiliki pola permukiman mengelompok pendapatan yang di dapatkan cenderung beragam, serta manfaat yang didapatkan dalam objek wisata yaitu pendapatan, pengetahuan, dan sarana infrastruktur. Kata Kunci: Pola Permukiman, Pariwisata, Sosial Ekonomi, Nearest Neighbor
ANALISIS MORFOMETRI UNTUK MENENTUKAN RISIKO ALIRAN LAHAR GUNUNG GEDE DI KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT Supriyati, Supriyati; Tjahjono, Boedi
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 2 No 1 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aset penting di sekitar Gunung Gede dan perkembangan pemukiman hingga jarak 6 km dari puncak gunung, memberikan risiko yang tinggi akan dampak bahaya aliran lahar. Pengurangan risiko dampak bencana erupsi Gunung Gede, perlu dilakukan mitigasi bencana dengan mengetahui daerah mana saja yang akan dilalui aliran lahar.  Pembuatan peta bahaya aliran lahar Gunung Gede dibagi menjadi dua kawasan, yaitu daerah proksimal serta daerah medial dan distal yang jauh dari pusat letusan. Metode penilaian bahaya proksimal menggunakan variabel curah hujan, kerapatan aliran sungai (drained density), dan gradien lembah. Penilaian bahaya di daerah medial dan distal, menggunakan variabel morfometri sungai-sungai utama yang mempunyai hulu di DAS-DAS proksimal seperti daya tampung atau kapasitas maksimal lembah yang dihitung melalui volume lembah sungai. Hasil analisis menunjukkan bahwa aliran lahar medial dan distal Gunung Gede di Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Cianjur mempunyai risiko sedang-tinggi. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengurangi risiko aliran lahar melalui mitigasi non-struktural dengan penetapan peraturan, kesadaran masyarakat dan program pendidikan serta modifikasi perilaku. Rekomendasi mitigasi struktural dapat dilakukan dengan cara  membangun tanggul sungai pada daerah yang berpotensi mengalami banjir lahar atau membuat sabo dam, serta meningkatkan kapasitas daya tampung lahar.   Kata Kunci: Morfometri, Aliran Lahar, Risiko  
MINAT PEMUDA DESA UNTUK URBANISASI Di Desa Sukasari, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Meitasari, Indah
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKUrbanisasi senantiasa berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi desa yang mendorong warganya untuk pindah ke kota mencari kehidupan yang relatif lebih layak. Bagi penduduk desa, kota memiliki daya tarik untuk mencari pekerjaan. Meski pekerjaan for-mal terbatas, namun “elastisitas” pekerjaan informal tetap menjadi pilihan bagi para mi-gran urban. Upaya membangun desa dilakukan oleh pemerintah melalui bantuan dana desa, sehingga banyak mengalami kemajuan dari segi pembangunan infrastruktur dan sa-rana prasarana desa. Meski demikian, kehidupan di kota bagi sebagian pemuda desa, masih tetap menjanjikan. Tulisan ini menganalisis minat pemuda untuk urbanisasi, studi kasus di Desa Sukasari, Majalengka, Jawa Barat. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap pemuda desa, untuk mengetahui apakah mereka memiliki minat untuk urbanisasi berdasarkan faktor pendorong dan faktor penarik. Didasari hal tersebut, ternyata kehidupan warga desa yang bersifat Gemeinschaft merupakan modal sosial yang membuat para pemuda tetap ingin tinggal di desanya, dan tidak berminat untuk urbanisasi.Kata Kunci: Minat Pemuda, Urbanisasi, Gemeinschaft, dan modal sosialABSTRACUrbanization is always associated with the socio-economic conditions of the village that encourage its citizens to move to the city looking for a relatively more viable life. For the villagers, the city has an appeal to find a job. Although formal employment is limited, the "elasticity" of informal employment remains an option for urban migrants. The effort to build the village is done by the government through the funding of the village, so much progress in terms of infrastructure and public facilities. However, life in the city for some village youth, still promises. This paper addresses the interests of youth for urbanization, a case study in Sukasari Village, Majalengka, West Java. This qualitative research by conducting in-depth interviews of the village youths to find out if they have an interest in urbanization based on pull and push factors. The result is that the life of the villagers in Gemeinschaft is a social capital that keeps the youth in his village, and is not interested in urbanization.Keywords: Youth Interest, Urbanization, Gemeinschaft, And social capital
TINJAUAN MATA PELAJARAN IPS SMP PADA PENERAPAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEDULI AKAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN Sya’ban, MB Ali
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 1 No 2 (2018): Januari - Juni 2018
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan manusia semakin meningkat setiap harinya, sehingga kondisi tersebut tidak dapat diantisipasi. Hal ini menyebabkan terjadinya eksploitasi yang sangat besar. Eksploitasi ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hidup yang mengancam habitat mahkluk hidup. Penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah diharapkan dapat menjadi pelopor yang memiliki rasa peduli akan tanggung jawab lingkungan, menjaga, dan melestarikan lingkungan hidup. Tinjauan pendidikan lingkungan hidup ini hanya ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dapat dikaitakan dalam pembelajaran IPS yaitu dengan cara mengkaji standar isi pembelajaran IPS di SMP yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan dalam kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 yang dikaitkan dengan pendidikan lingkungan hidup. Permasalahannya dalam kajian ini adalah mengenai tinjauan kurikulum IPS SMP mengenai pendidikan lingkungan hidup. Metode yang digunakan dari sudut pandang studi kepustakaan. Hasil penerapan pendidikan lingkungan siswa dapat memiliki perilaku akan peduli lingkungan dari aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk dapat menyikapi merawat dan melestarikan lingkungan sekitar Kata Kunci: Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP, dan Tanggung Jawab Lingkungan   ABSTRAC The increasing population and human are every day, and this condition can not be anticipated. It caused increasing of exploitation. The exploitation caused environmental damage that threatens the habitat of living things. Implementation of environmental education in schools expected to be a pioneer who has care for responsibility, preserve, and conserve of environmental. This review conducted at the junior high school level on environmental education material, which can be related in the Social Study. It analysis based on the content standards of Social Study in junior high school issued by the National Education Standards Agency in the curriculum KTSP and Curriculum 2013 about environmental education. The problem of research is review about curriculum at Social Study junior hight school level of environmental education material. The method used literature study. The result implementation of environmental education, students can have a caring attitude of the environment from aspects of knowledge, attitude and skills to be able to respond to care and preserve the surrounding environment. Keysword: Environmental Education in Junior Hight School, and Responsibility of Environmental.    
PEMBELAJARAN “CONTEXTUAL COLLABORATING LEARNING” BERBASIS PENDIDIKAN KEBENCANAAN STUDI KASUS: DAS BOMPON, MAGELANG, JAWA TENGAH Masruroh, Heni; Sartohadi, Junun; Setyawan, Muhammad Anggri
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia is the Country which has potential disaster. Education as an effort totransform knowledge and technology is expected as one of disaster risk reduction effort.The implementation of education is expected to increase sustainable education andstudent’s critical thinking. The purpose of this article is to apply “ContextualCollaborative Learning” based on disaster education in the Bompon Catchment. Theconcept of contextual collaborative learning is obtained by observation student’s fieldstudy and research of society dedication in the Bompon Catchment. The concept oflearning design development “Collaborative Learning” can be done by 3 steps, such asi) orientation related the environmental condition in the Bompon Catchment; ii)observation and measurement related the geomorphology process such as landslide,erosion, and drought; iii) Focus Group Discussion to developing the media learningproduct based on the orientation, field observation and measurement.Keyword: Collaborative Learning, Disaster Education, and Bompon Catchment.ABSTRAKIndonesia merupakan negara yang berpotensi terjadi bencana alam. Pendidikan sebagaiupaya transformasi pengetahuan dan teknologi diharapkan sebagai salah satu upayapengurangan risiko bencana. Bentuk implementasi pendidikan berupa pengajarandiharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan, dapat mengaitkan materi ajar dengankondisi lingkungan sekitar, meningkatkan pemahaman dan daya kritis peserta didik.Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan Penerapan Pembelajaran “ContextualCollaborative Learning” Berbasis Pendidikan Kebencanaan di DAS Bompon. Konseppembelajaran “Contextual Collaborative Learning” diperoleh berdasarkan hasilpengamatan kegiatan lapangan di wilayah DAS Bompon oleh mahasiswa dari beberapaUniversitas dan kegiatan pengabdian masyarakat. Penerapan “Contextual CollaborativeLearning” dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu i) Orientasi atau pengenalan wilayah DASBompon secara umum; 2) pengamatan dan pengukuran proses-proses geomorfologiseperti longsor, erosi, dan kekeringan; 3) Diskusi terarah untuk pengembangan produkmedia pembelajaran hasil orientasi, pengamatan dan pengukuran lapangan.Kata Kunci: Contextual Collaborative Learning, Pendidikan Kebencanaan, dan DASBompon
PEMANFAATAN DATA PENGAMATAN CUACA BERBASIS DATA PENGINDERAAN JAUH DAN MODEL CUACA NUMERIK UNTUK PRAKIRAAN CUACA DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGI Kristianto, Aries; Saragih, Immanuel JA; Ryan, Muhammad; Wandarana, Wulan; Pratiwi, Hensatiti Niken; Gaol, Adelina Lumban; Pratama, Khafid; Siadari, Ejha Larasati
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 2 No 1 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cuaca ekstrem dengan intensitas curah hujan tinggi yang sering terjadi di tanah air menjadikan Indonesia memiliki ancaman terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir, kekeringan, badai, dan tanah longsor. Terjadinya perubahan iklim mengindikasikan bahwa frekuensi kejadian cuaca ekstrem akan terus meningkat. Kejadian bencana hidrometeorologi memiliki dampak yang signifikan terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang terdampak. Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan, masyarakat dan pemerintah perlu meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana hidrometeorologi. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh BMKG adalah pengembangan teknologi monitoring dan prediksi kebencanaan hidrometeorologi, yaitu menggunakan data penginderaan jauh dan model numerik cuaca. Berdasarkan hal tersebut, tujuan kajian merupakan untuk menganalisis seberapa besar optimalisasi pemanfaatan data penginderaan jauh dan model cuaca numerik untuk keperluan prakiraan cuaca ekstrem. Hasil analisis menunjukkan bahwa data pengindaraan jauh dan data model numerik cuaca dapat digunakan secara optimal untuk keperluan prakiraan cuaca. Selain itu, masih perlu dilakukan pengembangan dan inovasi pemanfaatan data penginderaan jauh maupun model numerik cuaca untuk mendukung kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana, terutama di bagian diseminasi/penyaluran informasi peringatan dini cuaca ekstrem kepada pihak terkait maupun kepada masyarakat.   Kata Kunci: Bencana Hidrometeorologis, Cuaca Ekstrem, Penginderaan Jauh, Model Numerik
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMETAAN BAHAYA BANJIR MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTI DISIPLIN DI DESA RENGED, KECAMATAN BINUANG, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Dahlia, Siti; Rosyidin, Wira Fazri; Nurbudiansyah, Ahmad Dika
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDesa Renged Kecamatan Binuang Kabupaten Serang, Banten merupakan daerah yang secara geografi terletak di daerah dataran rendah dan berasosiasi dengan DAS Cidurian. Kondisi tersebut menyebabkan wilayah penelitian rawan terhadap banjir luapan DAS Cidurian. Kejadian banjir terbesar diwilayah penelitian terjadi tahun 1994, 2001, dan 2013. Tujuan penelitian ini yaitu 1). Pemetaan daerah rawan banjir wilayah penelitian, menggunakan pendekatan natural science dan social science dan (2). Menganalisis hasil peta bahaya banjir berdasarkan pendekatan natural science dan social science. Analisis penelitian menggunakan metode kualitatif dan kuantutatif, dengan pendekatan natural science dan social science. Metode analisis data yang digunakan yaitu interpretasi secara kualitatif citra satelit, interpolasi, dan skoring. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan survei. Hasil penelitian berdasarkan pendekatan natural science dan social science menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah penelitian terletak pada bahaya banjir sedang. Berdasarkan pola spasial, hasil terdapat kesamaan diantara dua pendekatan yaitu bahaya banjir tinggi terletak di satuan bentuklahan dataran banjir yang berasosiasi dengan DAS Cidurian, aliran sungai mati, dan dataran aluvial yang berasosiasi dengan saluran irigasi. Daerah dengan bahaya banjir sedang terletak disatuan bentuklahan dataran banjir yang berasosiasi dengan aliran sungai mati dan dataran aluvial. Daerah dengan tingkat bahaya banjir rendah terletak di satuan bentuklahan dataran aluvial antropogenik, tanggul alam, dan sebagian dataran aluvial.Kata Kunci: Bahaya Banjir, DAS Cidurian, dan Pendekatan Natural dan Social Science.ABSTRACTRenged Village, Binuang District, Serang Regency, Banten Province is geographically located in lowland area and associated with Cidurian Watershed. It caused research area have flood prone area. The major floods event in the last 21 years occurred in 1994, 2001, and 2013. The aims of research: (1) Mapping of flood pronea area, using natural and social science approach, and (2). Analysis of flood hazard map, based on natural and social science approach. Research conducted using qualitative and quantitative methods, with natural and social science approach. The data analysis are qualitative interpretation of satellite imagery, interpolation, and scoring. Tthe cholleting data method using interview and survey. The result of the research based on natural and social science approach shows that most of research area located in medium level of flood hazard. Based on spatial pattern there are similarities between the result of natural and social science approach. It is the high level of flood hazard is located in landform units: flood plain associated with Cidurian River, abandoned river channels, and aluvial plain that associated with irrigation drainage. Medium level of flood hazard is located in landform units: flood plain associated with abandoned river channels, and alluvial plain. Low level of flood hazard is located in landform units: antropogenic alluvial plain, natural levee, and part of alluvial plain.Keywords: Flood Hazard, Cidurian Watershed, and Natural and Social Science Approach.
KAJIAN TENTANG GARAM TRADISIONAL DAN KONDISI SOSIAL, EKONOMI, DAN DEMOGRAFIS PETANI GARAM DI DESA PLIWETAN KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR Winarno, Winarno
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan Vol 1 No 2 (2018): Januari - Juni 2018
Publisher : FKIP UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Pliwetan Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Lokasi geografis wilayah penelitian yang merupakan terletak di daerah pesisir, sehingga wilayah penelitian mayoritas dimanfaatkan oleh penduduk sebagai tambak garam. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian yaitu:  (1). mengetahui proses produksi garam secara tradisional, dan (2). mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan demografis petani garam tradisional. Penentuan lokasi penelitian dengan metode Purposive sampling, dan penentuan responden dengan metode sensus dengan jumlah responden yaitu 98 KK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi garam secara tradisional memerlukan persiapan lahan produksi dan peralatan termasuk didalamnya pengendalian standar manajemen mutu lahan dan penggaraman, dan penentuan proses produksi sebagaimana yang dianjurkan oleh kementrian perikanan dan kelautan tahun 2002. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas petani garam merupakan tidak sekolah mencapai 36,0%. Kondisi ini menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan para petani garam, yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan petani. Rendahnya pendapatan dari sektor garam membuat mereka melakukan kerja sampingan, yaitu 55,1% petani garam memiliki pekerjaan sampingan sebagai petambak bandeng, 23,4% sebagai tukang becak, 11,8 % sebagai  buruh, dan lain-lain 9,7%. Adapun pendapatan petani garam rata-rata per bulan 36,73% antara 1-2 juta, 19,39% antara 2-3 juta dan hanya 9,18% yang berpendapatan diatas 5 juta. Berdasarkan kondisi demografis kondisi demografis penduduk Desa Pliwetan yaitu jumlah kelahiran 28 bayi, angka kematian 16 jiwa, angka perkawinan 34 pasang dan perceraian 6 pasang. Mobolitas penduduk antar wilayah mencapai 80%, yang berarti hampir semua penduduk di Desa Pliwetan pernah melakukan migrasi/pergi  meninggalkan desanya dengan batas waktu minimal 6 jam. Kata Kunci: Garam Tradisional, Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Demografis Petani Garam   ABSTRAC The location this research in Pliwetan Village, Tuban Regency, Jawa Timur Province. Geographically, location of research area in coastel area, based on it majority landuse in research area is salt ponds. Based on it, the aims of research are 1). To know the process of salt with production traditional, and 2). To know about social, economic, and demografis condition of traditional salt farmers. The method to determine research area was Purposive sampling, the method to determine respondents was census with 98 KK. The results of the research show that the salt production process traditionally requires the prepar of production land and equipment including the control of land and salt quality management standards, and the determination of the production process as recommended by the marine and fishery ministry in 2002. Based on the level of education condition, the data showed that 32.65% community not finished elementary school, and 37.76% finished of elementary school. This condition indicates that majority of salt farmers was the low level of education, which affects the low income level of farmers. Based it the salt farmers had additional work such as:  milkfish ponds (55,1%), becak (23,4%), and laborers (11,8 %), and onthers (9,7 %). Based on average monthly income of salt farmers ware 1-2 million (36.73%), 2-3 million (19.39%), and above 5 million (9.18%). Based on the data of demographic condition of Pliwetan Village was the number of births were 28, the number of mortality were 16 people, the number of marriage were 34 pairs, and the number of divorce  were 6 pairs. The data of mobility between regions in research area was 80%, it showed that majority the comunity in Pliwetan Village migrated with a minimum time limit of 6 hours. Keywords: Traditional Salt, Social, Economic and Demografis Condition of Salt Farmers  

Page 1 of 18 | Total Record : 174