cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. grobogan,
Jawa tengah
INDONESIA
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani
ISSN : 26147203     EISSN : 25799932     DOI : -
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan pelayanan Kristiani, dengan nomor ISSN: 2579-9932 (online), ISSN: 2614-7203 (print), diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2019): November 2019" : 9 Documents clear
Fungsi Implementatif Tawaran Pilihan Etis-Teologis Kristen dalam Konteks Dilema Moral Alvian Apriano
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.122

Abstract

Mostly overtime, the ethical-theological discussion is also influenced by dilemmatic situations that cause doubts in making choices. In fact, the starting point of ethics is to consider an issue and take a stand on it without compromise with any situation in between. In this situation, questions arise about whether ethics has carried out its implementative function appropriately? With the growing firmness to making a choice, ethical-theological responsibility now requires its implementation under direction. Christian theologians notice their respective perspectives on highlighting the context of the times that creates moral dilemmas. This research seeks to offer ethical decision concepts and models when dealing with a dilemma problem in order to reawaken the firmness in ethically responding to the challenges of the times. AbstrakDekade ini, diskusi etika teologis turut dipengaruhi oleh situasi dilematis yang menyebabkan keraguan dalam menentukan pilihan. Padahal, titik tolak etika adalah mempertimbangkan sebuah persoalan dan mengambil sikap atasnya tanpa kompromi dengan situasi apa pun. Di dalam keadaan ini, muncullah pertanyaan tentang apakah etika telah menjalankan fungsi implementatifnya dengan tepat? Dengan berkembang-nya ketegasan untuk menentukan pilihan, tanggung jawab etis-teologis kini memerlukan arah implementatifnya. Para teolog etika Kristen memiliki masing-masing perspektifnya menyoroti konteks zaman yang mencip-takan dilema moral. Penelitian ini berupaya menawarkan konsep dan mo-del pilihan etis ketika berhadapan dengan sebuah persoalan dilematis guna menyadarkan kembali ketegasan dalam beretika merespons tantangan zaman. 
Makna Allah Pencipta Manusia dan Problematika Arti Kata ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26-27 Juliman Harefa
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.306 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.134

Abstract

This paper is an exegetical study of the book of Genesis 1:26-27, to understand whom God created, why God created a man who is called a noble creature, and studies the meaning of being pictured and similar to God. The study uses the hermeneutic spiral method (from text to context) to reveals the meaning of the original text of the Bible. Also, the implementation of the meaning of the original text today. The study of the text of the word Elohim, Yahweh/Adonay, and We contains the notions of the purity, omnipotence, majesty, and glory of the creator of the universe. The creator God created humans in His image and likeness so that humans have "divine potential" that is not possessed by other creatures. The divine potential is the human self-image that has a soul that will understand as the quality of human resources themselves, namely the potential for spirituality, ratios, wills that will apply in the secular, cultural, and educational world in this millennial era.  AbstrakArtkel ini merupakan studi eksegetis kitab Kejadian 1:26-27, untuk memahami tentang siapa Allah pencipta, mengapa Allah menciptakan manusia yang disebut sebagai makhluk mulia dan mengkaji makna segam-bar dan serupa dengan Allah. Kajian ini menggunakan metode herme-neutik spiral (dari teks kepada konteks) yaitu studi eksegetis yang mengungkap makna teks asli Alkitab dan implementasi makna teks asli pada masa kini. Kajian teks kata Elohim, Yahwe/Adonay dan Kita mengandung arti kemahasucian, kemahakuasaan, keagungan dan kemulia-an Sang Pencipta alam semesta. Allah Pencipta menciptakan manusia me-nurut gambar dan rupa-Nya, sehingga manusia memiliki “potensi ilahi” yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yang diciptakan oleh Allah. Potensi ilahi adalah citra diri manusia yang memiliki jiwa akan dipahami sebagai kualitas sumberdaya manusia itu sendiri yakni potensi spiritualitas, rasio, kehendak yang akan diaplikasikan dalam dunia sekuler, budaya dan pendidikan di era milenial.
Pemuridan Misioner dalam Menyiapkan Perluasan Gereja Lokal Tri Subekti; Pujiwati Pujiwati
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.3 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.126

Abstract

The development and expansion of the church is a dream for many local churches. One of the most effective ways to develop or expand a local church is to do evangelism according to the great commission in Matthew 28: 19-20. To be able to move the congregation to carry out missionary activities missionary discipleship is needed. The article is a qualitative study of the significant influence of missionary discipleship on the expansion of the local church. By using a qualitative approach and descriptive method, the results obtained recommending the holding of missionary discipleship by the church to produce a congregation capable of carrying out the great commission of Jesus Christ.AbstrakPerkembangan dan perluasan gereja merupakan idaman bagi banyak gerejaa lokal. Salah satu cara yang paling efektif untuk mengembangkan atau melakukan ekspansi gereja lokal adalah melakukan penginjilan sesuai amanat agung dalam Matius 28:19-20. Untuk dapat menggerakkan jemaat melakukan kegiatan misi diperlukan pemuridan secara misioner. Artikel merupakan penelitian kualitatif tentang pengaruh signifikan dari pemuridan misioner terhadap perluasan gereja lokal. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, diperoleh hasil yang merekomendasikan diadakannya pemuridan misioner oleh gereja untuk menghasilkan jemaat yang mampu melakukan amanat agung Yesus Kristus.
Implikasi Alkitab dalam Formasi Rohani pada Era Reformasi Gereja Katarina Katarina; I Putu Ayub Darmawan
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.815 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.85

Abstract

This article discusses the spiritual formation and God's Word in reformation. The formulation of the problem is the relationship between spiritual formation and God's Word in reformation. The author uses literature studies to collect information about spiritual formation and God's Word in reformation. Spirit for sola scriptura has produced a change in the life of the church at that moment. All teachings, church traditions, and practical actions which is conducted by church member must be tested under the Word of God. In the present context, the church who facing various challenges related to a moral life, teaching, and practical actions must return to the principles of the word of God. To build a spiritual life, we must start from the Bible that is interpreted correctly, which then becomes a theological development, which then influences the concept of believer's thinking and practical actions.AbstrakArtikel ini membahas tentang formasi rohani dan Firman Tuhan dalam reformasi. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kaitan antara formasi rohani dan firman Tuhan dalam reformasi? Penulis menggunakan studi pustaka untuk menggali informasi tentang formasi rohani dan Firman Tuhan dalam reformasi. Semangat untuk sola scriptura menghasilkan perubahan dalam kehidupan gereja pada masa itu. Segala pengajaran, tradisi gereja, dan tindakan praktis yang dilakukan oleh setiap anggota gereja harus diuji di bawah Firman Tuhan. Dalam konteks masa kini, menghadapi berbagai tantangan gereja baik yang terkait dengan kehidupan moral maupun pengajaran dan tindakan praktis, gereja harus kembali pada prinsip Firman Tuhan. Untuk membangun kehidupan rohani maka harus dimulai dari Alkitab yang ditafsirkan secara benar yang kemudian menjadi sebuah bangunan teologi yang kemudian mempengaruhi konsep berpikir orang percaya dan tindakan praktis.
Mengaplikasikan Integritas Gembala Jemaat menurut Surat-surat Penggembalaan Markus Sudjarwo
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.041 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.47

Abstract

Integrity is a quality of character that must be possessed by every pastor. that is the quality of the character which is not blameworthy lives according to the word and does not sacrifice the right principles when under pressure. In the pastoral letters of the Apostle, Paul gives a reference and at the same time firmness to the pastors of the church who carry out his pastoral service. The purpose of this article is how pastors apply the concept of integrity in service according to the Pastoral Epistles. With a qualitative approach, this study applies a descriptive method to the pastors of the Pentecostal Church assembly in Indonesia in the Nabire area of the city. The conclusion is, integrity is really very important for a pastor because it is a basic force in a pastor's ministry. The value of a ministry is not determined by the high level of education or the many hours of flying in the ministry, but by the integrity of a pastor's church.  AbstrakIntegritas adalah kualitas karakter yang harus dimiliki oleh setiap gembala jemaat. yaitu kualitas karakter yang tidak tercela, hidup sesuai dengan perkataan, dan tidak mengorbankan prinsip yang benar saat berada di bawah tekanan. Dalam surat-surat penggembalaan Rasul Paulus memberikan acuan dan sekaligus ketegasan terhadap para gembala jemaat yang menjalankan pelayanan penggembalaannya. Tujuan dari artikel ini adalah bagaimana para gembala mengaplikasikan konsep integritas dalam pelayanan menurut Surat-surat penggembalaan. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menerapkan metode deskriptif pada gembala-gembala sidang Gereja Pantekosta di Indonesia di wilayah Nabire kota. Kesimpulannya adalah, integritas sungguh sangat penting bagi seorang gembala jemaat, karena merupakan kekuatan dasar dalam pelayanan seorang gembala. Nilai dari sebuah pelayanan tidak ditentukan oleh tingginya pendidikan semata atau banyaknya jam terbang dalam pelayanan, melainkan oleh integritas diri seorang gembala jemaat.
Mengoptimalkan Karunia dalam Jemaat untuk Melakukan Misi Amanat Agung di Era 4.0 Eben Munthe
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.446 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.127

Abstract

Carrying out the mission of the great commission is a general church task, which must be carried out by all believers. Conducting missions in the 4.0 era is a challenge in itself, and the church must empower God's people with the gift of the Holy Spirit who can answer the needs of mission services in this era. The article is qualitative research literature, applying descriptive and phenomenological methods to show a description of service needs related to mission in the 4.0 era. As a result, a leader, in this case, the pastor, must first be empowered in terms of gifts so as to optimize the gifts that are in the church. AbstrakMelakukan misi amanat agung merupakan tugas gereja secara umum, yang harus dilakukan oleh semua orang percaya. Melakukan misi di era 4.0 merupakan tantangan tersendiri, dan gereja harus memberdayakan jemaat Tuhan dengan karunia Roh Kudus yang dapat menjawab kebutuhan pelayanan misi di era ini. Artikel merupakan penelitian kualitatif literatur, menerapkan metode deskriptif dan fenomenologi untuk menunjukkan gambaran kebutuhan pelayanan terkait misi di era 4.0. Hasilnya, seorng pemimpin, dalam hal ini gembala sidang, harus terlebih dahulu berdaya dalam hal karunia sehingga dapat mengoptimalkan karunia yang ada dalam jemaat
Menerapkan Konsep Pelayan Tuhan Perjanjian Baru pada Masa Kini Asih Rachmani Endang Sumiwi; Joseph Christ Santo
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.692 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.129

Abstract

The term "servant of God" has a growing meaning, and at this time the phrase has several meanings. In its development there is also the meaning of "servant of God" which shifts from the original understanding. This can cause inconsistencies in the function of God's servant in the congregation. With word studies, this research tries to reformulate the concept of servant of God based on the use of some words about servants in the books of the New Testament. The use of these words in the cultural context at that time showed the characteristics of "servants", and from those characteristics it could be formulated the concept of servants of the Lord's New Testament. The results of this study indicated several criteria that must be owned by a member of the congregation so that he deserves to be set as a servant of God. AbstrakIstilah “pelayan Tuhan” memiliki makna yang berkembang, dan pada saat ini frasa tersebut memiliki beberapa makna. Dalam perkembangannya ada juga makna “pelayan Tuhan” yang bergeser dari pengertian semula. Hal ini bisa menimbulkan inkonsistensi fungsi pelayan Tuhan dalam jemaat. Dengan studi kata, penelitian ini mencoba merumuskan kembali konsep pelayan Tuhan berdasarkan penggunaan beberapa kata tentang pelayan di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru. Penggunaan kata-kata tersebut dalam konteks budaya pada waktu itu menunjukkan karakteristik “pelayan”, dan dari karakterisik itu dapat dirumuskan konsep pelayan Tuhan Perjanjian Baru. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa kriteria yang perlu dimiliki seorang warga jemaat agar ia layak ditetapkan sebagai pelayan Tuhan.
Visi Profetis Kehidupan Sosial Umat Kristen dalam Demokrasi Menurut John W. De Gruchy Aseng Yulias Samongilailai
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.71 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.128

Abstract

This article reviews how church members - Christians - should play a role in social life, especially in the context of Indonesia's democratic life. The role of church members is derived from a theoretical study of John W. De Gruchy's thoughts on the prophetic vision which also functions as the basis for this role. The prophetic vision on which the role is based covers the importance of upholding justice, presenting the love of Jesus and the kingdom of God, and of how the Christian community should become an ecclesiā that has a positive, constructive impact on social situations that are experiencing degradation in various lines of life. AbstrakArtikel ini mengulas tentang bagaimana mestinya warga gereja – umat Kristen – ikut berperan dalam kehidupan sosial khususnya dalam konteks kehidupan demokrasi Indonesia. Peran warga gereja yang diperoleh berasal dari kajian teoritis terhadap pemikiran John W. De Gruchy tentang visi profetis yang sekaligus berfungsi sebagai dasar/landasan dari peran tersebut. Visi profetis yang menjadi landasan peran meliputi tentang pentingnya menegakkan keadilan, menghadirkan kasih Yesus dan keraja-an Allah, dan tentang bagaimana harusnya komunitas Kristen menjadi ecclesiā yang memiliki dampak positif, konstruktif dalam situasi sosial yang sedang mengalami degradasi dalam berbagai lini kehidupan.
Pentingnya Kontekstualisasi dalam Melaksanakan Misi Penginjilan Susandi Sudarmo
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v3i2.41

Abstract

Contextualization is a gospel approach to touch the diversity of the world. However, an excessive emphasis approach can lead to a distortion of the content of the substance of the truth of God's Word. Wrong contextualization often gives birth to wrong meanings regarding its implications in evangelism, so a correct understanding of contextualization needs to be straightened out. The method used by the author in conducting research is a descriptive qualitative research method, namely carried out through library research. By making literature study the target in writing, the author tries to provide an understanding so that the church can apply a contextualization approach. The research results will open evangelists' understanding to practice appropriate contextualization.  AbstrakKontekstualisasi merupakan pendekatan injil untuk menyentuh kemajemu-kan dunia. Namun pendekatan penekanan yang berlebihan bisa berujung pada penyelewengan isi pada substansi kebenaran Firman Tuhan. Kon-tekstualisasi yang salah banyak kali melahirkan makna yang keliru dalam implikasinya dalam penginjilan, maka pemahaman yang benar akan kon-tekstualisasi perlu diluruskan. Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian adalah metode penelitian kualitatif deskriptif  yakni dilakukan melalui penelitian pustaka. Dengan menjadikan studi literature sebagai sasaran dalam penulisan, dimana penulis berusaha memberikan se-buah pemahaman yang agar dapat mengaplikasikan pendekatan konteks-tualisasi oleh gereja. Hasil penelitian diharapkan membuka pemahaman pelaku injil untuk berada di praktek kontekstualisasi yang tepat.

Page 1 of 1 | Total Record : 9