cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2020): October" : 7 Documents clear
IDENTIFIKASI PENDEKATAN WHITE CUBE DAN REGIONALISME KRITIS PADA ARSITEKTUR GALERI SENI DI YOGYAKARTA Sari, Marchelia Gupita; Asharhani, Imaniar Sofia
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 2 (2020): October
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v7i2.39678

Abstract

Regionalisme dalam arsitektur kerap dibahas sebagai respon terhadap arsitektur modern yang bersifat univalen dan melunturkan nilai-nilai kesetempatan. Estetika galeri seni dengan pendekatan white cube yang berakar pada modernisme telah mengglobal atau melanda dunia, seperti halnya international style dalam arsitektur. Yogyakarta kini tengah menghadapi isu lokalitas dalam arsitektur yang dapat mencerminkan identitasnya sebagai kota seni dan budaya. Galeri seni memiliki peranan penting untuk menyebarkan kesenian kontemporer yang dinamis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan pendekatan white cube pada arsitektur galeri seni dan penerapan regionalisme kritis sebagai respon terhadap modernitas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan dengan komparasi antarkasus berdasarkan indikator dari regionalisme kritis dalam arsitektur. Penarikan kesimpulan berdasarkan kecenderungan penerapan white cube dengan indikator regionalisme pada kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan regionalisme ditemukan pada kasus yang menekankan tektonika, respon terhadap iklim, dan respon terhadap konteks sekitar. Karya seni di galeri seni Yogyakarta ternyata tidak serta merta dibebaskan dari konteks sekitar seperti halnya konsep white cube gallery.IDENTIFICATION OF  WHITE CUBE APPROACH AND REGIONALISM IN ART GALLERY ARCHITECTURE IN YOGYAKARTA Regionalism in architecture is often discussed as a response to modern architecture, which contains a univalent value and attenuates the values of context. The aesthetics of art galleries with the concept of white cube rooted in modernism have become trend in the world and international style in architecture. Yogyakarta is currently facing locality in architecture that can reflect its identity as a city of arts and culture. Art galleries have an essential role in spreading dynamic contemporary art. This study aims to identify the white cube approach to art gallery architecture and critical regionalism to respond to modernity. This research uses descriptive qualitative research methods. Data analysis was conducted by comparisons between cases based on indicators of crucial regionalism in architecture. The conclusion is based on the tendency of applying white cube with indicators of regionalism in cases. The results showed that the regionalism approach was found in cases that emphasized tectonic aspects, responses to climate, and responses to the surrounding context. Artwork in the Yogyakarta art gallery is not necessarily freed from the surrounding context, such as the concept of the white cube gallery.
EVALUASI SOCIAL SUSTAINABILITY PADA FASILITAS PUBLIK STUDI KASUS: RPTRA BAHARI, GANDARIA SELATAN Permanasari, Eka; Mochtar, Sahid; Purisari, Rahma
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 2 (2020): October
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v7i2.40745

Abstract

Upaya membantu masyarakat dalam memiliki ruang terbuka untuk berinteraksi dan berkegiatan di ruang kota seringkali mengarah pada pembangunan fisik dalam bentuk infrastruktur yang hanya mengakomodasi agenda pemerintah. Akibatnya, pengembangan ini lebih cenderung kepada bentukan fisik dan melupakan siapa penggunanya. Meskipun fasilitas dan infrastruktur ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seringkali setelah bangunan fisik terbangun, keberkelanjutan kegiatan tidak terjadi disana. Tidak adanya partisipasi masyarakat dalam proses desain adalah salah satu penyebab kurangnya rasa memiliki terhadap fasilitas yang ada. Penelitian ini mengevaluasi keberlanjutan sosial Ruang Publik Terpadu Ramah Anak-RPTRA Bahari, Gandaria Selatan, Jakarta, melalui pengukuran terhadap rasa memiliki masyarakat sekitar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui seberapa besar rasa memiliki masyarakat terhadap fasilitas publik di lingkungan mereka. Hasilnya menunjukkan variasi tingkat rasa memiliki atas fasilitas tersebut namun sebagian besar masyarakat merasakan kemanfaatannya. Dapat disimpulkan bahwa secara sosial, RPTRA Gandaria dinilai “sustainable” karena masyarakat tidak hanya mengenal RPTRA, tetapi memanfaatkan sekaligus turut terlibat dalam menjaga kelangsungannya di masa depan. EVALUATING SOCIAL SUSTAINABILITY IN PUBLIC FACILITIES CASE STUDY: RPTRA BAHARI, GANDARIA SELATANEfforts to help people have open spaces for interaction and activities in urban area often lead to physical development in infrastructure that only accommodates the government agenda. As a result, this development prefers physical form and forgets who the user will be. Although these facilities and infrastructure are made to meet the needs of the community, often after the physical building is built, there is no sustainable activity taking place there. The exclusion of community participation in the design process is one of the causes of the lack of sense of belonging to the facilities built. This paper evaluates the social sustainability of the Bahari Child-Friendly Public Space (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak-RPTRA) in South Gandaria, Jakarta, through measuring the sense of belonging of the surrounding community. This study uses quantitative methods to determine how much the community sense of belonging to public facilities in their environment. The results show a variety of sense of belonging level, and most of the community feel the benefits of the RPTRA facility. It can be concluded that the RPTRA Gandaria is socially “sustainable” because the community is not only familiar with the building but also utilizes and is involved in maintain its sustainability in the future.
MEMAHAMI URBAN SPRAWL: ANALISA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KOTA SALATIGA DENGAN DIGITASI ARCGIS Khasanah, Ma'rifatun; Widi Astuti, Dyah
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 2 (2020): October
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v7i2.41869

Abstract

Pembangunan infrastruktur di Salatiga semakin meningkat, tidak hanya untuk keperluan aksesibilitas tapi juga karena semakin bertambahnya jumlah penduduk kota, baik penduduk asli maupun pendatang. Pembangunan tersebut juga dilakukan untuk memeratakan kegiatan ekonomi agar tidak tersentral di pusat kota. Contohnya adalah dibangunnya Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga yang memberikan dampak ekonomi, sosial, dan aksesibilitas terhadap perkembangan di daerah selatan kota karena melewati tiga kecamatan. Untuk mencegah perkembangan tidak terkendali yang akan timbul maka diperlukanlah kontrol perencanaan pembangunan di kawasan pinggiran tersebut. Penelitian ini mengambil satu contoh perumahan di setiap kecamatan yang berada di perbatasan Salatiga, yaitu Kecamatan Sidorejo (P1), Kecamatan Sidomukti (P2), Kecamatan Argomulyo (P3), dan Kecamatan Tingkir (P4). Metode yang digunakan adalah digitasi menggunakan software ArcGIS, sebagai alat bantu untuk memetakan kawasan perumahan sehingga bisa terlihat titik mana yang mengalami perkembangan paling pesat yang berpotensi menyebabkan terjadinya urban sprawl. Dari hasil digitasi tersebut terlihat titik yang mengalami perkembangan paling pesat adalah P3, dengan faktor preferensi bermukim paling banyak dikarenakan perumahan memiliki harga murah. Hal ini memungkinkan terjadinya urban sprawl di masa datang dengan berkembangnya infrastruktur yang semakin baik, dekat dengan fasilitas pelayanan umum seperti sekolah, kesehatan, keamanan, hiburan dan kemudahan aksesibilitas berupa jalur angkutan umum di titik tersebut.UNDERSTANDING THE URBAN SPRAWL: ANALYSIS RESIDENTAL DEVELOPMENT IN SALATIGA CITY WITH ARCGIS Infrastructure development at Salatiga is increasing, not only for needing accessibility but also for the growing urban population, both the natives and settlers. Such development is also being used to flatten economic activities not centralized in the urban core. An example is the development of Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga that has impact in economy, social, and accessibility for growth in the southern city of the city through three subdistricts. To prevent these uncontrolled developments requires control in building planning in the suburban. The study takes one sample housing in every district located on the Salatiga suburban, and those are Sidorejo district (P1), Sidomukti district (P2), Argomulyo district (P3), and Tingkir district (P4). The method used is digitized using ArcGIS software to map the region, so it can see which point is experiencing the most rapid growth that potentially causes urban sprawl. From that digitization, the most developed node is P3, with the most preference factor of settling because housing is cheap. It allows urban sprawl in the future with better infrastructure increase, near a public service facility like school, health, security, entertainment, and easiness accessibility such as public transport routes in this node.
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN SONIK KAWASAN MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Syamsiyah, Nur Rahmawati; Mutiari, Dhani; Hidayati, Rini; Setiawan, Wisnu
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 2 (2020): October
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v7i2.40840

Abstract

Masjid kerajaan di Surakarta yaitu Masjid Agung dan Masjid Al Wustho memiliki karakter kawasan yang berbeda. Kawasan Masjid Agung merupakan kawasan fungsi perdagangan yang ramai, sementara kawasan Masjid Al Wustho adalah kawasan fungsi pendidikan yang cenderung lebih tenang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lingkungan sonik di kedua masjid, apakah fungsi kawasan berpengaruh terhadap lingkungan sonik yang terbentuk sesuai dengan karakter aktifitasnya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan objektif melalui perekaman kondisi eksisting lingkungan sonik menggunakan H6Zoom dan analisis simulasi melalui program Audacity dan Surfer Mapping. Pendekatan subjektif dengan pengamatan aktivitas dan perilaku on-site survey serta wawancara. Hasil penelitian mengindikasikan karakter lingkungan sonik berbeda antara kedua masjid. Tingkat tekanan bunyi atau SPL rata-rata Masjid Agung adalah 60.8 dB, lebih rendah dari Masjid Al Wustho yang memiliki nilai SPL 63.8 dB. Fungsi kawasan tidak berpengaruh terhadap nilai SPL, melainkan komponen lanskap yang memiliki pengaruh. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap perencanaan kawasan atau public space dengan pengurangan kebisingan lingkungan melalui pemilihan jenis material lanskap seperti pasir laut pantai selatan, vegetasi dan air serta perencanaan jalur sirkulasi yang terarah.SONIC ENVIRONMENTAL CHARACTERISTICS IN THE ROYAL MOSQUE IN SURAKARTA The royal mosque in Surakarta, namely the Grand Mosque and the Al Wustho Mosque, has a distinctly urban character. The Grand Mosque area is a busy trade function area, while the Al Wustho Mosque area is an educational function area that tends to be quieter. This study aims to determine the characteristics of the sonic environment in the two mosques, whether the area's function affects the sonic environment which is formed according to the character of its activities. The research was conducted with an objective approach by recording the existing sonic environment conditions using H6Zoom and simulation analysis through the Audacity and Surfer Mapping programs., A subjective approach by observing activities and behavior on-site surveys and interviews. The results indicated that the sonic environment character was different between the two mosques. The sound pressure level or SPL of the Great Mosque average is 60.8 dB, lower than the Al Wustho Mosque, which has an SPL value of 63.8 dB. The area's function does not affect the SPL value, but rather the landscape component that does. This research can contribute to area planning or public space be better by reducing environmental noise by selecting landscape material types such as south coast sea sand, vegetation, water, and directed circulation path planning. 
PENGARUH PEMBANGUNAN TURAP BETON TERHADAP EKOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS PONTIANAK Fibrianto, Jockie Zudhy; Ikram, Muhammad Subhansyah
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 2 (2020): October
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v7i2.40730

Abstract

Untuk menjaga daratan dari abrasi salah satu rekayasa teknik adalah menggunakan turap beton. Pembangunan turap beton hampir disepanjang tepian Sungai Kapuas Pontianak, menjadi program pemerintah daerah untuk menciptakan “Pontianak Waterfront City”. Namun dalam pelaksanaannya memiliki dampak terhadap ekologi khususnya pada kawasan permukiman di tepian Sungai Kapuas, hal ini terjadi karena sistem sanitasi baik limbah cair dan padatnya langsung dialirkan ke sungai, dengan asumsi akan terbawa oleh arus pasang-surut Sungai Kapuas. Dengan adanya turap limbah tersebut tertahan di lingkungan permukiman, kondisi ini tentunya akan mempengaruhi kualitas air dan ekologi pada kawasan. Dengan menggunakan metode pengukuran kualitas air sungai yaitu TSS, TDS, DO, COD dan BOD, yang diidentifikasi dan diukur, kemudian dilanjutkan dengan analisa kawasan, melalui pendekatan dari aspek fisik, aspek biologi dan aspek kultural. Analisa kawasan dilakukan dengan membandingkan dua lokasi kawasan permukiman di tepian Sungai Kapuas yang memiliki turap dan yang tidak memiliki turap. Hasil yang didapat adalah kawasan permukiman dengan turap beton, memiliki nilai TDS yang tinggi, DO yang rendah, COD yang tinggi dan BOD yang rendah dibandingkan kawasan permukiman tanpa turap. Sehingga pembangunan turap beton pada kawasan permukiman di tepian Sungai Kapuas akan berdampak terhadap ekologi pada kawasan tersebut. THE IMPACT OF CONCRETE SHEET PILES DEVELOPMENT ON THE ECOLOGY OF SETTLEMENT AREA AT THE WATERFRONT OF PONTIANAK KAPUAS RIVERTo protect the land from abrasion, one of the engineering techniques is to use a sheet pile. The construction of concrete sheet piles along the waterfront of the Pontianak Kapuas River has become a regional government program to create the "Pontianak Waterfront City." However, in its implementation, it has an impact on ecology, especially in residential areas on the waterfront of the Kapuas River; this occurs because the sanitation system, both liquid, and solid waste, is flowed directly into the river, assuming the tides of Kapuas River will carry it. With sheet pile the waste material retained in a residential environment, this condition will undoubtedly affect the water quality and the ecology in the area. Using river water quality measurement methods, TSS, TDS, DO, COD, and BOD, identified and measured, then continued with site analysis, with approaches from physical, biological, and cultural attributes. Sites analysis is done by comparing the two settlement areas at the Kapuas River's waterfront with sheet piles and without sheet piles. The results obtained are settlement areas with concrete sheet piles, which have high TDS values, low DO, high COD, and low BOD compared to settlement areas without sheet piles. The construction of concrete sheet piles in settlement areas at the waterfront of the Kapuas River will impact the areas' ecology
SETTING PERILAKU DALAM EVALUASI PURNA HUNI (EPH) GEDUNG DIREKTORAT POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Kurniadi, Ferry; Sari, Dian Perwita; Wibowo, Taufik
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 2 (2020): October
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v7i2.40699

Abstract

Gedung Direktorat merupakan wajah depan kampus yang memberikan citra bagi kampus tersebut. Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak adalah bangunan yang pada perkembangannya mengalami penurunan kualitas fisik bangunan. Penurunan performa bangunan tersebut dilihat terutama terlihat dari aspek perilaku (behavior), sehingga diperlukanlah sebuah evaluasi purna huni (EPH) untuk menilai performasi aspek tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi performansi dari aspek perilaku yang dibentuk oleh tata layout ruang pada Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan temuan yang dapat digunakan untuk perencanaan dan redesain pembangunan gedung ini di masa yang akan datang. Metode yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatitif yang dilakukan secara investigatif dengan menggunakan analisa metode pemetaan perilaku berupa person centered mapping, place centered mapping, physical trace. Hasil dari penelitian ini berupa penilaian terhadap performansi ruang yang ditimbulkan akibat setting perilaku yang dilihat dari pemetaan perilaku berupa teritori, ruang personal dan privasi. Setting perilaku pada bangunan dipengaruhi oleh pergerakan pengguna dan aksesbilitas di dalam bangunan BEHAVIOR SETTING IN POST OCCUPANCY EVALUATION (POE) OF DIRECTORATE OF PONTIANAK STATE POLYTECHNIC BUILDINGThe Directorate Building is the front facade of the campus, which gives an image for the whole campus. Pontianak State Polytechnic Directorate Building in its development experienced a decreasing quality. One of the declines in building performance could see from the behavior aspect, so it needs a post-occupancy evaluation (POE) to assess this aspect's performance. This study aims to identify the performance of behavioral factors forming by the spatial layout in the Pontianak State Polytechnic Directorate Building, then analyzed to obtain findings that could use to plan and redesign this building in the future. The research method is a qualitative research method, carried out investigative using analysis of behavioral mapping methods such as person-centered mapping, place centered mapping, and physic trace. The result of this study is an assessment of the spatial performance that results from the behavior setting that seeing from the behavior mapping like territory, personal space, and privacy. Behavior settings influenced by the user movement and accessibility within the building. 
ARAHAN PENATAAN JALUR SIRKULASI GUNA MENUNJANG WALKABILITY PENGUNJUNG PADA TAMAN KOTA DI SURABAYA Avenzoar, Azkia; Elviana, Eva; Utomo, Heru Prasetiyo
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 2 (2020): October
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v7i2.39676

Abstract

Taman kota merupakan ruang publik yang senantiasa menarik minat warga kota untuk berkunjung. Kehadiran taman kota ini harus mengindahkan upaya-upaya penataan jalur sirkulasi yang menunjang walkability pengunjung mengingat umumnya taman kota terletak di pusat kota dan dengan rentang usia pengunjung yang tidak terbatas. Oleh karena itu, penataan jalur sirkulasi dengan penekanan walkability perlu diperhatikan. Objek studi adalah taman kota di Surabaya yang terletak di pulau jalan dan dikelilingi oleh jalan arteri. Metode pengumpulan data menggunakan walk-through analysis yang hasilnya dituangkan dalam foto dan sketsa. Variabel yang digunakan adalah 5C’s walkability audit yakni connected, comfortable, convenient, convivial, dan conspicuous. Hasilnya adalah arahan penataan jalur sirkulasi berupa jalur penyeberangan yang sebidang dan dilengkapi pengamanan yang sesuai, peletakan jalur penyeberangan di setiap sisi taman, jalur masuk taman yang berdekatan dengan jalur penyeberangan, dan pemanfaatan taman sebagai pusat informasi kota.PLANNING DIRECTION OF CIRCULATION PATH TO SUPPORT VISITORS WALKABILITY IN CITY GARDEN IN SURABAYACity-parks are public spaces that always attract to be visited. City-park has to the concern of the circulation path to support the visitor’s accessibility. Most parks are located in the center of the city and visited by various age of visitors. Therefore, the arrangement of the circulation path that is concerned with walkability has to be considered. The study object is a city park in Surabaya, which is located on a road island and is surrounded by arterial roads. The data collection method is a walk-through analysis completed with photos and sketches. This research uses 5C’s walkability audit as variables: connected, comfortable, convenient, convivial, and conspicuous. The result is a direction for arrangement circulation path; there are crosswalks in the same level area and combined with appropriate street furniture, crosswalks on each side of the park, park entrance adjacent with crosswalks, and city-park as central information of the city.

Page 1 of 1 | Total Record : 7