cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2021): April" : 5 Documents clear
PENGARUH SETTING RUANG TERBUKA TERHADAP SEBARAN TERITORI PKL DI WATERFRONT KOTA PONTIANAK Ratih, Yudithya; Akbar, Estar Putra; Destria, Caesar
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v8i1.42594

Abstract

Pontianak waterfront city merupakan salah satu program yang terus dilakukan oleh pemerintah Kota Pontianak. Salah satu kawasan waterfront yang menarik untuk dikunjungi adalah kawasan Waterfront Seng Hie. Keberadaan waterfront Seng Hie memberikan dampak yang positif membantu meningkatkan citra Kota Pontianak sebagai Kota Tepian air, disisi lain ternyata memberikan dampak negatif, yaitu menjadi magnet kegiatan PKL yang tidak terencana sebelumnya. Kondisi ini jika tidak mendapat perhatian khusus, maka berpotensi munculnya konflik penggunaan ruang antara pengunjung dan para PKL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor Setting ruang yang mempengaruhi pola sebaran teritori PKL di Waterfront Kota Pontianak. Secara umum, hasil penelitian ini akan menjadi masukan Pemerintah Kota Pontianak dalam upaya memperbaiki kualitas ruang terbuka di tepian air dan akan bersinergi dengan keberadaan PKL. Metode digunakan dalam penelitian ini adalah pemetaan perilaku, yang akan terkait dengan variabel Setting ruang. Hasil penelitian ini ditemukan faktor utama yang mempengaruhi pola distribusi PKL di Waterfront Kota Pontianak yaitu keberadaan seting Fix di waterfront seperti Pagar, Bangku Taman, Perkerasan Beton yang menjadi media PKL untuk berjualan, yang dibedakan atas lima pola teritori sebaran PKL (1) disekitar bangku taman, 2) di sekitar plaza, 3) di sekitar pagar, 4) di sekitar reling tangga, 5) di sekitar anak tangga. THE EFFECT OF SETTING OPEN SPACE ON THE SPREAD OF PKL TERRITORY IN THE WATERFRONT OF PONTIANAK CITY Pontianak waterfront city is one of the programs that the Pontianak City government continues to carry out. One of the interesting waterfront areas to visit is the Seng Hie Waterfront area. The existence of Seng Hie's waterfront has a positive impact helping to improve the image of Pontianak City as a waterfront city; on the other hand, it has a negative effect, namely becoming a magnet for previously unplanned street vendors activities. If this condition does not get special attention, then the potential for conflict in the use of space between visitors and street vendors. This study aims to determine the spatial setting factors that affect the distribution patterns of street vendors at the Waterfront of Pontianak City. In general, the results of this research will be used as input for the Pontianak City Government to improve the quality of open spaces on the water's edge. They will synergize with the existence of street vendors. The method used in this research is behavior mapping, which will be related to the variable space setting. The results of this study found that the main factors that influence the distribution pattern of street vendors at the Waterfront of Pontianak City are the presence of Fix settings on the waterfront such as fences, park benches, concrete pavers which become the media for street vendors to sell, which are divided into five territorial patterns of street vendors (1) around park benches, 2) around the plaza, 3) around the fence, 4) around the stair rail, 5) around the steps.
POTENSI SENI BUDAYA TRADISIONAL UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TAMAN WISATA ALAM BUKIT KELAM KABUPATEN SINTANG Zain, Zairin; Piju, Petrus
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v8i1.41687

Abstract

Model partisipatif melibatkan masyarakat sebagai pelaku sentral bagi pembangunan pariwisata yang terus berlangsung diperlukan dalam aktivititas perbaikan dan pengembangan lokasi wisata. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi seni budaya masyarakat di sekitar kawasan untuk terlibat dalam mendongkrak minat wisatawan akibat fenomena berkurangnya kunjungan. Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan in-depth purposive interviews dengan metode the open-ended (unstructured) interview untuk memahami fenomena mengenai kejadian yang dialami subyek penelitian ini. Lokasi penelitian adalah Kawasan Wisata Alam Bukit Kelam yang meliputi empat desa yang berada disekitarnya. Model Pengembangan Kawasan Wisata ini dengan diperkuat melalui kesepakatan menjadi destinasi wisata dengan produk pertanian dan seni budaya lokal yang menarik. Perlunya penguatan citra sebagai destinasi wisata dengan kondisi alami dan masyarakat lokal yang masih terjaga dan produk seni budaya menarik. Pemberdayaan berdasarkan potensi dimiliki dapat dilaksanakan dengan memberi kepercayaan kepada individu masyarakat terhadap suatu kegiatan yang ada pada kawasan wisata. Pemberdayaan secara berkelompok atau organisasi perlu dilakukan agar masyarakat desa di sekitar kawasan Wisata Alam Bukit Kelam dapat membentuk kelompok baru atau pelatihan bagi kelompok seni budaya yang telah berkembang. Masyarakat membutuhkan pengembangan keahlian individu untuk meningkatkan jumlah, kualitas dan nilai produksi. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan fasilitas yang memadai berupa workshop dan showroom produk hasil seni budaya setempat.THE POTENTIAL OF TRADITIONAL CULTURAL ARTS AS A LOCAL COMMUNITY EMPOWERMENT IN THE NATURE PARK OF BUKIT KELAM SINTANG The participatory model involves the community as the central actors for the improvement of sustainable tourism. The potential of the community's arts and culture around the area in the development of the Natural Tourism Area can be done by utilizing and being involved of locals in boosting tourist interest due to decreased visits. The study used a qualitative approach with in-depth purposive interviews with the open-ended (unstructured) interview method to understand the phenomenon of the events experienced by this investigation. The location is in the Nature Park of Bukit Kelam, covering four villages in the surrounding area. The Revitalization model extends the deal as a tourist destination with agricultural, cultural, and local art products. The image as a tourist destination needs to be strengthened by offering natural and local art products. Empowerment is based on community potency can be implemented by giving locals trust to create activities in tourist areas. The implementation of empowerment by encouraging the community to establish new groups or conducting a ToT for the subject of art and cultural products. The community needs to develop individual skills to increase the number, quality, and value of the products. Therefore, the community needs adequate workshops and showroom facilities for the local arts and culture outcomes.
TIPOLOGI PENGEMBANGAN RUMAH SUBSIDI OLEH PENGHUNI DI KOTA KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) Hardy, I Gusti Ngurah Wiras; Maromon, Rifat Y. Y.; Amabi, Debri Andries
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v8i1.43062

Abstract

Rumah subsidi merupakan program pemerintah yang ditujukan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk mendorong kepemilikan rumah dengan skema pembiayaan secara kredit yang disubsidi pemerintah. Program ini telah dimulai sejak tahun 2010 secara nasional termasuk di Kota Kupang NTT, yang bertujuan untuk mengatasi backlog perumahan dan mendorong tercapainya target satu juta rumah yang dicanangkan pemerintah. Fasilitas yang terdapat pada rumah subsidi di Kota Kupang, umumnya sudah layak dan memadai. Dalam perkembangannya, penghuni rumah subsidi di Kota Kupang mengembangkan rumahnya di lahan yang masih tersisa. Hal ini memunculkan fenomena pengembangan rumah subsidi oleh penghuni. Fenomena ini menarik untuk diteliti, untuk memperoleh pemahaman mengenai keragaman tipe pengembangan rumah subsidi dan pelbagai pertimbangan yang melatarbelakanginya. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif dengan paradigma rasionalistik untuk mengkaji tipologi pengembangan rumah subsidi berdasarkan teori dan kondisi empiris di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan tiga tipe pengembangan rumah subsidi yang dirumuskan menurut kategorisasi dan kombinasi aspek pembentuk elemen pengembangan rumah pada ruang dalam, ruang luar dan fasad rumah. Keragaman tipe pengembangan rumah tersebut dilatarbelakangi oleh pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi rumah dalam memenuhi kebutuhan penghuni. TYPOLOGY OF SUBSIDIZED HOUSE DEVELOPMENT BY THE RESIDENT IN KUPANG CITY NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) The subsidized house is a government programming aimed at the Low-Income Communities (MBR) to encourage homeownership with a subsidized credit financing scheme by the government. Since 2010 the program has been started nationally, including in Kupang City-NTT, to overcome the backlog of housing and encourage the achievement of the one million house target set by the government. The facilities in Kupang City subsidized houses generally are proper and adequate. During its development, the residents of Kupang City subsidized houses are developed their houses on the remaining land, and it’s caused the phenomenon of subsidized housing development by its residents. This phenomenon is interesting to research and for understanding various types of developments subsidized houses and the various considerations behind it. This research used the qualitative research method approach with a rationalistic paradigm to examine the typology of the development of subsidized houses based on the theory and empirical conditions in the locations. Based on the research results, there are three types of developments of the subsidized houses that can be formulated according to the categorization and combination of forming aspects of home development elements in the interior, outer space, and house facades. The diverse types of house development are motivated by specific considerations to optimize the function of the house in meeting the needs of residents.
KOMPARASI PENCAHAYAAN BOOTH DENGAN METODE PERHITUNGAN MANUAL DAN SIMULASI RELUX DESKTOP 2020.2.3.0 Andadari, Tri Susetyo; Purwanto, LMF; Satwiko, Prasasto; Sanjaya, Ridwan
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v8i1.43746

Abstract

Sistem perhitungan pencahayaan penting untuk mengetahui jumlah dan tipe armatur, tingkat efektifitas kuat penerangan pada bidang kerja, serta untuk mengetahui besarnya pemakaian energi listrik pada suatu ruangan. Sistem perhitungan pencahayaan bisa dilakukan secara manual atau dengan simulasi menggunakan software pencahayaan. Kedua metode tersebut, menjadi alternatif pilihan bagi arsitek dalam mendapatkan formula pencahayaan buatan untuk desainnya. Namun permasalahannya adalah bagaimanakah perbandingan ketepatan kedua metode tersebut? Bagaimanakah hasil kedua metode tersebut terhadap standar yang berlaku? Dan bagaimanakah kualitas hasil perhitungan kedua metode tersebut? Untuk itulah, penelitian ini berusaha membandingkan metode perhitungan pencahayaan secara manual dan secara simulasi agar hasilnya bisa digunakan sebagai acuan arsitek dalam menentukan sistem perhitungan pencahayaan yang tepat pada desainnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan metode komparatif dan menggunakan booth sebagai media uji. Software simulasi yang dipilih adalah Relux Desktop versi 2020.2.3.0, dengan pertimbangan sudah lama release, mudah pengoperasionalannya dan banyak digunakan oleh praktisi.  Hasil akhir menunjukkan bahwa luaran perhitungan sistem pencahayaan secara simulasi (1) lebih akurat dengan deviasi maximal 4%, (2) rerata besar kuat penerangan pada bidang kerja dan pemakaian energi listrik lebih rendah terhadap standar yang berlaku dan (3) kualitas luaran lebih lengkap berupa kalkulasi, gambar perspektif sebaran cahaya dan gambar kontur sebaran pencahayaan sesuai titik lampu. BOOTH LIGHTING COMPARISON WITH MANUAL AND RELUX DESKTOP 2020.2.3.0 SIMULATION CALCULATION METHODS  The lighting calculation system is essential to determine the number and type of armature, light strength effectiveness, and electrical energy consumption. The lighting calculation system can be done manually or with simulation software. Both methods are alternative architects to obtain artificial lighting formulas. The problem is how to compare the accuracy of the two methods? How do the results of the two methods against the prevailing standards? And how is the quality of the results of the two methods? This study seeks to compare manual and simulation lighting calculation methods so that the results can be used as a reference for architects in determining the appropriate lighting calculation system. This research is an experimental study, with a comparative method and using a booth as a medium. The simulation software uses Relux Desktop version 2020.2.3.0, because it has been released for a long time, is easy to operate, and is widely used by architects. The final results show that the simulation output of the lighting system is (1) more accurate with a maximum deviation of 4%, (2) the average light strength in the work area, and the use of electrical energy is lower than the prevailing standards and (3) the quality of the output is more complete in the form of calculations, perspective drawing of light distribution and contour drawing of lighting distribution according to the position of the light points.
ADAPTASI INTEGRATED DESIGN PROCESS DAN PENERAPANNYA DALAM PROYEK INTERIOR Paryoko, Vijar Galax Putra Jagat
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v8i1.43486

Abstract

Lingkup pembangunan berkelanjutan (sustainable development) mencakup segala bidang perancangan, termasuk desain perkotaan, arsitektur, hingga interior. Tingginya lahan dan minat terhadap usaha bidang interior di perkotaan menjadi salah satu latar belakang perlunya meningkatkan pertimbangan isu berkelanjutan dalam bidang tersebut. Integrated Design Process (IDP) berpotensi diadaptasi untuk proyek interior karena kompatibel dengan sistem design-build yang banyak diminati untuk menyelesaikan proyek interior. Studi ini bertujuan untuk menemukan gambaran adaptasi IDP pada bidang interior, serta potensi dan kendala penerapannya pada proyek nyata. Strategi studi kasus digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, penekanan studi pada kajian literatur dan proyek nyata sebuah pekerjaan interior menggunakan teknik observasi dan arsip. Disimpulkan bahwa estimasi anggaran dan pengelolaan keuangan proyek lebih efektif, mengurangi resiko kendala konstruksi, manfaat jangka panjang produk, serta meningkatkan keharmonisan hubungan antara perusahaan dan pemilik proyek, merupakan keuntungan yang diperoleh. Kendala yang ditemui adalah kenaikan biaya proyek yang dapat ditekan dengan efisiensi material dan akomodasi, serta kebutuhan lebih atas waktu dan usaha untuk mencapai mufakat pada tahap perancangan yang dapat ditekan melalui peran perancang. Hasil studi ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi untuk menghasilkan produk yang mampu berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. ADAPTATION OF INTEGRATED DESIGN PROCESS AND ITS IMPLEMENTATION FOR INTERIOR PROJECT “Sustainable development" encompasses design fields as a whole, including urban, architecture, and interior design. Increasing demand and interest for interior business in cities is one reason for the need to increase sustainable development issues in this field. Integrated Design Process (IDP) potential to be adapted from building to interior projects is high because it is compatible with the design-build system commonly used for interior project completion. This study aims to find an overview of IDP adaptation for the interior field and the benefits and obstacles to a real project. A case study strategy is used in this study to achieve these aims, where the emphasis is on literature searching and real project analysis using observation and archive tactics. This study concludes that the benefits are practical project budgeting and financing, reducing construction risks, and long-term benefits of product. The obstacles are the increased project cost which can be pressed by efficiency of materials and accommodation, and the time and effort to reach consensus at the design phase, which designer’s role in the project team can press. Results of this study are expected to increase public awareness of the need for integrated planning and management of interior production so it can contribute to "sustainable development".

Page 1 of 1 | Total Record : 5