cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpenataanruang@gmail.com
Editorial Address
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian (FTSPK),Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo, Surabaya 60111
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Penataan Ruang
ISSN : 19074972     EISSN : 2716179X     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penataan Ruang (JPR) merupakan jurnal yang dikelola oleh Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia. Tujuan dari Jurnal Penataan Ruang adalah sebagai wadah diseminasi hasil-hasil penelitian pengabdian masyarakat pada bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, baik di Indonesia maupun internasional.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008" : 5 Documents clear
THE FACTORS DETERMINING THE SPATIAL VALUE OF AMPEL AREA Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Penataan Ruang Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i1.2233

Abstract

The existence of Ampel has been reinforced by the discovery of the spatial value of the area. The power religious values has made. Ampel area a center of religion propagation which is influential locally, regionally nationally, and even internationally. Its historical value will play an important role in changing Ampel area into an active cultural reserve (not a passive and static one). The socio-cultural value developing within the Ampel society can be a model for other societies in Surabaya to build and hamess the strength of togetherness, whereas its economic spatial value may strengthen the role of trade locally regionally, and nationally. The spatial value of Ampel area as a whole mirrors the development of the entire society. The existence and development of Ampel are inherent in the development of Surabaya from time to time, both physically and economically. By finding the determining factors of the concept of spatial value, the method can then be structurally used to view the spatial value of other areas.
HEALTHY URBAN PLANNING: MEANING oF SUSTAINABLE DEVELOPMENT TO IMPROVE THE QUALITY OF HUMAN LIFE IN THE CITY Haryo Sulistyarso
Jurnal Penataan Ruang Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i1.2234

Abstract

A healthy City is one that is continually creating and improving those physical and social environment and expanding those community resources which enable people to mutually support each other in performing all the functions of life and in developing to their maximum potential. A healthy City is defined by a process and not just an outcome. A healthy city is not one that has achieved a particular health status level, it is conscious of health and striving to improve it. Those any city can be a healthy regardless of its current health statues, what is required is a commitment to health and a structure and process to achieve it.
REVITALISASI KORIDOR KAWASAN TUNJUNGAN Nanang Setiawan
Jurnal Penataan Ruang Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i1.2235

Abstract

Tunjungan merupakan kawasan yang hidup diperkirakan tahun dengan trem listriknya yang khas dari Wonokromo menuju Jembatan Merah listrik tersebut merupakan alat transportasi untuk memindahkan penumpang menuju Kawasan Tunjungan yang sangat terkenal melalui Koridor jalan Darmo, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Tunjungan, Gemblongan, Jalan Pahlawan sampai Staadtuin (Taman kota) terus ke Jembatan Merah dan sebaliknya kembali ke Wonokromo. Sepanjang jalan dilalui trem tersebut terbangun gedung-gedung, perumahan, kantor serta pertokoan yang mempunyai arti dalam sejarah kolonial Namun, hal semacam itu sekarang tidak ada lagi trem sudah tidak digunakan lagi sebagai transportasi masal, bangunan peninggalan sejarah kolonial pun kini sudah semakin berkurang. Tuisan ini mencoba mendesknpsikan kondisi Kawasan Tunjungan saat ini melalui analisis deskriptif dari hasil pengamatan visual di lapangan.
KINERJA PENGENDALIAN RUANG SEBAGAI REFLEKSI KEBERHASILAN PENATAAN RUANG DI KAWASAN PERBATASAN Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i1.2231

Abstract

Tarik ulur kepentingan antar kabupaten kota sangat berdampak pada kawasan-kawasan perbatasannya yang memiliki terkaitan secara spasial yang erat. Hal ini dikarenakan pesatnya perkembangan yang terjadi di kawasan perbatasan yang mendorong peningkatan prasarana dan sarana serta berbagai permasalahan lingkungan dan sosial terkait dengan kepadatan yang tinggi. Selain itu, permasalahan soputar pengelolaan pada kewenangan wilayah administrasi yang berbeda juga menjadi poin penting dalam mengatasi permasalahan pemanfaatan dan pengendalian nuang di kawasan perbatasan. Sehingga pengelolaan dan pengendalian terhadap kawasan perbatasan sangat penting untuk diperhatikan secara spesifik. Dalam studi ini dilakukan proses evaluasi terhadap kinerja pemanfaatan dan pengendalian ruang perbatasan, Adapun aspek-aspek yang dievaluasi diantaranya adalah kelembagaan, model proses, kecukupan peraturan dan aspek keterlibatan stakeholder. Dari keempat aspek-aspek tersebut dilakukan penilaian pada tiap kabupaten/kota yang berbatasan di Jawa Timur dalam hal ini dilakukan terhadap 5 (umaj sampel kabupaten/kota yaitu Surabaya-Sidoarjo, Surabaya-Gresik, Sidoano Pasunuan, Kabupaten Malang Kota Batu dan Kabuapaton Malang Kota Malang. Proses penilaian dilakukan menggunakan analisis skoring pada kuesioner yang disebarkan pada tiap kabupaten/kota serta analisis AHP (analytical hierarchy process) yang dilakukan untuk membobotkan variabel variabel pada tiap aspek penilaian. Dan penilaian terhadap kelima sampel tersebut diketahui kawasan perbatasan yang memiliki kinerja yang variatif (baik, sedang dan buruk). Perbatasan Surabaya-Sidoarjo relatif memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perbatasan lainnya Sebaliknya, perbatasan di Sidoario-Pasuruan memiliki banyak vanabel kineria pengendalian ruang yang paling banyak. Beberapa variabel yang menjadi titik lemah dalam pengendalian di kawasan perbatasan adalah sinkronisasi peraturan, kelengkapan peraturan dan proporsionalitas antara kewenangan dengan TUPOKSI. Walaupun demikian, ada beberapa variabel yang menjadi titik kekuatan dalam pengendalian berupa: keberadaan instansi spesifik, transparansi, media pelibatan dan keterwakilan stakeholders.
LAHAN KOSONG: POTENSI KONFLIK PERTANAHAN DI PERKOTAAN DAN RESOLUSINYA Putu Gde Ariastita
Jurnal Penataan Ruang Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i1.2232

Abstract

Pada kenyataannya, pemanfaatan lahan di perkotaan belumlah optimal. Salah satu indikasinya adanya lahan kosong hal ini adalah persil lahan yang sama sekali belum dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya atau persil lahan yang tidak lahan merelokasi kegiatannya. Fenomena ini menjadi permasalahan yang peru mendapat perhatian karena keberadaan lahan kosong menunjukkan adanya inefisiensi pemantaatan lahan di perkotaan. Di samping itu, lahan kosong pada akhimya akan menimbulkan konflik pertanahan di perkotaan. Konflik pertanahan akibat keberadaan lahan kosong menimbulkan persoalan yang serius. Berdasarkan analisis pemetaan konflik yang dilakukan, keberadaan lahan kosong temyata dapat menimbulkan konflik horizontal (antar masyarakat) maupun vertical (masyarakat dengan pemerintah). Dan analisis pohon konflik diperoleh hasil bahwa situasi-situasi pemasalahan yang dirasakan permukaan adala adanya akuisisi lahan oleh sekelompok orang, perebutan lahan, hingga pada tindakan kekerasan seperti penggusuran secara paksa. Inti dari persoalan ini adalah penguasaan dan pemanfaatan lahan. Sementara itu, penyebab dari lahan kosong dikarenakan substansi peraturan yang ada belum membenkan skema insentif dan disinsentif yang relevan. Rekomendasi yang dirawarkan untuk meresolusi konflik akibat lahan kosong ini adalah dengan memperbaiki substansi regulasi yang terkait dengan Dengan demikian, pemerintah akan memiliki acuan yang tepat dalam mengatasi lahan kosong.

Page 1 of 1 | Total Record : 5