cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23375124     EISSN : 2089970X     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Anestesiologi Indonesia (JAI) diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) dan dikelola oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP) bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) cabang Jawa Tengah.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress)" : 5 Documents clear
Early Percutaneous Dilatational Tracheostomy pada Pasien COVID-19 dengan Gagal Napas: Laporan Kasus Ahmad Feza Fadhlurrahman; Rudy Vitraludyono; Taufiq Agus Siswagama; Arie Zainul Fatoni
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.37286

Abstract

Latar belakang: Pasien kritis dengan infeksi coronavirus disease 2019 (COVID-19) memiliki kecenderungan untuk perawatan ventilasi mekanik dalam waktu yang lama. Perawatan dengan translaryngeal intubasi dalam waktu lama beserta penggunaan sedasi dan tindakan lainnya di intensive care unit (ICU) dapat memunculkan beberapa komplikasi lebih lanjut.Kasus: Pasien perempuan pascaoperasi sectio caesaria dengan gagal napas akibat infeksi COVID-19.  Pasien mendapat support high flow nasal canule (HFNC) di awal perawatan di ICU. 4 hari perawatan, kondisi distress napas pasien memberat dan dilakukan intubasi translaryngeal. Dari evaluasi kondisi pasien selama 4 hari perawatan dengan ventilasi mekanik, tim ICU memutuskan melakukan tracheostomy melalui pendekatan dilatasi perkutan. Prosedur dilakukan di ruang bertekanan negatif dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) level 3. Kondisi pasien berangsur mengalami perbaikan selama 7 hari perawatan dengan tracheostomy. Support ventilasi yang minimal, kebutuhan fraksi oksigen yg menurun dan perbaikan kondisi umum menjadi pertimbangan dilakukan dekanulasi. 3 hari pasca dekanulasi pasien dipindah rawat ke ruangan dengan kondisi stabil.Selama perawatan di ICU, pasien mendapat standar terapi berupa antiviral, antibiotik, antikoagulan, analgesik, steroid, dan obat penunjang lainnya.Pembahasan: Tindakan tracheostomy berhubungan dengan insiden pneumonia yang lebih rendah, penurunan penggunaan obat sedasi dan percepatan masa lepas rawat dari ventilasi mekanik. Early tracheostomy dilakukan sebelum hari ke-10 intubasi. Teknik dilatasi perkutan memiliki kelebihan atas efektifitas dan efisiensi biaya dan alat pendukung. Tindakan percutaneous dilatational tracheostomy (PDT) pada pasien COVID-19 harus dilakukan dengan proteksi tenaga medis yang optimal.Kesimpulan: Early tracheostomy dapat dipertimbangkan dalam tatalaksana pasien kritis COVID-19. Penilaian kondisi klinis pasien dan proteksi tenaga medis merupakan faktor utama menentukan tindakan early tracheostomy pada pasien COVID-19.
Perbedaan Pengaruh Sevofluran dan Propofol Terhadap Kadar IL-6 dan Jumlah Neutrofil pada Operasi Kraniotomi Bhimo Priambodo; Mohammad Sofyan Harahap; Taufik Eko Nugroho
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.29293

Abstract

Latar Belakang: Imunitas bawaan adalah lini pertahanan pertama dan mengacu pada mekanisme perlindungan yang ada bahkan sebelum adanya luka / infeksi. Komponen yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan imunitas antara lain sitokin (IL-6) dan neutrofil. Anestesi umum dapat diberikan dengan menggunakan anestesi inhalasi, obat intravena, atau sebagian besar sering kombinasi keduanya. Semua bentuk obat anestesi ini dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memberikan efek pada imunitas bawaan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh sevofluran dan propofol terhadap sistem imun dinilai dari kadar IL-6 dan neutrofil pada operasi bedah saraf.Metode: Dilakukan penelitian eksperimental terhadap 34 subjek (17 subjek kelompok sevofluran dan 17 subjek kelompok propofol) yang menjalani operasi kraniotomi yang memenuhi kriteria penelitian. Kelompok I (17 subjek) menggunakan sevofluran 1 minimum alveolar concentration (MAC) dan kelompok II (17 subjek) menggunakan propofol maintenance infusion 100 μg/kg/menit. Dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar IL-6 dan neutrofil saat sebelum operasi dan 2 jam setelah insisi operasi. Data dianalisa secara statistik menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney test, dianggap bermakna bila p < 0,05.Hasil: Pada penelitian ini didapatkan penurunan kadar neutrofil pada kelompok sevofluran sebesar 0,02 ± 7,54 % dibanding kadar awal (berbeda tidak bermakna p= 0,205) sedangkan pada kelompok propofol didapatkan peningkatan kadar neutrofil sebesar 5,07 ± 7,01% dibanding kadar awal (berbeda bermakna p=0,002). Pada perbandingan selisih kedua kelompok didapatkan perbedaan kadar neutrofil yang bermakna (p=0,003). Kadar IL-6 pada kelompok sevofluran didapatkan peningkatan sebesar 4,86 ± 6,87 pg/ml dibanding kadar awal (berbeda bermakna p=0,017) dan pada kelompok propofol juga didapatkan peningkatan sebesar 15,87 ± 16,12 pg/ml dibanding kadar awal (berbeda bermakna p=<0,001). Pada perbandingan selisih kedua kelompok didapatkan perbedaan kadar IL-6 yang bermakna (p=0,009).Kesimpulan: Sevofluran lebih menurunkan kadar IL-6 dan jumlah neutrofil dibandingkan dengan propofol pada operasi kraniotomi.
Hubungan Kadar Prokalsitonin dan Kejadian Postoperative Cognitive Disfunction (POCD) ada Pasien yang Menjalani Operasi Ganti Katup Jantung Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang Widya Istanto Nurcahyo; Ari Kurniawan; Yulia Wahyu Villyastuti; Taufik Eko Nugroho; Satrio Adi Wicaksono; Zainal Muttaqin; Cindy Elfira Boom
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.39480

Abstract

Latar belakang:Postoperative cognitive dysfunction atau POCD adalah gangguan fungsi kognitif akibat inflamasi pasca prosedur pembedahan. Angka kejadian POCD pasca pembedahan kardiak lebih tinggi dibandingkan pembedahan non-kardiak. POCD diduga diakibatkan oleh respons inflamasi sistemik. Prokalsitonin menjadi salah satu mediator inflamasi yang berperan terhadap peningkatan risiko inflamasi saat operasi yang memicu kejadian POCD pascaoperasi ganti katup jantung. Inflamasi disebabkan oleh pelepasan protein fase akut yaitu prokalsitonin dan sitokin proinflamasi lainnya yang menyebabkan terganggunya sawar darah otak dan mengganggu neurotransmisi sehingga terjadi POCD.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peningkatan kadar Prokalsitonin terhadap POCD pada pasien yang menjalani operasi ganti katup jantung di RSUP Dr. Kariadi.Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani operasi ganti katup jantung di RSUP Dr. Kariadi pada bulan Juni 2020- Desember 2020. Sampel penelitian sebanyak 19 subjek didapatkan dengan teknik consecutive sampling. Pada subjek penelitian dilakukan pengukuran kadar serum prokalsitonin sebelum pembedahan dan hari pertama pasca pembedahan, kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif dengan montreal cognitive assessment-indonesia (MoCA INA) pada hari ketiga pasca pembedahan. Data dianalisis dengan uji korelasi spearman.Hasil: Dari 19 subjek penelitian, terdapat 13 responden (68,4%) yang mengalami POCD. Rerata peningkatan prokalsitonin pada pasien POCD adalah 5,22 dengan standar deviasi 12,50 sedangkan peningkatan prokalsitonin pada pasien non POCD adalah 0,21 dengan standar deviasi 0,45. Berdasarkan uji korelasi spearman, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar prokalsitonin terhadap POCD pascaoperasi ganti katup jantung (p=0,004).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara perbedaan kadar Prokalsitonin terhadap POCD pascaoperasi ganti katup jantung di RSUP Dr. Kariadi.
Pengelolaan Perioperatif Pediatri dengan Patent Ductus Arteriosus dan Trikuspid Regurgitasi Mild Pro Transanal Endorectal Pull-Through Purwoko Purwoko; Chairi Rusydi; Rizki Fitria Febrianti
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v13i3.33625

Abstract

Latar belakang: Megacolon congenital atau hirschprung disease merupakan penyebab umum obstruksi usus neonatal di mana segmen dari saluran usus bagian distal tidak memiliki elemen sistem saraf enterik yang normal. Transanal endorecral pull-through (TAERPT) merupakan salah satu prosedur operasi sebagai tatalaksana megacolon congenital yang sering dipakai karena metodenya yang invasif minimal dan memberikan efek kosmetik yang lebih baik daripada metode transabdominal.Kasus: Kami melaporkan seorang anak perempuan usia 1 tahun dengan berat badan 9,2 kg dengan megacolon congenital, patent ductus arteriosus (PDA) 0,3 cm dan TR mild yang akan menjalani prosedur TAERPT. Pemeriksaan fisik preoperatif didapatkan pasien sadar dan aktif, tanda vital lain dalam batas normal, SpO2 95-97% dalam posisi supine. Pemeriksaan fisik lain dan laboratorium dalam batas normal.Pembahasan: Tujuan anestesi selama tindakan pada pasien dengan kelainan jantung bawaan asianotik PDA adalah menjaga keseimbangan aliran agar tidak terjadi peningkatan aliran darah pulmonal yang menyebabkan hipertensi pulmonal. Pilihan obat dan tindakan anestesi pada pediatri didasarkan pada anatomi, fisiologi, dan farmakologi pada anak yang berbeda dengan pasien dewasa.Kesimpulan: Pengelolaan perioperatif pasien dengan PDA yang menjalani TAERPT pada anak perempuan usia 1 tahun dalam laporan ini menuliskan pentingnya pemahaman terkait patofisiologis penyakit dan pendekatan anestesi pediatri untuk mendapat hasil yang baik.
Eliminasi Cairan dengan Target Balans Cairan Negatif pada Pasien Bedah Sesar dengan Gagal Jantung, Penyakit Jantung Kanan, Hipertensi Pulmonal dan Pasca Repair Katup Mitral Sabar Hamonangan Victorianus Napitu; Amir S Madjid; Indro Muljono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.32196

Abstract

Latar Belakang: Kehamilan dengan permasalahan jantung merupakan sebuah tantangan dalam pengelolaan pasien-pasien kritis. Right heart disease (RHD) yang menyebabkan mitral regurgitation (MR) dan selanjutnya diikuti oleh congestive heart failure (CHF) yang terjadi pada ibu hamil menyebabkan fluid overload dengan segala konsekuensinya. Fluid removal dengan target balans cairan negatif merupakan strategi pengelolaan pada kondisi tersebut.Kasus: Untuk kasus ini, fluid removal dilakukan dengan pemberian diuretik (Furosemide) sejak hari I sampai dengan IV dengan dosis 2-5 mg/jam secara titrasi. Panduan fluid removal yang digunakan adalah kondisi klinis pasien secara umum, ditambah dengan parameter seperti: tekanan darah, heart rate, urine output, balans cairan kumulatif, tingkat kebutuhan akan obat-obat penopang hemodinamik, rasio hemoglobin/hematokrit, ureum, kreatinin, laktat, dan BE (parameter makro dan mikro dinamik).Pembahasan: Panduan baku tentang fluid removal baik dalam hal volume cairan yang ditarik, durasi, dan timing untuk memulai dan mengakhiri belum ada.Kesimpulan: Diperlukan monitoring ketat untuk mencapai balans cairan negatif tanpa menimbulkan efek samping.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 15, No 1 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 3 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 2 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 1 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress) Vol 13, No 2 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Publication In-Press Vol 12, No 3 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 12, No 2 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 12, No 1 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 3 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 2 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 1 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 3 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 2 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 1 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 3 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 2 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 1 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 3 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 2 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 1 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 3 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 2 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 1 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 3 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 2 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 1 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 3 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 1 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 3 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 3 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 3 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 1 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 3 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 2 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 1 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia More Issue