cover
Contact Name
Darmadi Hariyanto
Contact Email
Darmadi Hariyanto
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalpori@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Radioterapi & Onkologi Indonesia
ISSN : 20869223     EISSN : -     DOI : -
Majalah Radioterapi & Onkologi Radiasi Indonesia (Journal of the Indonesian Radiation Oncology Society) dengan ISSN 2086-9223, satu-satunya majalah dalam bidang Onkologi Radiasi di Indonesia, merupakan majalah di bawah penerbit Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI). Majalah ini rutin diterbitkan sejak tahun 2010 dengan frekuensi terbitan 2 kali dalam setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 99 Documents
Akurasi Geometri Pasien yang Menjalani Radioterapi Stereotaktik di Departemen Radioterapi RSCM Alfred Julius Petrarizky; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 1 (2015): Volume 6 No.1 Januari 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.183 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i1.28

Abstract

Radioterapi stereotaktik adalah suatu bentuk terapi radiasi yang membutuhkan akurasi  tinggi. Selain imobilisasi yang baik, dibutuhkan verifikasi untuk memastikan akurasi dan untuk mengetahui kesalahan sistematik dan acak dalam pemberian radiasi. Margin Planning Target Volume (PTV) dibuat untuk memastikan target radiasi mendapatkan cakupan dosis radiasi yang diinginkan. Penelitian ini merupakan studi retrospektif yang menggunakan data verifikasi dengan X-ray Volumetric Imaging (XVI) dari 10 pasien yang menjalani radioterapi stereotaktik di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan fiksasi bite-block antara bulan Januari 2013 sampai dengan Oktober 2013. Hasil penelitian memberikan rekomendasi margin PTV yang dapat digunakan di Departemen Radioterapi RSCM. Terdapat margin PTV yang cukup besar untuk sumbu kraniokaudal. Diperlukan upaya tambahan untuk meningkatkan akurasi radiasi sehingga margin yang diberikan tidak terlalu besar.
Hasil Kosmetik Pasca Breast Conserving Treatment pada Wanita Indonesia dengan Kanker Payudara Stadium T1-2N0 Rafiq S Nugroho; Ratnawati S Soediro; Nurjati C Siregar; Zubairi C Djoerban; Evert D.C Poetiray; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 7, No 2 (2016): Volume 7 No.2 Juli 2016
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1219.545 KB) | DOI: 10.32532/jori.v7i2.45

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil kosmetik pasca breast conserving treatment pada kanker payudara stadium T1-2N0. Penelitian retrospektif ini dilakukan pada pasien kanker payudara T1-2N0 yang menerima pengobatan antara Januari 2001 dan Desember 2010 di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Jakarta Breast Center. Hasil akhir penelitian ini adalah hasil kosmetik yang dinilai dengan skor Harvard. Seratus tiga dari 200 pasien yang menjalani breast conserving treatment telah dilakukan penilaian kosmetik. 59 (57,3%) pasien mendapatkan hasil kosmetik excellent – good. Sedangkan hasil kosmetik fair dan poor sebanyak 9 (8,7%) dan 35 (34%) pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua pertiga pasien yang menjalani breast conserving treatment mendapatkan hasil kosmetik yang baik.
Radioterapi pada Karsinoma Sel Basal - Fatmasari; H.M Djakaria
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 2 (2017): Volume 8 No.2 Juli 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.852 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i2.68

Abstract

Karsinoma sel basal (KSB) merupakan  kanker kulit yang paling sering terjadi, bersifat slow growing, invasif lokal, agresif dan destruktif  lokal, jarang bermetastasis, namun dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal dan cacat fungsional. Radioterapi sebagai terapi utama dalam kondisi tertentu mampu memberikan hasil yang baik. Begitu pula sebagai terapi adjuvan, radioterapi terbukti mampu menurunkan angka rekurensi dengan konsekuensi kosmetik minimal dan efek samping yang dapat ditoleransi. Oleh karena itu, pertimbangan radioterapi dalam tatalaksana KSB harus dimasukkan ke dalam pengambilan keputusan klinis dan manajemen multidisiplin.
Peranan Radioterapi terhadap Soft Tissue Sarcoma (STS) di Ekstremitas Sigit Wirawan; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 1 (2014): Volume 5 No.1 Januari 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.415 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i1.23

Abstract

Radioterapi adalah salah satu modalitas penting dalam penanganan Soft Tissue Sarcoma (STS). Radioterapi dapat digunakan baik sebelum maupun sesudah pembedahan dengan pertimbangan tertentu. Seiring berkembangnya teknik radioterapi, baik radiasi eksterna maupun brakiterapi, diharapkan radiasi dapat lebih berperan dalam meningkatkan konserva-si fungsi ekstemitas, local control serta kesintasan hidup pasien dengan STS.
Terapi Radiasi Ex Juvantibus pada Tumor Regio Pineal Arry Setyawan; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 7, No 1 (2016): Volume 7 No.1 Januari 2016
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1711.437 KB) | DOI: 10.32532/jori.v7i1.40

Abstract

Tumor regio pineal bertanggungjawab pada lebih kurang 0,5% dari semua tumor sistem saraf pusat pada dewasa, 1% pada dewasa muda, dan 2,7% pada anak-anak. Karena tindakan operasi dan biopsi dikaitkan dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi, banyak institusi kesehatan menggunakan radioterapi lokal tumor dengan dosis 2000 cGy sebagai radiasi ex juvantibus. Jika tumor cukup radioresponsif, maka tumor dianggap sebagai germinoma, dan selanjutnya dilakukan radiasi kraniospinal (dosis total 3000 cGy). Tetapi jika tumor relatif radioresistan, maka radiasi dilanjutkan pada lokal tumor atau operasi reseksi tumor kemudian disarankan pada beberapa kasus. Seorang anak laki-laki, usia 12 tahun dirujuk ke Departemen Radioterapi RSCM paska pemasangan VP shunt. Riwayat parestesia di kedua tangan sejak 2 bulan sebelum shunting, yang dirasakan  memberat. Gejala klinis dan CT kepala menunjukkan perbaikan paska pemasangan shunting. Massa didiagnosa banding sebagai germinoma atau pineoblastoma. Saat pemeriksaan awal di Departemen Radioterapi, pasien tanpa keluhan dengan KPS 100%. Pemeriksaan neurologi tidak ditemukan kelainan objektif, dengan hasil pemeriksaan endokrinologi dalam batas normal. Hasil pemeriksaan MRI kepala 2 bulan kemudian menunjukkan pembesaran-volume tumor 2 kali ukuran sebelumnya. Tetap tidak ditemukan kelainan secara klinis. Dilakukan radiasi ex juvantibus pada lokal tumor,  sebanyak 10 fraksi dengan total dosis 2000 cGy. Didapatkan pengecilan volume tumor yang signifikan berdasarkan MRI evaluasi (regresi 95%). Tumor pineal tersebut dianggap sebagai suatu jenis Germinoma, dan selanjutnya dilakukan radiasi kraniospinal.
Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kejadian Mukositis Berat pada Pasien Keganasan Kepala dan Leher yang Menjalani Radioterapi Adhi Marihot Pardamean Pulungan; Agustinus Darmadi Hariyanto; Candra Adi Nugroho; Dede Sulaeman Farisi; Franky Sandjaja; Mahesa Auzan; Mega Yudistira; Nellyn Angela; Widyanti Djaali; Gregorius Ben Prajogi
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 9, No 1 (2018): Volume 9 No.1 Januari 2018
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.819 KB) | DOI: 10.32532/jori.v9i1.62

Abstract

Tujuan: Mukositis akibat radiasi adalah reaksi yang paling mengganggu yang terjadi ketika pasien kanker kepala leher menjalani radiasi. Telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu aktivitas sitotoksik Natural Killer cells dengan meningkatkan produksi sitokin pro-inflamasi dan proliferasi sel T terhadap mitogen. Kasus berbasis bukti ini mengevaluasi dampak riwayat merokok sebelumnya terhadap kejadian mukositis pada pasien kanker kepala leher yang menjalani pengobatan radiasi.Metode: Pencarian bukti-bukti dari literatur dilakukan di PubMed dan EBSCOhost. Seluruh penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dinilai aspek validitas, kepentingan dan aplikabilitasnya dengan menggunakan kuesioner penilaian kritis dari Oxford Center of Evidence-Based MedicineHasil: Dari 104 penelitian yang sudah ditemukan, 6 penelitian dipilih untuk ditelaah lebih lanjut. Hanya terdapat satu studi, Tao dkk., yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara riwayat merokok dan reaksi mukosa oral akibat radiasi meskipun dengan Interval Kepercayaan yang rendah (1.258-58.23). Lima penelitian lainnya gagal menunjukkan hubungan yang signifikan.Kesimpulan: Tidak ada penelitian yang menunjukkan dampak riwayat merokok sebelumnya dengan kejadian mukositis pada pasien kanker kepala leher yang menjalani radiasi. Namun, lima dari enam penelitian menunjukkan insiden mukositis yang lebih tinggi pada kelompok pasien yang memiliki riwayat merokok sebelumnya.
Tatalaksana Radiasi Pada Kanker Esofagus Annisa Febi Indarti; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 2 (2013): Volume 4 No. 2 Juli 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1110.787 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i2.18

Abstract

Kanker esofagus merupakan keganasan pada saluran cerna dengan insidensi yang rendah, namun memiliki angka mortalitas yang tinggi. Tatalaksan kanker esofagus mulai bergeser dari mengurangi gejala menjadi meningkatkan survival.  Tatalaksana yang ada pada saat ini, baik monomodalitas ataupun multimodalitas belum memberikan hasil yang memuaskan. Radiasi pada kanker esofagus dapat berperan sebagai terpai kuratif dan paliatif. Terapi kuratif kanker esofagus akan memberikan hasil yang terbaik jika menggabungkan modalitas bedah, radiasi dan kemoterapi.
Korelasi Kadar Albumin Praradiasi dan Hipoksia terhadap Respon Radiasi Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut Lokal Prinka D Adyta; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 2 (2015): Volume 6 No.2 Juli 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.133 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i2.34

Abstract

Malnutrisi dan hipoksia merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan terapi kanker. Malnutrisi timbul akibat patofisiologi kanker maupun sebagai efek samping pengobatan kanker tersebut. Hipoksia sel diketahui menyebabkan radioresistensi terhadap radiasi. Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif terhadap 20 pasien kanker nasofaring stadium lanjut lokal yang menjalani radioterapi di Departemen Radioterapi RSUPN Ciptomangunkusumo dari Desember 2012 - Agustus 2013, dengan menggunakan albumin sebagai parameter malnutrisi yang dicatat dari rekam medik pasien  dan HIF1α sebagai parameter hipoksia yang dianalisa secara imunoperoksidase dari blok paraffin jaringan biopsi tumor. Respon radiasi diukur menggunakan kriteria RECIST dengan membandingkan CT scan sebelum dan 1-2 bulan pasca radiasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hipoalbuminemia dan hipoksia sel berkorelasi secara bermakna dengan penurunan respon radiasi (p=0,001), dan rendahnya serum albumin berkolerasi bermakna dengan tingkat hipoksia sel (p=0,001).
Kanker Vulva Wahyudi Nurhidayat; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 1 (2017): Volume 8 No.1 Januari 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1561.677 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i1.57

Abstract

Kanker vulva adalah keganasan ginekologi yang jarang terjadi pada wanita (1% dari seluruh keganasan pada wanita). Sekitar 80-90% jenis histopatologi kanker vulva adalah karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko terjadinya kanker vulva adalah usia lanjut, adanya lesi prekanker, infeksi HPV, imunodefisiensi, merokok dan lichen sclerosis. Keterlibatan kelenjar getah bening merupakan faktor prognosis terpenting yang dapat menurunkan overall survival. Modalitas terapi pada kanker vulva adalah kombinasi antara operasi, kemoterapi dan radioterapi. Preservasi anatomi dan fungsi organ menjadi menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tatalaksana kanker vulva. Pada makalah ini akan dibahas peran radiasi pada kanker vulva.
SRS Multistaged sebagai Tatalaksana AVM Berukuran Besar Rhandyka Rafli; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 1 (2013): Volume 4 No. 1 Januari 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.267 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i1.13

Abstract

Seorang pria 38 tahun dengan keluhan sakit kepala dan perdarahan intrakranial. Pada DSA memperlihatkan AVM regio parietal kiri Spletzer martin IV dengan ukuran 16,9 cc. Pasien menjalani Stereotactic RadioSurgery Multistaged. SRS stage 1 dilakukan  pada bagian superior AVM dengan ukuran 10 cc dan diberikan dosis marginal 16 Gy. Evaluasi MRI 3 bulan setelah stage 1 memperlihatkan pengecilan nidus, dan  5 bulan setelah SRS staged 1 dilakukan SRS stage 2 pada seluruh nidus yang berukuran 10 cc dengan dosis marginal 14 Gy. Pasien mengalami satu kali kejang diantara SRS tanpa defisit neurologis.

Page 5 of 10 | Total Record : 99