cover
Contact Name
Herpin Nopiandi Khurosan
Contact Email
herpinnk@lecturer.undip.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
nusa@live.undip.ac.id
Editorial Address
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, S.H., Tel/Fax 024-76480619 pst 34/ 024-76480619
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 0216535X     EISSN : 25979558     DOI : -
Jurnal NUSA adalah jurnal nasional terakreditasi Sinta Kemristekdikti yang diterbitkan oleh Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, jurnal NUSA menerima dan memuat artikel mengenai Sastra Indonesia, Kajian Bahasa, Linguistik Teoritis, Linguistik Terapan, Sastra Daerah. Dalam satu tahun Jurnal Nusa terbit 4 kali, yaitu Mei dan November.
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 2: Mei 2018" : 15 Documents clear
Fisiognomi Imam Syafii dalam Naskah Wirasat Sapii Nur Fauzan Ahmad
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.09 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.301-315

Abstract

AbstractThe face can reflect the behavior and character of the owner. For that required expertise to read the face or face reading is known as physiognomy. This paper will discuss how to read the face according to Imam Syafii in the book Wirasat Sapii. The theory used is semiotics. The result shows that Imam Syafii who is the founder of the Syafii mazhab is known to have a high feeling, but in particular there is no work of his hunch. Furthermore in Wirasat Sapii stated that there are eight aspects of the premonition to recognize one's character is seen from the shape and color of the limbs, especially in the face. Eight aspects are head, hair, forehead, eyebrows, ears, eyes, nose, and lips. IntisariWajah bisa mencerminkan perilaku dan watak pemiliknya. Untuk itu diperlukan keahlian untuk membaca wajah atau face reading yang dikenal dengan fisiognomi. Tulisan ini akan membahas bagaimana cara membaca wajah  menurut Imam Syafii di dalam kitab Wirasat Sapii. Teori yang digunakan adalah  semiotika. Hasilnya menunjukkan bahwa Imam Syafii yang peletak mazhab Syafii memang dikenal mempunyai firasat tinggi, namun secara khusus tidak ada karya beliau terkait ilmu firasat. Selanjutnya di dalam Wirasat Sapii dinyatakan bahwa ada  delapan aspek ilmu firasat untuk mengenal watak seseorang dilihat dari bentuk dan warna anggota tubuh, khususnya di bagian wajah. Delapan aspek tersebut adalah kepala,  rambut, dahi,  alis,  telinga, mata, hidung, dan bibir.
Ciri-ciri dan Jenis Adverbia Pewatas dalam Bahasa Indonesia Mujid Farihul Amin
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.416 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.213-222

Abstract

AbstractThe type of borderline adverbs in Indonesian is not just two - as stated in the Indonesian Book Language Book (1993) -, but four. The four types of border adverbs are verb-limiting adverbs, adjective adjuster adverbs, nomina-limiting adverbs, and numerical delimiter adverbs. Although in the discussion we can see a barrier adverb that can be used more than one type, but it will not weaken the description that has been obtained. Keywords: borderline adverbs, Indonesian.IntisariJenis adverbia pewatas dalam bahasa Indonesia bukan hanya dua — seperti dinyatakan dalam Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (1993) —, melainkan empat. Keempat jenis adverbia pewatas itu adalah adverbia pewatas verba, adverbia pewatas adjektiva, adverbia pewatas nomina, dan adverbia pewatas numeralia. Meskipun dalam pembahasan dapat dilihat adanya adverbia pewatas yang dapat dipakai lebih dari satu jenis, namun hal itu tidak akan melemahkan deskripsi yang telah diperoleh.
Sistem Mekanisme Pemerolehan Naskah Novel Chicklit dan Teenlit Indonesia pada Tiga Penerbit Redyanto Noor
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.08 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.265-272

Abstract

AbstractSome literary experts say that literary works are cultural objects and production is an industrial process. When literature enters the territory of production then the laws imposed upon itself are industrial law. That is why when talking about the production of literary works means dealing with laws (read: systems, mechanisms, and strategies) imposed by the institution of manufacture, i.e. publishers. Whereas in industrial business competition, every producing institution besides applying the conventional laws of industry, also develops distinctive internal laws to maintain the competitive power of its institution against the strength of other producing institutions.The modern publisher as a book-producing institution must creatively develop its industrial laws in order to compete with other similar publishers. Starting from the above references in chicklit and teenlit novel Indonesia's production article will discuss chicklit and teenlit novel production mechanism and mechanism covering three publishers, namely Elex Media Komputindo, GagasMedia, and Gramedia Pustaka Utama. The system and production mechanism in question includes the acquisition of the manuscript. Acquisition of manuscripts includes hunting and auction of manuscripts. IntisariBeberapa ahli sastra mengatakan bahwa karya sastra adalah obyek budaya dan produksi adalah proses industri. Ketika sastra memasuki wilayah produksi maka hukum yang dikenakan pada dirinya sendiri adalah hukum industri. Itulah mengapa ketika berbicara tentang produksi karya sastra berarti berurusan dengan hukum (baca: sistem, mekanisme, dan strategi) yang dikenakan oleh institusi manufaktur, yaitu penerbit. Sedangkan dalam persaingan bisnis industri, setiap lembaga produksi selain menerapkan hukum industri konvensional, juga mengembangkan undang-undang internal yang khas untuk mempertahankan daya saing lembaga mereka terhadap kekuatan lembaga produksi lainnya. Penerbit modern sebagai lembaga pembuat buku harus secara kreatif mengembangkan undang-undang industrinya agar dapat bersaing dengan penerbit lain yang serupa. Dari referensi di atas dalam novel chicklit dan teenlit, artikel ini akan membahas mekanisme dan mekanisme produksi novel chicklit dan teenlit yang meliputi tiga penerbit, yaitu Elex Media Komputindo, GagasMedia, dan Gramedia Pustaka Utama. Sistem dan mekanisme produksi yang dimaksud termasuk akuisisi naskah. Akuisisi manuskrip termasuk berburu dan melelang manuskrip.
Pendidikan Multikultural Berbasis Afektif Sufistik bagi Pembentukan Karakter Pariyati Pariyati
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.336 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.316-328

Abstract

AbstractThe concept of Islamic religious education such as kalam and fiqih is more directed towards the development of affective capable of experiencing multicultural realities, so that the spirit of Sufi teachings that develop multicultural morality through two things: the first "al sidq ma'a Allah" (honest with God), second "Husn al mu'amalah ma'a al nas" (behave well with fellow human beings). This research includes the type of library research (library research) with the analysis used is descriptive analytical. The role of Sufistic-Based Multicultural Multicultural Education for Student Character Building lies in the learning process that emphasizes intellectual intelligence, emotional and spiritual intelligence in every process undertaken by emphasizing appreciation of the individual's individuality of the students and promoting affection in teaching students as parents to their natural children, there is no favoritism in giving treatment to every student, all students are treated and educated according to their ability and emphasized to mutual respect difference with other friend, so in the end student will have akhlakul karimah as nature of Allah SWT in everyday life with emphasize at power qalb on student self.IntisariKonsep pendidikan agama Islam seperti kalam dan fiqih lebih diarahkan pada pengembangan afektif yang mampu merasakan berbagai realitas yang bersifat multicultural, sehingga semangat ajaran sufistik yang mengembangkan moralitas multikultural melalui dua hal: pertama “al sidq ma’a Allah” (jujur bersama Allah), kedua “husn al mu’amalah ma’a al nas” (berperilaku baik dengan sesama manusia).Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan analisis yang digunakan adalah deskriptif analitis. Peran Pendidikan Multikultural Berbasis Afektif Sufistik bagi Pembentukan Karakter Siswa terletak pada proses pembelajaran yang mengedepankan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan spiritual dalam setiap proses yang dilakukan dengan menekankan pada penghargaan terhadap keberagamaan setiap individu siswa dan mengedepankan kasih sayang dalam mengajar siswa sebagaimana orang tua terhadap anak kandungnya, tidak ada pilih kasih dalam memberikan perlakuan kepada setiap siswa, semua siswa diperlakukan dan dididik sesuai kemampuannya dan ditekankan untuk saling menghargai perbedaan dengan teman lainnya, sehingga pada akhirnya siswa akan memiliki akhlakul karimah sebagaimana sifat Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dengan menekankan pada kekuatan qalb pada diri siswa.
Korespondesi Bunyi Bahasa Aceh dan Bahasa Gayo Riris Tiani
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.298 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.223-230

Abstract

AbstractAcehnese and Gayonese belong to Austronesian languages which are cognate genetically. Adjacent location became the basis for the assumption that both language are related one of the linguistic kinship indicators described in comparative historical linguistic studies in occurrence of sound changes that occur regularly. The two languages show similar specific features. One of them is a phenomenon of sound changes that is called a phonemic correspondence. The sound changes in the two languages happen continuously. In this paper, the writer wants to prove the cognate phenomenon by using a comparative analysis, especially by applying a phonemic correspondence technique. Based on similarities in form and correspondence phonemes technique, it was found that the formula of the phonemic correspondence in Acehnese and Gayonese are:  *a and *u> in phonemic correspondence /a~e/, /a~o/, /o~u/, and /e~u/ especially on position penultima bilabial, palatal, dorsovelar, and faringal.IntisariBahasa Aceh dan bahasa Gayo merupakan bahasa Austronesia yang secara genetis bersifat kognat. Letak yang berdekatan menjadi dasar asumsi kedua bahasa tersebut kekerabatan. Salah satu indikator kekerabatan bahasa yang dijelaskan dalam kajian linguistic historis komparatif yakni adanya perubahan bunyi bahasa  yang terjadi secara teratur.  Hal ini ditunjukan oleh okurensi perubahan bunyi yang disebut korespondensi fonemis. Perubahan bunyi bahasa Aceh dan bahasa Gayo terjadi secara konstan dan teratur pada setiap segmen dari glos yang dibandingkan. Berdasar pada kesamaan bentuk dan makna,  dengan menggunakan teknik korespondensi fonemis, diperoleh  formula korespondensi fonemis dalam bahasa Aceh dan bahasa Gayo sebagai berikut: *a dan *u > memiliki korespondensi fonemis /a~e/, /a~o/, /o~u/, dan  /e~u/ terutama pada posisi penultima bilabial, palatal, dorsovelar, dan faringal. 
Hubungan Intertekstual Tanwiru ‘l-qori dengan Tuchfatu ‘l-athfal Moh Muzakka Mussaif
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.819 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.273-282

Abstract

AbstractThe presence of a text can not be free from the preceding texts. Because, the presence of a new text is very affected from the texts that already exist. This is called intertextual relationships. The presence of tajwid text in Javanese must be strongly influenced by the Arabic text. Because, tajwid text is the domain of Arabic. This study aims to see the intertextual relations Tanwiru ‘-Qari’ derived from the Javanese text with Tuchfatu ‘l-Athfal derived originating from Arabic texts. The results show that Tanwiru ‘l-Qari' text structure is a transformation of the Tuchfatu ‘l-Athfal text. It appears in the narrative structure, the formal structure, and the ideas of the two texts. IntisariKehadiran sebuah teks tidak bisa terbebas dari teks-teks sebelumnya. Sebab, hadirnya sebuah teks baru sangat terpengaruh dari teks-teks yang sudah ada. Inilah yang disebut dengan hubungan intertekstual. Hadirnya teks tajwid di Jawa pasti sangat dipengaruhi oleh teks Arab. Sebab, teks tajwid itu merupakan ranah bahasa Arab. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan intertekstual Tanwiru ‘l-Qari’ yang berasal dari teks Jawa dengan Tuchfatu ‘l-Athfal yang berasal yang berasal dari teks Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur teks Tanwiru ‘l-Qari’ merupakan transformasi dari teks Tuchfatu ‘l-Athfal. Hal itu tampak pada struktur naratifnya, struktur formal, dan gagasan kedua teks.
Aspek Lingual Tegursapa Sosial Masyarakat Jawa Kota Semarang Suryadi, M
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.001 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.180-189

Abstract

AbstractThe purpose of this study is to describe lingual aspects that strengthen the speech of the clergy of Java Coastal community in Semarang City. This greeting remarks as a glue of the socioal harmony and horizontal conflict absorbers, as well as a feature of uniqueness in the connection of social intimacy in the coastal region.Research location in Semarang City. Selection of respondents and informants using purposive sampling system. Data collection methods were conducted through structured interviews, in-depth interviews, and focus group discs. The method of data analysis using the separation of components on speech by greeting sad lingual aspects contained in the speech.There are three lingual aspects that influence the power of speech:  speech sauce, variety, and formIntisariTujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aspek lingual yang memperkuat tuturan tegur-sapa social masyarakat Jawa Pesisir di Kota Semarang.  Tuturan bertegur-sapa ini sebagai perekat harmoni sosioal dan peredam konflik horizontal, sekaligus sebagai fitur keunikan dalam pertalian keakraban sosial di wilayah pesisiran.  Lokasi penelitian di Kota Semarang. Pemilihan responden dan informan menggunakan sistem purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur, wawancara  mendalam, dan focus group discus.Metode analisis data menggunakan pemilahan komponen pada tuturan bertegur-sapa melalui aspek-aspek lingual yang terdapat pada tuturan. Ditemukan tiga aspek lingual yang mempengaruhi kekuatan tuturan bertegur sapa social, yakni kecap ujaran,ragam, dan bentuk.
Transformasi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Mulyo Hadi Purnomo; Untung Kustoro
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.981 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.329-340

Abstract

AbstractThe process of literary transformation is becoming a trend, especially from novel to film. The process of transformation is relatively rare in poetry into other literary works, let alone done by the same author as a poem into a novel Rain of June by Sapardi Djoko Damono. With the approach of transformation theory and comparison method found similarities and differences. Additions, replacements, and deletions that occur from poetry to novel. This change occurs because the constituent structure of two different works. However, the overall theme, mandate, and essence of both literary works are the same.IntisariProses transformasi sastra sedang menjadi trend, terutama dari novel menjadi film. Proses transformasi relatif jarang terjadi pada puisi menjadi karya sastra lain, apalagi dilakukan oleh penulis yang sama seperti puisi menjadi novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Dengan pendekatan teori transformasi dan metode perbandingan ditemukan kesamaan dan perbedaan. Penambahan, penggantian, dan pelesapan yang terjadi dari puisi ke novel. Perubahan ini terjadi karena struktur penyusun dari dua karya yang berbeda. Namun, secara keseluruhan tema, amanat, dan inti dari kedua karya sastra adalah sama.
Pemakaian Partikel kah dalam Kalimat Tanya Ary Setyadi
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.526 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.231-243

Abstract

AbstractParticle as a marker of the sentence type has its own characteristics/characteristics, namely: enclitis, human, and relatively free distributed. Due to the nature/ characteristics of the particle has a function as a confirmation of the sentence. In addition to the subject, the particles also have the ability to move in accordance with the elements of the sentence to be affirmed; and as a result of the ability to move in place the absence of particles can be able to join the many kinds of word classes. The application of methods, both data collection methods and methods of classification and data analysis as imposed in linguistic research activities. Namely: the stage of data collection, classification and data analysis phase, and stage of presentation/ report writing. The theory used in relation to the study of these particles is the linguistic theory of the syntactic field. The result show that the kah particle always  follow to the word. Kah particle can be remove according to the sentence elements that are focused. The existing of kah particle in the interrogative sentence is optionally. IntisariPartikel kah sebagai penanda tipe kalimat tanya mempunyai sifat/ciri khusus, yaitu:  bersifat enklitis, manasuka, dan relatif berdistribusi bebas. Akibat sifat/ciri tersebut maka partikel tersebut mempunyai fungsi sebagai penegas kalimat. Di samping perihal tersebut, partikel kah juga mempunyai kemampuan berpindah letak sesuai dengan unsur bagian kalimat yang hendak ditegaskan; dan akibat kemampuan berpindah tempat maka kebaradaan partikel kah mampu bergabung dengan sekian banyak macam kelas kata. Adapun penerapan metode, baik metode pengumpulan data maupun metode klasifikasi dan analisis data sebagaimana yang diberlakukan dalam kegiatan penelitian linguistik. Yaitu: tahap pengumpulan data, tahap klasifikasi dan analisis data, dan tahap penyajian/penulisan laporan. Teori yang digunakan sehubungan pengkajian partikel kah iniadalah teori linguistik bidang sintaksis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partikel kah selalu menempel pada kata. Partikel kah dapat berpindah letak sesuai dengan unsur kalimat yang dijadikan pemfokusan. Kehadiran partikel kah dalam kalimat tanya tidak bersifat wajib. 
Penindasan Perempuan Melalui Perkawinan dalam Novel Gadis Tangsi Karangan Suparto Brata Laura Andri Retno Martini
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.799 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.283-290

Abstract

AbstractNovel Gadis Tangsi is a material object in this research. This novel by Suparto Brata contains indirectly about women who experience sexual restriction through marriage. Women's space is deliberately restricted and even created not to resist male domination. Feminists see that literature is an effective means of socialization of patriarchal ideology, and the interpretation of literary works by readers who for long periods of time are conducted with the perspective of men. Therefore, the reading as woman 'reading as a woman' model is needed to deconstruct androsentric readings on male and female relation, especially in marriage. Through this approach also the reader will find concrete images of the condition of women in accordance with the reality. They will read, interpret and understand the female body. In the end, women who read will be able to free themselves from the frame constraints that limit their creativity and overhaul existing patriarchal systems.IntisariNovel Gadis Tangsi merupakan objek material dalam penelitian ini. Novel karangan Suparto Brata ini secara tidak langsung berisi tentang perempuan yang mengalami pembatasan seksualitas melalui perkawinan.  Ruang gerak perempuan sengaja dibatasi bahkan diciptakan untuk  tidak melawan dominasi laki-laki. Kaum feminis melihat bahwa sastra merupakan sarana efektif bagi sosialisasi ideologi patriarki, dan pemaknaan karya sastra oleh pembaca yang selama kurun waktu panjang dilakukan dengan perspektif laki-laki. Oleh karena itu, model reading as woman ‘membaca sebagai perempuan’ diperlukan untuk mendekonstruksi pembacaan androsentris tentang relasi laki-laki dan perempuan, terutama dalam perkawinan. Melalui pendekatan ini pula pembaca akan menemukan gambaran-gambaran konkret tentang kondisi perempuan sesuai dengan  kenyataan yang ada. Mereka akan membaca, menginterpretasi serta memahami tubuh perempuan. Pada akhirnya, perempuan yang membaca akan mampu membebaskan diri dari kungkungan frame yang membatasi kreativitas mereka dan merombak sistem patriarkat yang ada

Page 1 of 2 | Total Record : 15