cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION" : 14 Documents clear
Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Aktivitas Sedentari dengan Status Gizi Lebih pada Anak Sekolah Dasar Erlina Nurlaili Rahma; Bambang Wirjatmadi
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.429 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.79-84

Abstract

Background: Overnutrition status can be influenced by multifactor such as behaviors are eating habits, physical activity, sedentary activity, and genetic. Objectives: Analyze the relationship between of physical activity and sedentary activity with overnutrition status of elementary students.Methods: The study using a case control design, with respondents were 22 students in overnutrition status group and 22 students in normalnutrition status group.  Simple random sampling was used this study. Data were collected throught direct interview using Physical Activity Questionnare-Children (PAQ-C) to record respondent’s physical activity, and Adolescent Sedentari Activity Questionnaire (ASAQ) to record respondent’s sedentary activity. Analysis data using Chi-Square test for physical activity and Spearman test for physical activity. Results: The result showed that there was a relationship between physical activity with overnutrition status (p=0.016) and an OR=0.218 with CI 95% (0.061 – 0.775) which mean that student who did physical activity with good category at risk 0.218 times less to be overnutition status. As for sedentary activity (p=0.026) with OR=5.5 and CI 95% (1.145–17.679), which mean students who did sedentary activity more than 5 hour at risk 4.5 times greater than to be overnutrition status compared with students who did physical activity less than 2 hour. Conclusion: The low of physical activity and high of sedentary activityin elementary students were related with overnutrition status.  Student with overnutrition status must be increase physical activity and reduced sedentary activity.  ABSTRAK Latar Belakang: Status Gizi Lebih disebabkan oleh multifaktor yaitu faktor perilaku seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, aktivitas sedentari, dan faktor genetik.Tujuan: Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik serta aktivitas sedentari dengan status gizi lebih pada anak usia sekolah dasar.Metode: Penelitian ini menggunakan desain case control, dengan sampel 22 anak kelompok status gizi lebih dan 22 anak kelompok status gizi normal. Simple random sampling merupakan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara langsung dengan bantuan kuesioner PAQ-C (Physical Activity Questionnare-Children) untuk mencatat aktivitas fisik, dan kuesioner ASAQ (Adolescent Sedentari Activity Questionnaire) untuk mencatat aktivitas sedentari. Data dianalisis dengan uji statistik Chi-Square untuk aktivitas fisik dan Spearman untuk aktivitas sedentari.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih (p 0,016) didapatkan nilai OR= 0,218 dengan CI 95% (0,061 – 0,775) dapat diartikan bahwa siswa yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik beresiko 0,218 kali lebih kecil mengalami status gizi lebih. Sedangkan, untuk aktivitas sedentari (p= 0,026) dengan nilai OR = 4,5 dan CI 95% (1,145 – 17, 679) artinya siswa yang melakukan aktivitas sedentari > 5 jam maka memiliki kecenderungan 4,5 kali lebih besar untuk mengalami status gizi lebih dibandingkan dengan siswa yang melakukan aktivitas sedentari < 2 jam.Kesimpulan: Rendahnya aktivitas fisik dan tingginya aktivitas sedentari pada anak sekolah dasar berhubungan dengan masalah status gizi lebih. Siswa dengan status gizi lebih sebaiknya melakukan aktivitas fisik lebih banyak lagi, dan mengurangi kegiatan yang kurang gerak.
Hubungan Karakteristik Santri, Mutu Makanan, dan Daya Terima Konsumsi Santri Di SMA Al Izzah International Islamic Boarding School Kota Batu Syahida Ilma Amalia
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.525 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.13-22

Abstract

Background: The good quality of food service management is reflected when the consumer’s food acceptability is also high. Factors that can affect consumer’s food acceptability are consumer characteristic and food quality in its food servce management. Objective: The objective of this study was to analyze the correaltion between consumer characteristic and food quality with consumer’s food acceptability at the High School of Al Izzah IIBS  Batu. Method: This was an observational study with cross sectional research design. As the study sample, 67 people were randomly selected using proportionate stratified random sampling technique. Results: There was no significant correlation between age and food acceptability (p-value=0.38), no correlation between education level and food acceptability (p-value=0.48), also no correlation between regional origin and food acceptability (p-value=0.29). There was no correlation between santri characteristics and food acceptability. Also there was no significant correlation between food quality and food acceptability.Conclusion:  Food quality at the High School of Al Izzah IIBS Batu is quite good with the food acceptability is good also. Although there is no correlation between the variables because the food acceptability is not only affected by food quality, but also the quality of service and sanitation hygiene of food handlers there. AbstrakLatar Belakang: Penyelenggaraan makanan dapat dikatakan baik jika daya terima konsumennya juga tinggi. Faktor yang dapat mempengaruhi daya terima konsumen adalah karakteristik konsumen dan mutu makanan dari penyelenggara makanan tersebut.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara karakteristik santri dan mutu makanan dengan daya terima konsumsi pada penyelenggaraan makanan di SMA Al Izzah IIBS Batu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian sebesar 67 orang, diambil secara acak menggunakan proportionate stratified random sampling. Variabel karakteristik santri dan mutu makanan diobservasi dengan metode wawancara dan penyebaran kuesioner, sedangkan variable daya terima diobservasi dengan metode penimbangan jumlah sisa makanan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen utama pada penyelenggaraan makanan disana mayoritas adalah remaja berusia 16 tahun yang berasal dari Jawa, mutu makanan yang ada di SMA Al Izzah sudah tergolong cukup baik (TCR=50,25), dan daya terima santri juga sudah baik (n=98,5%). Kemudian pada variabel karakteristik responden tidak terdapat hubungan dengan daya terima konsumsi yaitu usia responden (p=0,38), tingkat pendidikan (p=0,48), dan asal daerah (p=0,29). Variabel mutu makanan (p=1,00) juga tidak berhubungan dengan daya terima konsumsi pada santri.Kesimpulan: Mutu makanan pada penyelenggaraan makanan di SMA Al Izzah IIBS Batu terbilang cukup baik dengan daya terima konsumsi santri yang juga baik. Meskipun tidak terdapat hubungan antara keduanya karena daya terima konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor mutu makanannya saja melainkan mutu pelayanan dan sanitasi hygiene dari penjamah makanan disana.  
Perbedaan Pola Asuh dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Balita Stunting dan Non-Stunting di Wilayah Pesisir Kabupaten Probolinggo Mita Femidio; Lailatul Muniroh
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.33 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.49-57

Abstract

Background: Stunting was still found in coastal areas, whereas people there had greater opportunities to consume fish which is contain high animal protein to prevent stunting.Objectives: To analyze differences in parenting and nutrient adequacy level on stunting and non-stunting toddlers in the coastal area of Probolinggo District.Methods: This study was a case-control design, which conducted in the village of Pajurangan included Puskesmas Gending. The total sample were 46 toddlers (24-59 months old) divided into cases group (stunting) and control group (non-stunting) with each of group 23 toddlers, that chosen by simple random sampling method from 194 population of toddlers. Data collection included toddler height measurements with microtoise by researchers as well as the questionnaires parenting and SQ-FFQ. Data were analyzed using the Chi-Square test by Odds Ratio (OR).Results: 60.9% stunting group have parenting feeding medium category, but parenting basic health care have good parenting category (91.3%). Most of adequacy level of energy (60.9%), protein (65.2%) and zinc (56.5%) in stunting group were less category, whereas vitamin A was enough category (65.2%).Therefore, there were differences in parenting feeding (p=0.002; OR=10.37; 95%CI=2.374-45.301) and energy adequacy level (p=0.037; OR=4.407; 95%CI=1.26-15.414), protein (p=0.001; OR=12.5; 95%CI=2.828-55.254) and zinc (p=0.015; OR=6.175; 95%CI=1.589-23.993) on stunting and non-stunting toddlers. However, there were no differences in parenting basic health care (p=0.662) and adequacy of vitamin A (p=0.314) on stunting and non-stunting toddlers.Conclusions: Improper parenting and toddler with inadequate levels of energy, protein and zinc had greater risk of stunting compared to toddlers suffered enough. ABSTRAK Latar Belakang: Stunting masih terjadi di daerah pesisir, padahal masyarakat tersebut memiliki peluang lebih besar mengkonsumsi ikan yang kaya protein sehingga dapat mencegah stunting.Tujuan: Menganalisis perbedaan pola asuh dan tingkat kecukupan zat gizi pada balita stunting dan non-stunting di wilayah pesisir Kabupaten Probolinggo.Metode: Desain studi yang digunakan adalah case-control. Penelitian dilakukan di desa pesisir yaitu Desa Pajurangan, wilayah kerja Puskesmas Gending. Total sampel adalah 46 subjek balita berusia 24-59 bulan, terbagi menjadi 23 balita kelompok stunting dan 23 balita kelompok non-stunting. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dari total populasi 194 balita. Pengumpulan data meliputi pengukuran tinggi badan balita dengan mikrotoa oleh peneliti serta wawancara kuesioner pola asuh dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ). Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan melihat Odds Ratio (OR).Hasil: 60,9% kelompok stunting memiliki pola asuh pemberian makan kategori sedang, sedangkan pola asuh perawatan kesehatan dasar kategori baik (91,3%). Tingkat Kecukupan energi (60,9%), protein (65,2%) dan seng (56,5%) pada kelompok stunting kategori kurang, sedangkan vitamin A kategori cukup (65,2%). Terdapat perbedaan pola asuh pemberian makan (p=0,002; OR=10,37; 95%CI=2,374-45,301), tingkat kecukupan energi (p=0,037; OR=4,407; 95%CI=1,26-15,414), protein (p=0,001; OR=12,5; 95%CI=2,828-55,254) dan seng (p=0,015; OR=6,175; 95%CI=1,589-23,993) pada balita stunting dan non-stunting. Tidak terdapat perbedaan pola asuh perawatan kesehatan dasar (p=0,662) dan tingkat kecukupan vitamin A (p=0,314) pada balita stunting dan non-stunting.Kesimpulan: Pola asuh pemberian makan serta tingkat kecukupan energi, protein dan seng yang kurang berisiko lebih besar balitanya mengalami stunting dibanding kelompok yang cukup
Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat Dan Persen Lemak Tubuh Dengan Sindroma Pramenstruasi (PMS) Pada Remaja Putri Shella Habibatul Illah Rahmadianta; Sri Adiningsih
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.929 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.23-29

Abstract

Background: Premenstrual Syndromes are commonly found in many adolescent girls. There are several factors that contribute to the incidence of premenstrual syndrome such as hormonal change, nutritional status, food intake, and lifestyle.Objectives: The purpose of this study was analyzing correlation of sufficiency of carbohydrate and percentage fat body with premenstrual syndrome in female teenagers at SMA Negeri 4 BojonegoroMethods: The research used cross sectional study. The sample size was 110 female students in SMA Negeri 4 Bojonegoro. The data were collected by measuring percentage body fat to obtain percentage body fat variable; 2x24 hours estimated food recall to obtain of carbohydrate sufficiency; and Moos Menstrual Distress Questionnare (MDQ) for premenstrual syndrome cases. The data were analyzed using spearman test to find out correlation between carbohydrat sufficiency and percentage fat body intake towards premenstrual syndrome (PMS) in female teenagers. Result: The result of this study showed that there was correlation between sufficiency of carbohydrate) and Premenstrual Syndrome (p=0.010). Beside that, there was also a not correlation between percentage body fat) and Premenstrual Syndrome (PMS) (p= 0.642). Conclusions: There was correlation between levels of carbohydrate intake with premenstrual syndrome in female teenagers and there was not corelation between percentage fat body with premenstrual syndrome in female teenagers of Senior High School 4, Bojonegoro. Therefore, adolescent girls encouraged to increase carbohydrate intake to prevent the occurrence of premenstrual syndrome.ABSTRAK Latar Belakang: Sindroma Pramenstruasi (PMS) banyak melanda remaja putri. Terdapat beberapa faKtor yang berkontribusi terhadap kejadian sindroma pramenstruasi seperti perubahan hormonal, status gizi, asupan makan, dan gaya hidup.Tujuan: Tujian dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingkat kecukupan karbohidrat dan persen lemak tubuh dengan sindroma pramenstruasi (PMS) pada remaja putri di SMA Negeri 4 BojonegoroMetode: Penelitian ini dengan desaincross sectional. Populasi penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 4 Bojonegoro. Hasil dari perhitungan random sampling didapat 110 siswi sebagai sampel. Pengumpulan data menggunakan pengukuran persen lemak tubuh untuk mendapatkan variabel persen lemak tubuh, pengisian form Estimated Food Recall 2x24 jam untuk mendapatkan variabel tingkat kecukupan karbohidrat.,dan menggunakan Moos Menstrual Distress Questionnare  (MDQ)  untuk mendapatkan variabel Sindroma Pramenstruasi. Data dianalisiss menggunakan uji spearman untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan karbohidrat dan persen lemak tubuh dengan sindroma pramenstruasi pada remaja putri .Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan sindroma pramenstruasi (p= 0,010) dan tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan sindroma pramenstuasi pada remaja putri (p= 0,642).Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dan persen lemak tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada siswi di SMA Negeri 4 Bojonegoro. Oleh karena itu, remaja putri dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat sesuai kecukupan untuk mencegah kejadian sindroma pramenstruasi.
Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Pada Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo, Surabaya Arum Sekar Rahayuning Putri; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.847 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.58-64

Abstract

Background: One of the efforts made in overcoming malnutrition in the toddler age group is by implementing a Recovery Supplementary Feeding program.Objectives: The purpose of this study was to analyze the differences in nutritional status of children based on weight for height before and after the Supplementary Food Recovery and differences in nutritional status of children after Supplementary Food Recovery and when they had not received Supplementary Food Recovery in the Simomulyo Community Health Center work area.Methods: This study was observational study using case-control design. A total of 38 toddlers with history of obtaining Supplemental Feeding Recovery (PMT) Program in the working area of Simomulyo Health Center were randomly selected. Nutritional status of toddlers is obtained using anthropometric methods of body weight and height / body length. Statistically tested using t-test paired with a significance level of <0.05.Results: After not getting Supplemental Feeding Recovery, it was found that 2.6% of children under five severely wasting, 34.2% wasting, and 63.2% had normal nutritional status. There was a decrease in the percentage of infants with normal nutritional status compared to after completing PMT Recovery program from 68.4% to 63.2%. There were no significant differences in nutritional status of children before and after the program (p=0.585). There was no difference between the nutritional status of children under five after the program and when they had not received the program (p=0.430)Conclusions: There was no difference in nutritional status of children (weight-for-height) before and after Supplemental Feeding Recovery Program.ABSTRAK  Latar Belakang: Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kekurangan gizi pada kelompok usia balita adalah program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan.Tujuan: Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis adanya perbedaan pada status gizi balita berasarkan BB/TB sebelum dan setelah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan serta perbedaan status gizi balita setelah PMT Pemulihan dan saat sudah tidak mendapat PMT Pemulihan di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo.Metode: Penelitian ini adalah peneitian observasional dengan desain penelitan cross sectional. Lokasi penelitian adalah di wilayah kerja Puskemas Simomulyo, Surabaya. Sebanyak 38 balita dengan riwayat mendapat PMT Pemulihan dipilih secara acak menggunakan metode simple random sampling. Status gizi balita didapat menggunakan metode antropometri berat badan dan tinggi/panjang badan. Indeks BB/TB digunakan dalam penilaian status gizi dengan alasan sasaran utama PMT Pemulihan adalah balita dengan status gizi kurus.  Uji secara statistik dilakukan menggunakan uji t berpasangan dengan tingkat signifikansi <0,05.Hasil: Setelah 3 bulan mendapat PMT Pemulihan ada peningkatan persentase balita dengan status gizi normal dari 65,8% menjadi 68,4%. Setelah tidak mendapat PMT Pemulihan ada penurunan persentase balita dengan status gizi normal menjadi 63,2%. Tidak ada perbedaan yang bermakna status gizi balita berasarkan BB/TB sebelum dan setelah PMT Pemulihan (p=0,585). Tidak ada perbedaan pada status gizi dapat disebabkan oleh konsumsi PMT yang belum optimal. Begitu juga diketahui tidak ada perbedaan yang bermakana status gizi balita setelah PMT Pemulihan dan saat sudah tidak mendapat PMT Pemulihan (p=0,430).Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pada status gizi balita dengan indeks antropometri BB/TB saat sebelum PMT Pemulihan dan setelah PMT Pemulihan.
Hubungan ASI Eksklusif dan Frekuensi Sakit Pada Bayi di Surabaya Barat Dianatul Fitri; Dian Shofiya
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.30-35

Abstract

Background: Breast milk contains colostrum which is rich in antibodies, because it contains protein for immune system and is useful in preventing illness in high amounts. Exclusive breastfeeding coverage was 65.9% in Surabaya City. The Surabaya Health Profile, exclusive breastfeeding was 66.42% that distributed in 12 Puskesmas. Although West Surabaya was higher than average exclusive breastfeeding in Surabaya City, but it is still far enough to reach the national target of 80%.Objectives: To identify respondent characteristics and analyze the correlation between exclusive breastfeeding and the frequency of illness among infants Methods: This study was an observational study with a prospective cohort design. The source of the data derived from the primary data of assisting mothers in West Surabaya since the bride in 2016 to April 2019 by the Surabaya City Health Office and counting by quota sampling. The population was infants in West Surabaya. Sample are 65 infants in April 2019 those obtained from primary data on assisting mothers in West Surabaya. The analysis used was univariate and bivariate analysis (Chi Square Fisher Exact Test).Results: Coverage of exclusive breastfeeding was 43.1%. The results of the p-value of the chi square fisher's exact test (0.021) were smaller than the level of significant (0.05), the Phi-Crammer coefficient shows a value of 0.285 and a relative risk of 6.81 when Confidence of Interval was 0,915-50,669.Conclusions: There was significant correlation between exclusive breastfeeding and frequencies of illness among infant in West Surabaya. ABSTRAK Latar Belakang : ASI mengandung kolostrum yang kaya antibodi, karena terdapat kandungan protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat mematikan kuman dalam jumlah tinggi. Di Kota Surabaya, cakupan ASI eksklusif sebesar 65,9%. Pada Profil Kesehatan Kota Surabaya tahun 2016, cakupan ASI eksklusif di Wilayah Surabaya Barat sebanyak 66,42% yang tersebar di 12 Puskesmas. Meskipun Surabaya Barat telah melebihi rata-rata cakupan ASI eksklusif Kota Surabaya, namun masih cukup jauh untuk mencapai target nasional yaitu 80%.Tujuan : Mengidentifikasi karakteristik responden dan menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif  dan frekuensi sakit pada bayiMetode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cohort prospective. Sumber data berasal dari data primer pendampingan ibu di Surabaya Barat sejak calon pengantin pada tahun 2016 hingga April 2019 oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan cara quota sampling. Populasi merupakan bayi di Surabaya Barat. Sampel sebanyak 65 bayi pada Bulan April 2019 yang diperoleh dari data pendampingan ibu di Surabaya Barat. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat (Chi Square Fisher Exact Test).Hasil : Cakupan pemberian ASI eksklusif adalah 43,1%. Hasil p-value uji chi square fisher’s exact test (0,021) lebih kecil dari level of siqnificant (0,05), Phi-Crammer Coefficient menunjukkan nilai 0,285 dan relative risk sebesar 6,81.Kesimpulan : Adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi sakit pada bayi berumur 0-12 bulan di Surabaya Barat.
Hubungan Perilaku Diet Dengan Massa Lemak Tubuh Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 5 Surabaya Winda Kusumawardani; Farapti Farapti
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.922 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.65-71

Abstract

Background: The fat body mass can be increased especially in adolescent girl. When fat body mass increased it can affect the nutritional status and body image. If someone wants to have the ideal body imaged, they can try to do diet to decreased fat body mass. Objectives:  This study aimed to analyze a relationship of dieting behavior with fat body mass at SMA Negeri 5 Surabaya.Methods: The design of the study was cross sectional involving 76 selected samples in the simple random sampling. The aimed of measuring body height, weight and body fat mass for scoring the nutritional status and percentage of fat body mass. Some characteristic of the respondents were age, amount of pocket money, physical activity and nutritional status. The data were analyzed by using Chi-Square correlation test with p<0.05.Results: The averaged of respondents age was 16 years old, most of all the amounted of pocket money from the respondents approximately IDR 25,000-75,000 (35.5%). The category of physical activity was mild (42.1%), and the nutritional status of respondents was normal (61.3%). Some of the respondents was doing a healthy diet (61.8%) with averaged score was 39.8. The averaged of body fat mass from the respondents was 25.24%. The result showing there was no relationship between diet behavior with fat body mass in girl adolescent (p>0.060).Conclusions: Diet behavior was not founded to be related to the fat body mass in female adolescent. Therefore the students needed to get more information about dieting behavior and fat body mass to prevented more nutritional problems.ABSTRAKLatar Belakang: Peningkatan massa lemak tubuh biasa dialami oleh remaja putri. Massa lemak tubuh yang berlebih akan berdampak pada status gizi serta bentuk tubuh. Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan massa lemak tubuh tersebut agar bentuk tubuh menjadi ideal.Tujuan:menganalisis hubungan antara perilaku diet dengan massa lemak tubuh remaja putri di SMA Negeri 5 Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan melibatkan 76 responden yang dipilih secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menilai status gizi serta pengukuran persentase massa lemak tubuh menggunakan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis). Wawancara dan pengisian kuesioner untuk mengetahui karakteristik dan perilaku diet responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi chi-square dengan p<0,05.Hasil: rata-rata usia subyek 15,93±0,64 tahun dengan rerata besar uang saku harian sebesar Rp 22.474±12.62i, Aktivitas fisik tingkat ringan sebanyak 42,1% siswi, dan status gizi responden berdasarkan IMT/U didominasi oleh kategori normal sebanyak 80,3%. Sebagian besar responden menjalankan diet sehat sebanyak 61,8% dengan rata-rata nilai sebesar 39,8.Sebanyak 31,6% subyek dengan kategori massa lebih lebihHasil analisis menunjukkan tidak adanya hubungan antara perilaku diet dengan persen lemak tubuh remaja putri (p>0,06).Kesimpulan: Perilaku diet tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan massa lemak tubuh remaja putri. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis faktor lain yang berhubungan dengan perilaku diet dan massa lemak tubuh pada remaja putri.    
Analisis Kesesuaian Kandungan Energi dan Zat Gizi Makro Rencana Menu dengan Standar Diet untuk Pasien Diabetes Mellitus Afifah Yasyfa Dhiyanti; Laksmi Karunia Tanuwijaya; Eva Putri Arfiani
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.166 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.1-7

Abstract

Background: Diabetes Mellitus diet regulation aims to achieve and maintain controlled blood glucose levels. The strict monitoring of patient's intake is intended to prevent complications due to hypoglycemia and hyperglycemia. Objectives: To determine the conformity of energy and macronutrients between ABC menu planned and 1700 kcal diet standard. Methods: This study was a cross sectional study with descriptive approach. Research variables were energy and macronutrients of diet manuals and menu planned for Diabetes Mellitus inpatients. The conformity was known by identifying energy and macronutrients in the ABC menu cycle and standard recipes using Nutrisurvey Software and guidelines for estimates oil absorption, then compared with the energy and macronutrients on the 1700 kcal diet standard. Results: Standard 1700 kcal diet consisted of 1700 kcal energy, 63.8 grams protein, 47.2 grams fat, and 255 grams carbohydrate. The average menu A provided 1743.5±147 kcal of energy, menu B 1710.4±137.8 kcal, and menu C 1744.6±143.5 kcal. The average menu A provided 68.2±4 grams of protein, menu B 69.3±4.2 grams, and menu C 70±4.6 grams. The average menu A contained 71.2±10.5 grams of fat, menu B 68.4±10.3 grams, and menu C 67.7±11.1 grams. The average menu A consisted 212.3±14 grams carbohydrate, menu B 210.5±14 grams, and menu C 214.6±13.8 grams. Conclusions: Compared to 1700 kcal standard diet, the discrepancies of energy are at 0.6-22%, protein 0.2-27%, fat 20-104%, and carbohydrates 7-25%. ABSTRAK Latar Belakang: Pengaturan diet pada pasien rawat inap dengan Diabetes Mellitus bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah normal. Ketatnya pemantauan asupan makan pasien ditujukan untuk mencegah komplikasi akibat kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia.Tujuan: Mengetahui kesesuaian kandungan energi dan zat gizi makro rencana menu ABC dengan standar diet 1700 kkal.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan deskriptif. Variabel penelitian adalah kandungan energi dan zat gizi makro standar diet dan rencana menu untuk pasien Diabetes Mellitus. Ada tidaknya kesesuaian diketahui dengan cara mengidentifikasi kandungan energi dan zat gizi makro pada siklus menu ABC dan standar resep menggunakan Nutrisurvey, DKBM, dan pedoman perkiraan penyerapan minyak, kemudian dibandingkan dengan kandungan energi dan zat gizi makro pada standar diet 1700 kkal.Hasil: Standar diet 1700 kkal meliputi 1700 kkal energi, 63,8 gram protein, 47,2 gram lemak, dan 255 gram karbohidrat. Rerata energi menu A 1743,5 ± 147 kkal, menu B 1710,4 ± 137,8 kkal, dan menu C 1744,6 ± 143,5 kkal. Rerata protein menu A 68,2 ± 4 gram, menu B 69,3 ± 4,2 gram, dan menu C 70 ± 4,6 gram. Rerata lemak menu A 71,2 ± 10,5 gram, menu B 68,4 ±10,3 gram, dan menu C 67,7 ± 11,1 gram. Rerata karbohidrat menu A 212,3 ± 14 gram, menu B 210,5 ± 14 gram, dan menu C 214,6 ± 13,8 gram.Kesimpulan: Terdapat ketidaksesuaian kandungan energi 0,6-22%, protein 0,2-27%, lemak 20-104%, dan karbohidrat 7-25% pada rencana menu ABC dengan standar diet 1700 kkal.
Front Matter Vol 4, No. 1 2020 Front Matter
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.%p

Abstract

Perbedaan Gejala pada Anak Autis yang Diet Bebas Gluten dan Kasein dengan yang Tidak Diet di Surabaya Alifah Fajriyyatul Izzah; Widati Fatmaningrum; Roedi Irawan
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.36-42

Abstract

Background: Autism disorders can disrupt the quality of life of autism children. One popular diet therapy for children with autism is a gluten and casein free diet. Gluten and casein free diet based on opioid theory are still pros and cons.Objective: To determine the difference of symptoms in autistic children who are free from gluten and casein and those who are not.Method: An observational analytic cross-sectional study was conducted at several autistic therapy centers in Surabaya. The study was carried out in children with autism aged 3-12 years and was diagnosed by a specialist. The research subjects were selected by purposive sampling method. Data collected, including data on the child's identity, data on the identity of parents, data on gluten and casein implementation were obtained through the FFQ questionnaire and data on symptoms of autistic children were obtained from the ATEC questionnaire.Results: Autistic symptom scores were good for communication skills, social interactions, cognitive responses, and behavioral disorders in autistic children on diets rather than those who did not. Bivariate test results showed that there were significant differences in the variable behavior disorder (p=0.021) and the total score (p=0.018).Conclusion: There are differences in symptoms in autistic children who are free from gluten and casein and those who are not especially on behavioral disorders.ABSTRAKLatar Belakang: Gangguan autisme dapat mengganggu kualitas hidup anak autis. Salah satu terapi diet populer bagi anak autis adalah diet bebas gluten dan kasein. Diet bebas gluten dan kasein yang didasari oleh teori opioid masih menjadi pro kontra.Tujuan: Mengetahui perbedaan gejala pada anak autis yang diet bebas gluten dan kasein dengan yang tidak diet.Metode: Penelitian analitik observasional rancangan cross sectional dilakukan di beberapa pusat terapi autis di Surabaya. Penelitian dilakukan pada anak autis berusia 3 – 12 tahun dan telah didiagnosis oleh dokter ahli. Subyek penelitian dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang dikumpulkan, meliputi data identitas anak, data identitas orang tua, data pelaksanaan diet bebas gluten dan kasein diperoleh melalui kuesioner FFQ serta data gejala pada anak autis diperoleh dari kuesioner ATEC.Hasil: Gambaran gejala pada anak autis yang diet bebas gluten dan kasein lebih ringan daripada yang tidak diet berupa gangguan kemampuan komunikasi, interaksi sosial, respon kognitif dan gangguan perilaku. Hasil uji bivariat menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada variabel gangguan perilaku (p=0,021) dan skor ATEC total (p=0,018).Kesimpulan: Ada perbedaan gejala pada anak autis yang diet bebas gluten dan kasein dengan yang tidak diet terutama pada gangguan perilaku.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 1 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 7 No. 4 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 7 No. 2 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Big Data Seminar Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 6 No. 4 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 4 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 4 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 1SP (2020): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 3 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 2 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION More Issue