cover
Contact Name
iqbal
Contact Email
khazanah@uin-antasari.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
iqbalassyauqi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora
ISSN : 0215837X     EISSN : 24607606     DOI : -
Khazanah : Jurnal Studi Islam dan Humaniora ISSN 0215-837X and E-ISSN 2460-7606 is peer-reviewed national journal published biannually by the State Islamic University (UIN) of Antasari Banjarmasin. The journal is published biannually in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue " Vol 16, No 1 (2018)" : 6 Documents clear
NILAI SOSIO-RELIGIUS MASYARAKAT STUDI INTERAKSI ANTARUMAT BERAGAMA DI YOGYAKARTA Taufik, Muhammad
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.241 KB) | DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2056

Abstract

This paper is the result of a field research that tries to trace the dynamics of rural communities related to interactions among religious people at Banguntapan Village, Yogyakarta. This research is appealing because village communities are still considered low and marginal class society; nevertheless in reality, they have local wisdom. The people of Banguntapan Village live in harmony, mutual cooperation –gotong royong- and are far from materialistic and luxurious life. This simple life creates their personalities that always respect each other, albeit different in religions, customs, and habits, which are apparent in the implementation of their socio-religious valuesthey have embraced so far.This research uses a qualitative method. This method is chosen because it emphasizes on the depth of value. It tries to answer how the choice of action is interpreted and given a certain meaning. The results of this study found that the religious conditions in Banguntapan village run well despite the potentials for friction. However, it can still be minimized with the spirit of togetherness. The people are so heterogeneous; almost all ethnic groups from Sabang to Merauke are living there. The original community of Banguntapan, in this case the Javanese, has an inclusive attitude towards the migrants from outside Banguntapan. The community is known to be open to migrant from any place, which is important to adapt and appreciate the Javanese tradition that is full of cultural manners. The socio-religious values in the interaction pattern among the people of Banguntapan Village community are always in the context of mutual relationship and mutual influence with other people in order to meet their needs and sustain their life. In fact, they assume that they have a meaning if there is another human being with whom they could interact. Social interaction that they understand is a form of socio-cultural dynamics that exist in the life of society.Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan yang mencoba menelusuri dinamika masyarakat desa terkait dengan interaksi antar umat beragama yang lokasinya adalah Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menarik dilakukan karena masyarakat desa masih dianggap masyarakat kelas rendah dan marjinal. Namun kenyatannya memiliki kearifan lokal, yaitu salah satunya masyarakat Desa Banguntapan yang pada dasarnya mereka hidup rukun, gotong royong dan jauh dari kehidupan matrealistik dan mewah. Kehidupan yang sederhana ini menciptakan kepribadian mereka untuk selalu saling menghargai, meskipun berbeda agama dan kebiasaan, yang tampak dalam implementasi nilai sosio-religius yang mereka anut selama ini. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Metode ini dipilih karena menekankan pada kedalaman nilai. Dengan metode ini akan mencoba menjawab bagaimana pilihan tindakan untuk dimaknai dan diberi arti tertentu. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa kondisi keberagamaan di Desa Banguntapan berjalan dengan baik walaupun ada potensi untuk terjadinya gesekan-gesekan tapi sejauh ini masih bisa diminimalisir dengan semangat kebersamaan. Masyarakatnya memangheterogen, hampir semua suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke ada di sini.MasyarakatasliBanguntapan yang dalamhalini orang JawamempunyaisikapinklusifterhadappendatangdariluarBanguntapan.Masyarakatnya dikenalterbukadengankaumpendatangdarimanasaja, yang pentingbisaberadaptasidanmenghargai tradisimasyarakatJawa yang penuhdenganbudayatatakrama.Nilai sosio-religius dalam pola interaksi antar umat beragama Masyarakat Desa Banguntapan senantiasa dalam konteks hubungan dan pengaruh timbal balik dengan masyarakat yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya.Abstract:This paper is the result of a field research that tries to trace the dynamics of rural communities related to interactions among religious people at Banguntapan Village, Yogyakarta. This research is appealing because village communities are still considered low and marginal class society; nevertheless in reality, they have local wisdom. The people of Banguntapan Village live in harmony, mutual cooperation –gotong royong- and are far from materialistic and luxurious life. This simple life creates their personalities that always respect each other, albeit different in religions, customs, and habits, which are apparent in the implementation of their socio-religious valuesthey have embraced so far.This research uses a qualitative method. This method is chosen because it emphasizes on the depth of value. It tries to answer how the choice of action is interpreted and given a certain meaning. The results of this study found that the religious conditions in Banguntapan village run well despite the potentials for friction. However, it can still be minimized with the spirit of togetherness. The people are so heterogeneous; almost all ethnic groups from Sabang to Merauke are living there. The original community of Banguntapan, in this case the Javanese, has an inclusive attitude towards the migrants from outside Banguntapan. The community is known to be open to migrant from any place, which is important to adapt and appreciate the Javanese tradition that is full of cultural manners. The socio-religious values in the interaction pattern among the people of Banguntapan Village community are always in the context of mutual relationship and mutual influence with other people in order to meet their needs and sustain their life. In fact, they assume that they have a meaning if there is another human being with whom they could interact. Social interaction that they understand is a form of socio-cultural dynamics that exist in the life of society.Keywords: Interaction, Social-religious, Religious people.  Abstrak: Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan yang mencoba menelusuri dinamika masyarakat desa terkait dengan interaksi antar umat beragama yang lokasinya adalah Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menarik dilakukan karena masyarakat desa masih dianggap masyarakat kelas rendah dan marjinal. Namun kenyatannya memiliki kearifan lokal, yaitu salah satunya masyarakat Desa Banguntapan yang pada dasarnya mereka hidup rukun, gotong royong dan jauh dari kehidupan matrealistik dan mewah. Kehidupan yang sederhana ini menciptakan kepribadian mereka untuk selalu saling menghargai, meskipun berbeda agama dan kebiasaan, yang tampak dalam implementasi nilai sosio-religius yang mereka anut selama ini. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Metode ini dipilih karena menekankan pada kedalaman nilai. Dengan metode ini akan mencoba menjawab bagaimana pilihan tindakan untuk dimaknai dan diberi arti tertentu. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa kondisi keberagamaan di Desa Banguntapan berjalan dengan baik walaupun ada potensi untuk terjadinya gesekan-gesekan tapi sejauh ini masih bisa diminimalisir dengan semangat kebersamaan. Masyarakatnya memangheterogen, hampir semua suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke ada di sini.MasyarakatasliBanguntapan yang dalamhalini orang JawamempunyaisikapinklusifterhadappendatangdariluarBanguntapan.Masyarakatnya dikenalterbukadengankaumpendatangdarimanasaja, yang pentingbisaberadaptasidanmenghargai tradisimasyarakatJawa yang penuhdenganbudayatatakrama.Nilai sosio-religius dalam pola interaksi antar umat beragama Masyarakat Desa Banguntapan senantiasa dalam konteks hubungan dan pengaruh timbal balik dengan masyarakat yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya.
POTRET KERUKUNAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI HARMONI DALAM UNGKAPAN“RAMPAK NAONG BRINGEN KORONG” DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MADURA Takdir, Mohammad
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.124 KB) | DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2057

Abstract

This research aims to reveal the indigenous wisdom of Madurese community in building harmony and peace. This research used a new paradigm in changing negative perseptions about Madurese through the implementasion of the expression “rampak naong bringen korong” in the life behavior. This research used a field study on the meaning of harmony that applied by the people of Pamekasan Madura in the expression “rampak naong bringen korong” as local wisdom values.  This research showed that local wisdom values is reflected in the phrase known“rampak naong bringen korong” as one of the symbol in building harmony and peace with the others. The phrase “rampak naong bringin korong” is a meaningful philosophy of life, that Madura people are very fond of a harmonious, peaceful, and balance in all aspects of life. The philosophy of life reflected in the phrase becomes an anti-thesis and a denial to the stereotype of the Madurese character who is considered to be very close to violence. The form of implementation of harmony values in the expression “rampak naong bringin korong” is to invite the young generation to make life peaceful and harmonious as a symbol of unity and brotherhood.
HANTU DI TENGAH KERAMAIAN KOTA BANJARMASIN Nasrullah, Nasrullah
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.194 KB) | DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2154

Abstract

Hantu dianggap sesuatu yang irasional sehingga dijauhi dari kajian ilmiah. Padahal dalam praktek sehari-hari, hantu dibicarakan, diperbincangkan, dan menjadi bahan kegelisahan masyarakat. Geertz melihat fenomena ini sebagai nalar awam (common sense), atau sebagai sesuatu yang menjadi pengetahuan umum tetapi tidak dikaji secara kokoh. Hantu pada awalnya menempati daerah angker, sepi, terpencil, tetapi pada saat ini lokasi hantu bertransformasi ke kota. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dipertegas bukan meneliti hantu tetapi meneliti tentang pengetahuan, kepercayaan, pemahaman atau bahkan kesaksian seseorang terhadap hantu. Peneliti menggunakan analisa strukturalisme Levi-Strauss terhadap fenomena hantu yang dianggap sebagai suatu mitos, sebab hantu dapat berbuat dan menjadi apa saja. Dengan cara demikian, peneliti menemukan hal-hal rasional di balik fenomena irasional ini yakni adanya konstruksi social yang disebut bagaduhan, serta keberadaan hantu dalam imajinasi manusia tidak lain karena adanya nalar awam dan mitos yang terus berkembang
FIQH AL-AQALLIYYAT AS AN AMERICAN VERSION OF LOCAL WISDOM Mujiburohman, Abas
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.19 KB) | DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2091

Abstract

Abstrak: Artikel ini membahas suatu bentuk kearifan lokal dalam kajian budaya hukum Islam yang berkembang di kalangan Muslim di Amerika Serikat, negara di mana mereka menjadi warga minoritas. Mengikuti Clifford Geertz dan ahli-ahli lain yang memahami hukum sebagai bagian dari kebudayaan, artikel ini berpendapat bahwa tradisi keagamaan sebuah komunitas pada akhirnya akan tumbuh dari konvergensi bermacam-macam tradisi yang dibawa oleh para individu Muslim dari kebudayaan asal mereka masing-masing. Malalui sebuah proses yang disebut dengan teritorialisasi, berbagai interaksi budaya dalam sebuah komunitas akan mengarah pada pengelompokan tiga macam tradisi: tradisi yang terus berlangsung, tradisi yang disesuaikan, dan tradisi yang disimpan. Praktek lokal sebagaimana yang disaksikan oleh penulis dalam penelitian lapangannya di kalangan Muslim kota Lansing, Michigan dapat dikategorikan sebagai tradisi kelompok kedua. Lebih jauh, kearifan lokal semacam ini telah ditemukan juga oleh para sarjana Muslim yang lain di Amerika. Di antara sarjana dimaksud, adalah Taha Jabir Al-Alwani yang mengajukan tawaran fiqh al-aqalliyyat, yang berisi himpunan praktek-praktek ajaran Islam yang mengalami penyesuaian terkait dengan status warga Muslim yang merupakan minoritas di negara tersebut.Abstract: This article discusses a type of local wisdom in the field of Islamic legal culture that is developing among Muslims of the United States as they are minority in the country. Using Clifford Geertz’ and others’ understanding of law as part of culture, this article is arguing that the eventual religious tradition of a local community will grow from the convergence of varied traditions brought by individual Muslims from their cultures of origin. Following a process called territorialization, cultural interactions within a local community will result in the production of three religious traditions: the continuing, the improvised, and the suppressed traditions. Local practice as witnessed by the writer in his field research among Muslims of Lansing, Michigan is categorized as part of the second tradition. Further, this kind of local wisdom has been observed among American Muslim scholars. Among them is Taha Jabir Al-Alwani who has proposed the term fiqh al-aqalliyyat for the collections of new practices of Islamic teachings that are related to the status of Muslims being minority in the country. 
UNGKAPAN HONORIFIK MUTLAK DALAM MENGAKOMODASI SAPAAN DAN VERBA KEISLAMAN PADA NOVEL KARYA OKKY MADASARI Zaman, Mochamad Nuruz
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.099 KB) | DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2130

Abstract

Abstract: This research is sociolinguistics approach of language contact of absolute honorifics in accommodating Islamic addresses and verbs on Okky Madasari’s novels. This is conducted by qualitatively descriptive by analyzing the data to be categorized the Islamic addresses and verbs in order to focus on those novels. Islamic addresses consist of nobility, general society, and Islamic verbs simultaneously able to well integrate on Okky Madasari’s novels. This development of Islamic addresses and verbs is substantially supporting theory of honorifics expressions focusing on Javenese lexicon and Indonesian language referent of respecting the utterance participants based on appropriate words.Abstrak: Penelitian ini merupakan kajian sosilinguistik dalam menelaah kontak bahasa pada ungkapan honorifik mutlak dalam mengakomodasi sapaan dan verba keislaman pada novel karya Okky Madasari. Dikaji secara kualitatif deskriptif dengan analisis data secara domain untuk pengkategorian jenis sapaan dan verba keislaman agar terfokus pada keempat novel. Sapaan keagamaan kebangsawanan, masyarakat umum dan verba keislaman secara simultan mampu berintegrasi pada novel karya Okky Madasari. Pengembangan teori sapaan dan verba keislaman ini merupakan substansial pendukung teori ungkapan honorifik mutlak agar mampu difokuskan pada leksikon bahasa Jawa dan kata sandang bahasa Indonesia dalam pola meninggikan pelibat tuturan sesuai pilihan kata yang tepat.
PEMBERONTAKAN KESATUAN RAKJAT JANG TERTINDAS (KRJT) DI KALIMANTAN SELATAN (1950-1963): SEBUAH KAJIAN AWAL Iqbal, Muhammad
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.667 KB) | DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2153

Abstract

The focus of this article is historiography of rebellion of Unity of the Oppressed (Kesatuan Rakjat jang Tertindas/KRjT) which is led by Ibnu Hadjar on South Kalimantan (1950-1963). In 1950, Ibnu Hadjar’s troops choose desertion from Indonesian National Army (Tentara Nasional Indonesia) and entered to the forest on the range of Meratus hills, for doing the rebellion to the Government of Indonesia, whereas, 1963 is the time when The KRjT surrendered and Ibnu Hadjar be arrested. The result showed that the emergence of  KRjT  caused by crystallizing of dissatisfaction and hurt over Jakarta’s policy in treating local ex-guerrillas in the early 1950s. Ibnu Hadjar and his followers felt leisureliness that appear between what they expect in terms of status and  material acquisition with what they have or their capacity for got it (relative deprivation).

Page 1 of 1 | Total Record : 6