cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
International Conference on Languages and Arts
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Proceeding of the International Seminar on Languages and Arts is published by Faculty of Languages and Arts of State University of Padang (FBS Universitas Negeri Padang).
Arjuna Subject : -
Articles 21 Documents
Search results for , issue "Proceeding of the 2nd ISLA 2013" : 21 Documents clear
CURRICULUM ISSUES IN VISUAL ART EDUCATION: INDONESIAN EXPERIENCE Sofyan Salam
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.915 KB)

Abstract

Kurikulum dalam pengertiannya yang populer sebagai program akademik formal di sekolah untuk memberikan pengalaman belajar bagi peserta-didik, berperan penting dalam praktik pembelajaran.  Atas dasar itulah, pemerintah Indonesia mengontrol pengembangan dan implementasi kurikulum.  Paper ini mengungkap berbagai isu yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan seni rupa yang seringkali menjadi sorotan para pemangku kepentingan, yakni: (1) tingkat kurikulum: nasional atau lokal?; (2) cakupan kurikulum di sekolah umum: apresiasi seni rupa atau kreasi seni rupa, atau keduanya?; (3) kurikulum tersembunyi dalam kaitannya dengan dampak pengiring yang negatif; (4) basis perubahan kurikulum-tertulis yang tidak didasari atas evaluasi yang komprehensif; (5) pertanyaan yang belum terjawab tentang Kurikulum 2013.  Karena pemerintah berada pada posisi yang menentukan dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, maka pihak pemerintahlah yang paling memiliki otoritas untuk menangani isu-isu tersebut. Tugas kita adalah membangkitkan kesadaran  akan pentingnya isu-isu tersebut untuk ditangani secara cerdas dan profesional. Keywords: curriculum, visual arts education,
PENDIDIKAN KARAKTER? PENDIDIKAN SENI BERBASIS BUDAYA SEBAGAI SEBUAH SOLUSI Esy Maestro
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.709 KB)

Abstract

Semenjak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menggulirkan kebijakan Kurikulum 2013 di sekolah, sejak itu pula topik-topik tentang pendidikan berkarakter di kalangan pemerhati pendidikan dan pendidik menjadi perbicangan yang kian hangat dan menyita perhatian. Namun demikian, sebelum pendidikan karakter akan diterapkan di wahana persekolahan, ada baiknya para pendidik seperti guru, merenungkan kembali, apakah selama ini pendidikan karakter itu sudah ada dalam dinamika keseharian masyarakat dan dunia pendidikan itu sendiri. Menurut pandangan pemakalah, ada atau tanpa adanya pendidikan karakter yang dicanangkan dalam Kurikulum 2013, sesungguhnya pendidikan ini sudah lama hadir dalam pendidikan non-formal, termasuk pendidikan formal. Meskipun tidak dituliskan sebagaimana kurikulum di sekolah, kearifan lokal yang sudah berkembang sejak lama dalam kehidupan masyarakat luas, dapat dikatakan sebagai bagian dai pendidikan karakter. Dalam pendidikan formal, sudah begitu nyata jika beberapa mata pelajaran yang diberikan kepada siswa, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan humaniora dan estetika, adalah mata pelajaran yang mengandung unsur pendidikan karakter. Lebih dari itu, aktivitas-aktivitas keseharian dalam masyarakat yang berhubungan dengan pendidikan seni, yang juga mengandung unsur pembentukan sikap dan perilaku melalui keterampilan, juga bagian dari pendidikan karakter. Jadi tidak sulit sesungguhnya untuk menemukan praktek pendidikan karakter saat ini di masyarakat maupun di sekolah. Adapun melalui pendidikan seni, baik yang terselenggara secara formal di sekolah maupun informal di luar sekolah, adalah bagian dari pendidikan karakter melalui pendidikan berbasis budaya yang tidak terbantahkan.
PASSIVE AND MEDIO-PASSIVE CONSTRUCTIONS IN ENGLISH: Why are They Necessarily Learnt by EFL Learners in West-Sumatera? Jufrizal Jufrizal
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.397 KB)

Abstract

Diatesis aktif dan pasif yang diwujudkan dalam klausa bahasa Inggris telah dikenal oleh sebagian besar pembelajar bahasa Inggris di Indonesia. Akan tetapi, konstruksi klausa yang dikenal sebagai mediopasif masih kurang dikenal dan belum menjadi perhatian sungguh-sungguh dalam pembelajaran sehingga sering menimbulkan masalah ketatabahasaan dan komunikasi di kalangan pembelajar bahasa asing itu. Makalah, yang merupakan telaah lanjut dari bagian hasil penelitian yang dilakukan tahun 2012, ini membahas hakikat konstruksi mediopasif bahasa Inggris secara gramatikal dan mengapa konstruksi tersebut penting dipelajari dan dipahami oleh pembelajar bahasa Inggris di Sumatera Barat khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. Data dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan dengan sumber data tesis-tesis mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, ditambah dengan data pendukung dari kegiatan pembelajaran dan diskusi berbahasa Inggris di Universitas Negeri Padang.   Key words/phrases: voice, English mediopassive, EFL learner, active, passive, grammar
ETNOKOREOLOGI : PENGKAJIAN TARI ETNIS & KEGUNAANNYA DALAM PENDIDIKAN SENI Tati Narawati
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.907 KB)

Abstract

Istilah etnokoreologi (ethnochoreology) sebagai pengganti istilah yang di Barat lazim disebut sebagai etnologi tari (dance ethnology) atau antropologi tari (dance anthropology) mulai diperkenalkan di Indonesia sejak akhir abad ke-20. Istilah ini ternyata lebih tepat digunakan karena dalam pelaksanaan penelitiannya lebih bisa mencakup aspek-aspek tekstual dan kontekstual dengan pendekatan   multidisiplin.  Makalah ini mencoba mengaplikasikan teori etnokoreologi  dengan mengurai praktis mengamati seni tari untuk selanjutnya diakomodasikan dalam praktis  menyaji
INTERNATIONAL STANDARD JUNIOR HIGH SCHOOL FLEDGLING TEACHERS’ KNOWLEDGE ON AUTHENTIC ASSESSMENT Zul Amri
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.57 KB)

Abstract

Asesmen otentik (authentic assessment) adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha peserta didik yang telah dilakukannya mendapat penilaian. Asesmen otentik menuntut peserta didik untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkret dan sekaligus bermakna. Studi ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan guru bahasa Inggris SMPN RSBI Kota Padang (SMPN1 dan SMPN8) tentang penilaian otentik. Guru kelas 7 dan 8 dari kedua sekolah ini dijadikan sumber data. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket dan diikuti dengan wawancara. Analisis data dan interpretasi menunjukkan bahwa guru Bahasa Inggris SMPN1 dan SMPN8 Kota Padang mempunyai pengetahuan yang cukup memadai untuk melaksanakan penilaian otentik sesuai dengan standar penilaian.
Unsur Pengenalan Budaya dalam Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Korea: Sarana Menjelajahi Dunia Global Koh Young Hun
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.457 KB)

Abstract

Tahun ini Korea dan Indonesia merayakan empat puluh tahun ulang tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara kedua negara. Selama ini Korea dan Indonesia mengadakan kerja sama dalam berbagai bidang sejak terjalinnya hubungan diplomatik secara resmi pada tahun 1974. Semenjak itu kepala-kepala negara dari kedua negara ini sudah berulang kali saling berkunjung untuk mempererat hubungan kedua negara. Jumlah perdagangan Korea dan Indonesia pada tahun 2012 mencapai U$ 30 miliar, dan penanaman modal Korea di Indonesia juga sampai sekarang berjumlah U$ 10 miliar dalam berbagai projek. Hal tersebut berarti bahwa Indonesia merupakan negara ke-8 terbesar dalam jumlah perdagangan dan ke-7 terbesar dalam jumlah penanaman modal bagi negara Korea. Di samping itu, kerja sama dalam bidang lain juga sudah semakin menonjol, misalnya dalam bidang budaya, pendidikan, dan sebagainya.
ISU-ISU MUTAKHIR DALAM PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN DI ASEAN MASA KINI A.S. Hardy Shafii
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.375 KB)

Abstract

PENGENALANDalam membicarakan perkembangan terkini yang dihadapi dan sedang dipraktikkan di rantau ASEAN1, beberapa perspektif boleh dilihat apabila membicarakan atau meninjau tentang isu-isu mutakhir di dalam seni pertunjukan. Seni pertunjukan sememangnya sudah sebati dengan pengaruh luaran seperti sosio-ekonomi dan juga politik sesebuah negara, di rantau yang berdekatan atau di kawasan yang mempunyai hubungan yang rapat. Namun, pada masa yang sama kedudukan atau sifat yang statik di dalam senario seni itu sendiri telah membentuk satu ruang tepu di mana tiada kondisi yang kontroversial atau yang unik berlaku di sesebuah negara. Dalam menganalisis dan membicarakan isu-isu mutakhir yang telah memberikan pengaruh di dalam senario seni pertunjukan dapat dilihat dari sudut pendidikan, penyelidikan, bentuk persembahan, tema, pentadbiran, kelestarian dan juga anjakan paradigma dalam menentukan hala tuju seni pertunjukan pada masaakan datang.
EXPLORATIVE-EXPERIENCE-BASED TRANSLATION PROJECT FOR TRANSLATING-INTERPRETING CLASS Andy Bayu Nugroho
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.001 KB)

Abstract

Some explorative methods have been done in teaching translation. The approach used in this method is based on the writer’s experience during his teaching. This method is aimed at (1) introducing students to translating business, (2) giving more exposure to students in practicing translating texts, (3) exploring students’ experiences in applying translation theories and strategies, and (4) developing process-based translation research to extend translation teaching methods. The explorative-experience-based translation project is a teaching method in translating-interpreting class which allows students to explore their experience in the ‘real’ translation activities and industry as well as to apply their knowledge on translation theory and strategies of translation. The steps performed in this method are (1) giving brief description to students about business in translation, (2) introducing them to publishers, (3) guiding them in writing proposals for translation field work, (4) conducting advisory during the students’ field work (consisting class discussion and problem solving), (5) interviewing students’ difficulties during their projects, (6) recording students’ major problems (in terms of sentence and text types), and (7) expanding this procedure with a process-based research by the teacher or lecturer. The students involved in this class should have taken some basic courses as introduction to translation (translation studies), translating practice, or other related courses available in the department. Some opportunities and treats are explored through this method. These can enhance teachers’ strategy and method in translating-interpreting class. Keywords: experience, process-based research, translation business, translating project, translation strategy
PEMANFAATAN BAHAN AJAR MEMBACA BERBASIS LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR DI PROVINSI BENGKULU Gumono Gumono
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.516 KB)

Abstract

The aim of this action research is improving students' reading comprehension skills, using local conditions based teaching materials. The comprehension in this research means understanding of the main ideas, facts, opinions, comparisons, and the opposition. Types of data in this research used is the learning process data and student learning outcomes data. Data collected by observation techniques, the study documents, and test. Key instrument of this research is the researcher himself, by making use of supporting instruments in the form of guidelines for observation, document analysis, and test items. Validity test of the data carried by persistent observation, triangulation, and peer review. Data were analyzed using qualitative data analysis techniques of interactive models and simple quantitative analysis. Action research conducted in two cycles. The results of this research is reading instruction using  local conditions based reading materialscan: (a) (1) increasing students' schemata about reading, (2) improving the readiness of self and mental students to understand the content of reading, and (3) increasing the curiosity to the contents of reaing materials; (b) can lead students to determine the purpose of reading; (c). improving student proficiency suggests that information gained from reading and discussion group; and (d) improving students’ speaking skills through brainstorming and improving students’ writing skills through written information obtained from literature. Kata Kunci: pembelajaran, keterampilan membaca, bahan ajar berbasis lokal, sekolah dasar
(TO ROAM) IN SEARCH OF EMPOWERING PEDAGOGICAL THEORIES FOR LANGUAGES LEARNING: LESSONS LEARNED Lesley Harbon
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 2nd ISLA 2013
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.463 KB)

Abstract

William Blake, one of England's greatest poets, the B52s, one of America's top rock bands of the 80s and 90s, and perhaps even the Minangkabau people through their merantau, all acknowledge in their own ways, that to “roam” can be a way to new learning. Blake stated, “How sweet I roam’d from field to field”, expressing the enjoyment of a journey. The B-52s, an American New Wave band, formed in the mid-1970s, sang about the joys of roaming “without wings, without wheels”. The Minangkabau people of West Sumatra encourage/expect their young men and women to roam in search of new knowledge and experiences, merantau, before eventually bringing their learning back home. In fact even modern telecommunications terminology uses the term “roaming”. A belief in the power of “roaming” to seek new truths has been a characteristic of the human journey for a very long time. For more than three decades, I myself have been fortunate enough to have had opportunities to roam in my own search for answers to questions about empowering theories for education in general, and languages education in particular. It is my belief that through the teaching and learning of languages and cultures we can engage with multiculturalism, social justice and inclusion in schools which are in themselves contributing issues adding to the complexity and richness of our society. What I have learned while I roamed about different education systems is that there is generally a deep desire to make schools a better place. Education does this by dividing up the curriculum into subject areas. One such subject area is foreign language education. Yet empowering theories for languages education are not always in evidence and making schools and universities better places may well just be serendipitous, rather than a result of good planning. This paper examines why we want (and need) to empower the individuals in our schools and universities, what it might look like to empower language teachers and students through an intercultural orientation, and how dialogue and reflexivity are crucial as we continue to roam.

Page 1 of 3 | Total Record : 21