cover
Contact Name
Pendidikan Sosiologi
Contact Email
sosiologi@untirta.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
yustikairfani@untirta.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika
ISSN : 24773514     EISSN : 26140055     DOI : -
Core Subject : Social,
“Hermeneutika”memuat hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan sains dan teknologi dalam bidang sosiologi.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2019)" : 5 Documents clear
Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Penggemar Budaya Populer Korea Rosi Apriliani; Rizki Setiawan
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.245 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v5i2.7234

Abstract

AbstrakMenyebarnya budaya populer Korea ke Indonesia menyebabkan timbulnya tindakan konsumtif di kalangan penggemarnya. Termasuk mahasiswa FKIP Untirta yang juga tidak lepas dari pengaruh gelombang Korea tersebut. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pembentukan konsep diri mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang menggemari budaya populer Korea. Budaya populer Korea yang dimaksud adalah drama Korea dan musik K-Pop. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan tenik observasi, wawancara terstruktur dan mendalam, serta dokumentasi. Subjek penelitian terdiri dari lima belas mahasiswa penggemar budaya populer Korea yang terbagi menjadi tiga karakteristik yaitu penggemar drama Korea, penggemar musik K-pop, serta penggemar drama Korea dan musik K-pop. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa penggemar budaya populer Korea melakukan tindakan konsumsi berupa makanan, pakaian, riasan dan merchandise K-pop. Dalam pikiran (Mind), penggemar budaya populer Korea memberikan pemaknaan terhadap drama Korea dan musik K-pop sebagai hiburan dan impian. Sebagai diri (Self) yang terbagi menjadi aku (I) dan diriku (Me), penggemar budaya populer Korea melakukan tindakan yang spontan seperti melakukan fanwar dan terkontrol dengan cara memikirkan kembali tindakan yang telah dilakukannya. Di masyarakat (Society) yaitu lingkungan kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, penggemar budaya populer Korea berinteraksi dengan sesama penggemar maupun non-penggemar.Kata kunci: Mahasiswa, Budaya Populer Korea, Konsep Diri. Abstract The spread of popular Korean culture to Indonesia has led to the emergence of consumptive actions among fans. Including FKIP Untirta students who are also not free from the influence of the Korean wave. This study aims to describe Forming of Self-Concept of College Student are Fans of Korean Popular Culture at the Faculty of Teacher Training and Education Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. The Korean popular culture in question is Korean drama and K-Pop music. This type of research uses a qualitative descriptive method. The technique of collecting data uses observation, structured and in-depth interviews, and documentation. The subject of the study consisted of fifteen students fans of Korean popular culture who were divided into three characteristics, namely fans of Korean drama, K-pop music fans, and fans of Korean drama and K-pop music. The results showed that students of Korean popular culture carried out consumption actions in the form of food, clothing, makeup and K-pop merchandise. In Mind, fans of Korean popular culture give meaning to Korean drama and K-pop music as entertainment and dreams. As Self which is divided into I and Me, fans of Korean popular culture take spontaneous actions such as doing fanwar and being controlled by rethinking the actions they have taken. In Society, namely the environment of the Teacher Training and Education Faculty of Sultan Ageng Tirtayasa University, fans of Korean popular culture interact with fellow fans and non-fans.Keywords: Students, Korean Popular Culture, Self-Concept.
Fenomena Anak Putus Sekolah di Kawasan Industri Kota Cilegon Denny Soetrisnaadisendjaja; Nurkartika Sari
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.681 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v5i2.7383

Abstract

Abstrak  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi pendidikan dalam hal ini adalah penyebab anak putus sekolah dan dampak setelah mengalami putus sekolah serta mencari makna pendidikan bagi anak yang telah mengalami putus sekolah di kawasan industri kota Cilegon. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara terstruktur, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian terdiri dari lima orang anak yang mengalami putus sekolah dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu anak putus sekolah pada jenjang SMA/Sederajat yang bertempat tinggal di kota Cilegon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab anak putus sekolah terbagi ke dalam dua bagian yakni, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor lingkungan yang disebabkan oleh menurunnya motivasi anak untuk bersekolah karena terbawa temannya untuk membolos. Dan kedua, faktor ekonomi yang membuat anak terpaksa berhenti sekolah dan memilih bekerja untuk membantu orang tua dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Sedangkan faktor internal yakni faktor sakit. Anak memiliki kondisi fisik lemah yang mempengaruhi daya tahan tubuhnya sehingga tidak dapat bersekolah. Dampak yang dirasakan anak setelah mengalami putus sekolah merasa kecewa kepada dirinya sendiri dan merasa menyesal karena telah mengecewakan orang tuanya. Rendahnya pendidikan membuat anak mengalami kesulitan terutama dalam mencari pekerjaan karena tidak memiliki ijazah. Selain itu, berkurangnya interaksi anak dengan teman-teman dan orang-orang sekitar sehingga lebih sering menganggur di rumah dan tidak melakukan kegiatan yang bermanfaat. Anak-anak yang mengalami putus sekolah memaknai pendidikan merupakan hal yang penting dengan alasan yang berbeda-beda menurut sudut pandangnya masing-masing.  Kata-kata Kunci: Anak Putus Sekolah; Kondisi Pendidikan; Makna Pendidikan; Faktor Penyebab       Abstract  The objective of this research was to describe the condition of education. In this case, the researcher found out the causes of why the children dropped of school, the effect after their dropped of school, and also to find out the meaning of education for the children who dropped of school in the industrial area of Cilegon. This research used qualitative of descriptive method. The collection of data technique were the structured interview, observation, and documentation. The sample of this research was consisted of five childrens dropped of school with the determined criterion was senior high school that was lived in Cilegon. The result showed that the factors caused the children dropped out was divided into two parts, that were the external and internal factors. External factor was caused by two things. The first, enviromental factor it can reduced the childrens motivation to go to school, because they were followed their friends to truant in the school. The second, factor of economy. It made the children should stopped from the school and chose to work to help their parents for their daily needs. Meanwhile, the internal factor was sick. The children had work physical which influenced their immune. It made the children was disappointed and regretted not only to themselves but also to their parents, because the children can not go to school. The lack education made the children difficulties in finding the job, because they have no graduate certificate in other hand, the minimalization of childrens interaction with the other so that made them unemployed and did not do something useful in their home. The children who dropped of school considered the education was important in different reasons based on their own perspectives. Keywords: Dropout Children; Educational Condition; Meaning of Education
IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 PANDEGLANG Septi Kuntari; Reva Febrianti
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v5i2.7384

Abstract

Abstrak       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan eksperimen murni sebagai metode penelitian dengan desain posttest only control group design. Sebelum melakukan penelitian peneliti mempersiapkan instrument tes terlebih dahulu, dimana instrument tes ini diberikan kepada kelas yang lebih tinggi, setelah itu dilanjutkan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah tes dinyatakan valid dan reliabel, kemudian dilanjutkan dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah data dinyatakan normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji-t.       Dari hasil hipotesis menggunakan uji-t diperoleh nilai t hitung < t tabel, yaitu sebesar 0.000 <0.05, hal ini sesuai dengan pengambilan keputusan dalam uji-t, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, Ha diterima dan berarti bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar sosiologi siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, dengan perolehan F-hitung 19.312 > F-tabel 3.98.  Kata Kunci : Cooperative Learning, Jigsaw, Hasil Belajar
Pendidikan Moral Melalui Tradisi Kesantrian Di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Fathaniyah Kota Serang Sastra Juanda; stevany afrizal; hardiyanti hardiyanti
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.447 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v5i2.7385

Abstract

Artikel ini merupakan hasil peneltian yang menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pendidikan moral melalui berbagai tradisi kesantrian di pesantren salafiyah Al-Fathaniyah.Berdasarkan data yang dihimpun yang telah dianalisis, terdapat beberapa temuan, diantaranya (1) Pondok Pesantren Al-Fathaniyah menanamkan proses pendidikan moral kepada santri melalui berbagai tradisi kesantrian yang dijalankan oleh seluruh elemen masyarakat pesantren yang menjadi cerminan dalam mengaplikasikan visi dan misi lembaga pesantren.(2) Setiap tradisi kesantrian yang dijalankan mengandung nilai-nilai pendidikan moral didalamnya. Beberapa tradisi kesantrian yang masih dijalankan, yaitu: mengaji kitab kuning, gotong royong mendirikan bangunan maupun membersihkan pesantren, ziarah ke makam ulama, peringatan hari besar Islam, muhadharah, marhabanan, makan dalam satu wadah, memakai kain sarung dan menggunakan penyebutan Mamang dan Bibi santri.
Fashion dan Gaya Hidup: Representasi Citra Muslimah Cantik, Modis dan Fashionable dalam Iklan Wardah Yustika Irfani Lindawati
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.787 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v5i2.7387

Abstract

AbstrakWanita dan kecantikan merupakan dua hal yang saling berhubungan erat, ibarat dua sisi mata uang. Citra cantik telah demikian meresap dan diterima nyaris tanpa resistensi oleh masyarakat. Media terutama iklan mempunyai peran besar dalam mengkonstruksi citra cantik. Bahkan kini muncul tren fashion hijab dimana berisi wanita-wanita muslimah berhijab yang tetap tampil modis dan fashionable. Tren fashion hijab ini dimanfaatkan oleh pelaku industri kecantikan khususnya kosmetik seperti Wardah untuk meluncurkan produk kosmetiknya dengan melekatkan sensibilitas agama dalam produknya. Wardah muncul dengan mengusung wacana kosmetik halal sehingga mampu menggaet konsumen dari kalangan wanita muslim berhijab untuk percaya menggunakan produk kosmetiknya. Iklan kosmetik Wardah pun menampilkan Dewi Sandra sebagai selebriti berhijab untuk menambah kesan Islami pada produk Wardah. Pemilihan Dewi Sandra sebagai brand ambasador Wardah ternyata mampu merepresentasikan citra muslimah berhijab yang modis dan fashionable. Hal ini terlihat dalam iklan Wardah Exclusive Series versi Dewi Sandra di Paris. Adegan yang ditampilkan dalam iklan tersebut memperlihatkan bahwa wanita muslim berhijab dapat tampil modis dan fashionable dengan gaya berpakaian sesuai trend fashion yang tengah populer. Baudlillard menjelaskan fenomena ini dengan mengatakan bahwa masyarakat ini telah teracuni oleh tanda dan dari segala macam jenis produksi massa. Kondisi ini memicu masyarakat untuk selalu berdandan, selalu tampil modis dan fashionable (dandy) dalam setiap interaksi sosialnya. Wanita muslim berhijab kini terjebak dalam lautan panggung yang tidak bisa memisahkan mana yang riil dan tidak rill karena mereka berpenampilan layaknya public figure dalam setiap kesempatan.Kata kunci: Cantik, kosmetik halal, wanita muslim AbstractWomen and beauty are two things that are closely interrelated, like two sides of a coin. Beautiful images have been so pervasive and accepted almost without resistance by the public. Media, especially advertising, has a big role in constructing beautiful images. Women's fashion and lifestyle are not separated from the affairs of the canti. Even now there is a hijab fashion trend which contains Muslim women wearing hijab who still look fashionable and fashionable. This hijab fashion trend is used by beauty industry players, especially cosmetics such as Wardah to launch their cosmetic products by attaching religious sensibility in their products. Wardah came up with a halal cosmetics discourse that was able to attract consumers from Muslim women wearing hijab to believe in using their cosmetic products. Wardah cosmetics commercials also feature Dewi Sandra as a hijab celebrity to add an Islamic impression to Wardah products. The selection of Dewi Sandra as ambasador brand Wardah'swas able to represent the image of a fashionable and fashionable Muslim hijab. This can be seen in the Wardahadvertisement by Exclusive Series Dewi Sandra in Paris. Baudlillard explains this phenomenon by saying that this society has been poisoned by signs and from all kinds of mass production. This condition triggers people to always dress up, always look fashionable and fashionable (dandy) in every social interaction. Muslim women wearing hijab are now trapped in a sea of stage that cannot separate what is real from real because they look like public figures at every opportunity.Key word: beauty, halal cosmetics, muslim women

Page 1 of 1 | Total Record : 5