cover
Contact Name
Pendidikan Sosiologi
Contact Email
sosiologi@untirta.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
yustikairfani@untirta.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika
ISSN : 24773514     EISSN : 26140055     DOI : -
Core Subject : Social,
“Hermeneutika”memuat hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan sains dan teknologi dalam bidang sosiologi.
Arjuna Subject : -
Articles 65 Documents
Peningkatan Pemahaman Konsep Dasar Sosiologi melalui Media Pembelajaran Teka Teki Silang Sosiologi Hisnuddin Lubis
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.128 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v4i2.4830

Abstract

AbstrakMedia pembelajaran merupakan wahana dan penyampai informasi pendidikan yang dirancang secara baik untuk membantu peserta didik dan mahasiswa memahami meteri perkuliahan. Di era digital ini menuntut peserta didik agar lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan pemahaman knowledge salah satunya dengan hadirnya media pembelajaran teka teki silang, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep dasar sosiologi. Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran sudah merupakan suatu tuntutan. Walaupun prancangan media pembelajaran teka teki sosiologi memerlukan keahlian khusus, bukaberarti media tersebut dihindari adapun media tersebut meliputi komponen soft ware, Leaning Management system (LMS), dan learning content (LC) Kata Kunci. Media Pembelajaran, Teka Teki Sosiologi, Teknologi.Abstract Learning media is a vehicle and transmitter of educational information designed to help students and students understand lecture methods. In this digital era requires students to be more creative and innovative in providing understanding of knowledge, one of which is the presence of crossword puzzle learning media, which aims to improve understanding of the basic concepts of sociology. The use of technology as a learning media has been integrated. Although the practical media of learning sociological puzzles is special, it does not mean that the media is avoided as for the media including soft ware components, Lean Management systems (LMS), and learning content (LC). Keywords. Learning Media, Puzzle Sociology, Technology.
Respek Siswa terhadap Guru Lola Utama Sitompul
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.904 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v3i2.3087

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai bagaimana gambaran respek siswa-siswa terhadap guru-guru yang meliputi cara siswa respek dan tidak respek terhadap guru dan karakter guru yang menyebabkan para siswa respek dan tidak respek terhadap guru. Dengan menggunakan teori “habitus” Bourdieu, yang digunakan untuk fokus pada cara-cara dimana orang-orang yang secara sosial diuntungkan atau tidak diuntungkan menunjukkan sikap-sikap yang tertanam dalam habitus mereka dalam interaksi sehari-hari. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi di kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung dan studi dokumen. Lokasi penelitian dilakukan di SMA SPK Jakarta Utara. Informan yang terdapat dalam penelitian ini sebanyak 8 orang siswa kelas 10 yang dibagi ke dalam dua kategori yaitu 4 orang siswa yang paling respek terhadap guru dan 4 orang siswa yang paling tidak respek terhadap guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa respek terhadap gurunya dengan cara mendengarkan penjelasan guru, tidak keluar dari kelas selama pelajaran berlangsung, mau berbicara kepada guru, memberi salam ketika berjumpa dengan guru, dan tidak kasar terhadap guru. Siswa tidak respek terhadap guru ditunjukkan dengan cara telat datang ke kelas, tidak memperdulikan pelajaran, nyolotin guru, menyahuti guru, berteriak di kelas, berbicara ketika guru sedang menjelaskan, tidur di kelas, tidak mengikuti doa pagi, berbicara tidak sopan kepada guru, membicarakan guru di belakang, marah-marah ke guru hingga kabur dari kelas.Kata kunci : Respek, Habitus, Guru, SiswaAbstractThis study aims to obtain data about how the description of the students' respect for teachers, this includes the way students respect and disrespect the teacher and teacher characters that cause the students respect or disrespect the teacher. Bourdieu's "habitus" theory is used to focus on the ways in which people who are socially advantaged or disadvantaged show attitudes internalized in their habitus in day-to-day interactions. This study uses a qualitative approach with case study method. The data collection was taken from interview, observation, and document studies. The location of the research was conducted in SPK Senior High School, North Jakarta. The informants included in this study were 8 students of 10th grade and are divided into two categories: 4 students who show most respect to the teachers and 4 students who show less respect to the teachers. The results showed that the students respect the teacher by listening to the teacher's explanation, staying in the class during the lesson, willing to talk to the teacher, greeting the teacher when students meet the teacher, and not being rude to the teacher. Students who are disrespectful to the teachers indicated by coming late to the class, ignoring lessons, being offensive, talking back, shouting in class, talking while the teacher is explaining, sleeping in class, not following the morning prayer, speaking impolite to the teacher, talking about the teacher at the back, being angry to the teacher and skipping the class. Keywords : Respect, Habitus, Students, Teachers.
Mengentaskan Kemiskinan: Multidimensional Approach Hisnuddin Lubis
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2214.744 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v3i1.2901

Abstract

Abstrak Kemiskinan merupakan persoalan krusial dalam pembangunan nasional. Terdapat beberapa tipologi  kemiskinan dari berbagai perspektif. Sesungguhnya persoalan kemiskinan ini bukan sekedar  permasalahan ekonomi, melainkan permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Oleh karena  terdapat relatifitas dalam memahami kemiskinan, maka kemiskinan dapat dipahami dan  dikategorikan sebagai kemiskinan berdimensi ekonomi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan  relatif. Kemiskinan berdimensi sosial-budaya yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan berdimensi  struktural yaitu kemiskinan struktural. Pengentasan kemiskinan tidak selamanya berdimensi  ekonomi, berikut dibahas melalui pendekatan peran, fungsional struktural, kapabilitas sistem politik  dan partisipatif. Dimana pokok persoalan adalah bagaimana stakeholder menjalankan fungsi dan  peran masing-masing. Pemerintah, swasta dan masyarakat merupakan tiga elemen kunci dalam  program pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan di Indonesia diklasifikasikan  menjadi dua, program delivery approach dan emergency, yang sifatnya mendesak, jangka pendek  dan program yang bersifat capacity building dan sustainability, yaitu program strategis jangka  panjang yang mengedepankan peningkatan kapasitas masyarakat dan keberdayaan masyarakat.  Masing-masing program dan strategi pengentasan kemiskinan mempunyai kelebihan dan  kelemahan, tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu diperlukan efektifitas dan efisensi program  pengentasan kemiskinan dalam implementasinya. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi  diperlukan langkah strategis, pemetaan masalah, pemetaan kelompok sasaran, implementor dan  monitoring. Kata Kunci: kemiskinan, program pengentasan kemiskinan, capacity building, pendekatan partisipatif, delivery approach Abstract Poverty is a crucial issue in national development. There are several typologies from different perspectives. In fact this is not an economic barrier, the release of social, economic, cultural and  political issues. Because there is a relative importance in understanding poverty, poverty can be  understood and categorized as economic dimensionless poverty, namely absolute poverty and  relative criticism. Social-cultural dimension of poverty. Poverty alleviation is not always economic  dimension, following example above role, structural functional, political and participative system  capability. Where the main problem is how stakeholders perform their respective functions and  roles. Government, private and public are the three key elements in poverty alleviation programs.  Poverty alleviation programs in Indonesia are classified into two, urgent, short-term and  emergency programming and delivery approaches that require capacity building and sustainability,  a long-term strategic program that promotes community capacity building and community  empowerment. Each poverty reduction program and strategy has its advantages and disadvantages,  nothing is perfect. Therefore, the effectiveness and efficiency of poverty reduction program is  needed. To achieve the effectiveness and efficiency required strategic steps, problem mapping,  target group mapping, implementing and monitoring. Keywords: poverty, poverty alleviation program, capacity building, participatory approach, delivery approach.
Gambaran Perilaku Menyimpang Mahasiswa Indekost dan Upaya Pencegahannya Nurul Hayat
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.06 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v4i1.4825

Abstract

AbstrakPara siswa yang indekost kebanyakan berasal dari daerah yang jauh, seperti mengakses film negatif, hingga jatuh ke dalam hubungan negatif dengan para mitranya, dampaknya adalah untuk menjangkau orang tua, pemilik rumah kost, dan pengembangan media dari media telekomunikasi yang disalahgunakan, ini harus dicegah pendekatan oleh semua pihak.Kata kunci: siswa, ruang, perilaku menyimpangAbstractStudents who are boarding houses are mostly from distant regions, the behavior of daily life of students is sametimes deviant such as accessing negative film, until falls into a negative relationship with its partner, the impact is in addition to the reach of parents, boarding house owners, and the development media of misused telecommunications media, this must be prevented approach by all parties.Keyword : students, space, deviant behavior
Transformasi Jaringan Kegiatan Aliran Agama Jemaat Ahmadiyah Provinsi Jawa Barat Wahid Abdul Kudus
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.433 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v3i1.3083

Abstract

AbstrakPenelitian ini membahas transformasi yang terjadi dan berkembang dalam jaringan kegiatan Jemaat  Ahmadiyah. Sasarannya  untuk  dipelajari  orang  luar yang  menyimpang  dan  mencemari  kemurnian  agama yang mencakup doktrin hukum Islam, doktrin yang membingungkan, mengaku diri sebagai  nabi,  ekonomi  dan  penyaluran  dakwah  media  antusias  religius  dan  membangkitkan  keberanian  untuk mempercayainya.Dalam  penelitian  ini,  menggunakan  pendekatan  kualitatif  dan  kuantitatif  dalam  bentuk  deskripsi  dengan  pendekatan  fenomenologi.  Pendekatan  ini  melihat  bahwa  sebuah  fenomena  harus  diakui  secara menyeluruh lebih ditekankan pada proses kemudian hasilnya.Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan esensi hukum Islam di Ahmadiyah yang menekankan pasa  transformasi spiritualyang berbasiskan Alquran dan Hadis. Penetuan doktrin yang membingungkan  setelah  menutup  pusat  kegiatan  disebabkan  perbedaan  pendapat  tentang  interpretasi  rasional  Alquran sehubungan  dengan  nabi,  penerus  dan  Mahdi.  Proses  transportasi spiritual  jemaat  adalah  satu  struktur, dilakukan  untuk  memperbaharui  kesadaran akan  ketuhanan dan  budaya pada  tingkat  kehidupan  sosial  jemaat;  yang  dilakukan  sebagai  usaha  maksimal  untuk  merasionalisasi  dan  menyesuaikan kepercayaan jemaat.Gambar  dari  klaim  sebagai  nabi  sesudah  Nabi  Muhammad  untuk  menutup  fasilitas  keagamaan  karena  kepercayaan  yang  mendalam  yang  dibutuhkan dibutuhkan  transformasi  melalui  kombinasi  antara  renungan  dan keyakinan  yang  diterapkan  dalam  kehidupan  sehari-hari,  perjuangan  dan  pelayanan  publik  yang  perlu  didukung  dengan  fasilitas  ekonomi  agar  bisa  meningkatkan  kepercayaan dan iman. Doktrin spiritual dengan pemikiran rasional yang sopan, ramah dan percaya  diri untuk mengirimkan tulisan untuk menarik simpati masyarakat.Hegemoni  yang  ditanamkan  dalam  semangat  Jemaat  Ahmadiyah  berimplikasi  pada  terjadinya  asimilasi  teologi,  akulturasi  ideologi,  evolusi  religius  dan  naturalisasi  kepercayaan  untuk  mengembangkan jaringan historis-sosiologis.  Kata Kunci: Transformasi Jaringan, Jemaat AhmadiyahAbstractThis research is attempted to study the transformations that occur and develops within network of  activities  of Ahmadiyya’s congregation.  The  targets  to  be  studied  outsider  that  deviate  and  contaminate purity of religion that include the doctrines of Islamic law, confused doctrine, claiming  oneself as Prophet, the economic and proselytize medium of religious enthusiastic channeling, and  generating the courage to believe them. In  this  research,  it  has  used  a  combination  of  qualitative  and  quantitative  approaches  in  a  descriptive  form  with  phenomenology  approach.  This  approach  saw  that  a  phenomenon  must  be  recognized holistically by more emphasized on process then results. Based  on  results  of  research,  it  had  found  that  essence  of  Islamic  law  of Ahmadiyya  was  emphasized  on  spiritual  transformation  that  based  on  Holy  Quran  and  the  true  Hadith.  The  determination of doctrine that was puzzled post closing its central of activities due to difference in  opinion about rational interpretation of Holy Quran in regard with prophet hood, successor and the  Mahdi. The spiritual transportation process of the congregation was structured one, taken place in  order to  renewing  the  consciousness of  the  Godliness and  culture on  the  level of  social  life of  the  congregation; that was carried out as maximal efforts to rationalize and to adjust the congregation  believes. The picture from claim as prophet after Mohammad to closing the religious facility due to depth of  the believe that required transformation through a combination of devotional and faith that applied  in  the  daily  lives,  struggle  and  public  service  that  required  to  be  supported  with  economical  facilities  in  order  to  improve  believe  and  faith.  The  spiritual  doctrine  with  rational  thinking  was  used  as  polite,  friendly, and  self  confident  proselytize  medium  to  transmit  the  essay  in  order  to  attract the sympathy of the public. Hegemony  that  was  implanted  in  the  spirit  of  the Ahmadiyya congregation has implication’s on  occurrence  of  theology  assimilation;  ideology  acculturation;  evolution  of  religious  and  naturalization of believes in order to develop a historical-sociological network..Keywords: Network Transformation , Ahmadiyah congregation
Kajian Etnopedagogi: Seba dalam Masyarakat Baduy Adang Heriawan; Denny Soetrisnaadisendjaja; Siska Hidayati
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.905 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v4i2.4831

Abstract

Abstrak Etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan lokal (local nowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, Hafid, et al (2015) menegaskan bahwa “...Ethnopedagogy is an educational practice based on local wisdom in various fields such as medicinal treatment, selfdefence art, living environment, agriculture, economy, government, calendar system, and etc. Ethnopedagogy perceives that knowledge or local wisdom as the source of innovation and skill that can be empowered for the sake of the society’s welfare...”. Pendapat ini menegaskan bahwa etnopedagogi mengangkat nilai- nilai kearifan lokal sebagai bagian penting dalam proses pendidikan, sebagai bagian dari proses pembudayaan. Selain itu, dalam ekskalasi interaksi sosial yang semakin dinamis karena berbagai isyu yang akan menjadi pemicu munculnya konflik, juga menempatkan etnopedagogi sebagai model pembelajaran berbasis perbedaan dalam upaya menemukan upaya penyatuan dalam perbedaan itu sendiri. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Guzaliya Zh Fahrutdinova (2016) dalam salah satu kajian empiriknya menjelaskan sebagai berikut : “ With the increased tension in human relations, in a burst of misundertsanding, ethnic conflicts, which have proliferated in a new socio-cultural environment, the study of processes of interaction in multi-ethnic educational environment and upbringing, the emerging national identity for centuries, actualizes the importance of contemporary problems of etnopedagogical education”.Pendidikan melalui pendekatan etnopedagogi, melihat pengetahuan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan (Priadi Surya, 2011) untuk proses pembelajaran yang sedang dan akan berlangsung. Kearifan lokal merupakan ungkapan budaya yang khas, didalamnya terkandung tata nilai, etika, norma, aturan dan ketrampilan suatu komunitas dalam memenuhi tantangan keberlanjutan kehidupannya (Suswandari, 2017). Bahkan tidak jarang, kearifan lokal sering digunakan sebagai lokal decisión making, sebagaimana berlaku dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dan berbagai aktivitas sosial lainnya dalam lingkungan kehidupan masyarakat.Kata Kunci, Etnopaedagogi, seba, masyarakat dam baduy.Abstract Ethnopedagogy views knowledge or local wisdom (local knowledge) as a source of innovation and skills that can be empowered for the welfare of society. Furthermore, Hafid, et al (2015) asserted that "... Ethnopedagogy is an educational practice based on local wisdom in various fields such as medicinal treatment, self-defense art, living environment, agriculture, economy, government, calendar system, and etc. Ethnopedagogy perceives that knowledge or local wisdom as the source of innovation and skill that can be empowered for the sake of the society ... ". This opinion emphasizes that ethnagagogy elevates the values of local wisdom as an important part of the education process, as part of the civilization process. In addition, in the escalation of increasingly dynamic social interactions because various issues that will trigger the emergence of conflict, also places ethnopedagogy as a difference-based learning model in an effort to find efforts to unite in the differences themselves. This as revealed by Guzaliya Zh Fahrutdinova (2016) in one of his empirical studies explains as follows: "With the increase in human relations tension, in a burst of misunderstanding, ethnic conflicts, which have proliferated in a new socio-cultural environment, the "The study of interaction in multi-ethnic educational environment and upbringing, the emerging national identity for centuries, actualizes the importance of contemporary problems of ethnoagogical education".Education through the ethopedic approach, sees local knowledge as a source of innovation and empowerable skills (Priadi Surya, 2011) for the ongoing and ongoing learning process. Local wisdom is a distinctive cultural expression, in which the values, ethics, norms, rules and skills of a community are contained in meeting the challenges of sustainability of life (Suswandari, 2017). In fact, not infrequently, local wisdom is often used as a local decisión making, as applicable in the field of natural resource management and various other social activities in the community's living environment.Keywords, Etnopaedagogi, seba, community and baduy.
Dinamika Pengembangan Pariwisata Pantai Goa Cemara di dusun Patihan Yustika Irfani Lindawati
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.402 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v4i1.4803

Abstract

AbstrakPengembangan pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) merupakan bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pengembangan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika pengembangan pariwisata Pantai Goa Cemara yang dilakukan oleh masyarakat dusun Patihan sebagai masyarakat lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah indigeneous methodologies. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa ide pengembangan pariwisata berasal dari individu dalam masyarakat lokal. Perkembangan pariwisata Pantai Goa Cemara hanya meliputi dua tahap yaitu discovery dan local response and initiative. Keterlibatan masyarakat dusun Patihan sebagai perencana, pelaksana, pengelola dan pemantau serta evaluator sesuai dengan prinsip pengembangan pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT). Kata kunci: dinamika pengembangan pariwisata, fase perkembangan pariwisata, community based tourismAbstract Community based tourism is a form of tourism that provide opportunities for local communties to control and involve the management and development of tourism. This study aims to determine the dynamics of the development of Goa Cemara Beach tourism carried out by the community of Patihan hamlet as a local community. The research method used is independent methodologies. Data collection is done by observation, in-depth interviews and literature studies. The results of the study show that the idea of tourism development comes from individuals in the local community. The development of Goa Cemara Beach tourism only includes two stages, namely discovery and local response and initiative. The involvement of the Patihan hamlet community as planners, implementers, managers and monitors and evaluators is in accordance with the principles of community-based tourism development (CBT). Key word: the dynamics of tourism development, the phase of development of tourism, community based tourism, community based tourism
Pembangunan Nilai Demokrasi dan Nasionalisme sebagai Kurikulum Tersembunyi di SMAN CMBBS Rizki Setiawan
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.017 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v3i1.3010

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan  untuk  mendeskripsikan  pembangunan  karakter  melalui  penanaman  nilai  demokrasi dan nasionalisme peserta didik melalui kurikulum tersembunyi. Metode penelitian yang  digunakan adalah kualitatif dengan strategi studi kasus. Lokasi penelitian ialah di SMAN CMBBS  Pandeglang, Banten. Hasil penelitian menunjukkan, (1) terdapatnya praktik pembangunan karakter  melalui  penanaman  nilai  demokrasi  dan  nasionalisme  beserta  kearifan  lokal  pada  peserta  didik  melalui kurikulum tersembunyi. (2) Nilai-nilai demokrasi yang dikembangkan dalam pembelajaran  adalah  sebagai  berikut:  pemahaman  hak  dan  kewajiban;  keberanian  berargumentasi;  mampu  membuat  kesepakatan;  memiliki  toleransi;  menghormati  pendapat;  mampu  memimpin;  bertanggungjawab;  dan  memiliki  rasa  persatuan.  (3)  Nilai-nilai  nasionalisme  yang  dikembangkan  dalam  pembelajaran  untuk  membentuk  perilaku  siswa  ialah  berupa:  taat  dengan  aturan  di  lingkungan sekolah; perilaku jujur; tanggung jawab; toleransi; saling menghargai dan menghormati;  disiplin; religius; mandiri; demokratis; cinta tanah air; dan peduli dengan teman.Kata Kunci: kurikulum tersembunyi, pendidikan demokratis, nasionalisme, pendidikan.AbstractThis  study  aims  to  describe  the  development  of  character  through  the  cultivation  of  democratic  values and  nationalism  of  learners  through  a  hidden  curriculum.  The  research  method  used  is  qualitative  with  case  study  strategy.  The  research  location  is  at  SMAN  CMBBS  Pandeglang,  Banten. The results show, (1) the existence of character building practices through the inculcation  of  democratic  values and  nationalism  along  with  local  wisdom  to  learners  through  the  hidden  curriculum.  (2)  The  values of  democracy  developed  in  learning  are  as  follows:  understanding  of  rights and obligations; courage to argue; able to make a deal; have tolerance; respect for opinion;  able to lead; to be responsible; and have a sense of unity. (3) The values of nationalism developed  in  learning  to  shape  student  behavior  are  in  the  form  of:  abiding  by  the  rules  in  the  school  environment;  honest  behavior;  responsible;  tolerance;  mutual  respect  and  respect;  discipline;  religious; independent; democratic; love the homeland; and caring with friends.Keywords: hidden curriculum, democratic education, nationalism, education.
Implementasi Bahan Ajar Berbasis Web pada Mata kuliah Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Jurusan Pendidikan Sosiologi Untirta Rizki Setiawan; Septi Kuntari
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.753 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v4i2.4826

Abstract

AbstrakArtikel ini merupakan hasil penelitian yang  menggunakan metode Research and Development (R & D). Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui efektifivitas  bahan ajar berbasis Web pada Mata Kuliah Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bahan Ajar Berbasis Web sebelum digunakan, telah melalui tahapan validasi yang dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Setelah di validasi oleh ahli media dan ahli materi, kemudian bahan ajar berbasis web di uji cobakan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, tahapan uji coba meliputi ujicoba terbatas dan ujcoba secara luas.Uji Keefektifan Bahan Ajar menggunakan t test (Uji- t) pada taraf signifikansi 5% , diperoleh  thitung sebesar 42,566 dan ttabel sebesar 2,064. Hal ini menunjukkan bahwa thitung> ttabel .Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis web terbukti efektif pada mata kuliah pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.Kata Kunci: pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, sosiologi pembangunan, pembelajaran berbasis web. AbstractThis article was the result of research using the Research and Development (R & D) method. The purpose of the study was to determine the effectiveness of Web-based teaching materials in the Development and Community Empowerment Course. Web Based Learning Materials before being used, have gone through the stages of validation carried out by media experts and material experts. After being validated by media experts and material experts, then Web-based teaching materials were tested on students of the Department of Sociology Education at Sultan Ageng Tirtayasa University, the stages of the trial included limited trials and extensive trials.Teaching Materials Effectiveness Test using t test (t-test) at the significance level of 5%, obtained tcount of 42.566 and t table of 2.064 This indicates that tcount> t table.Conclution of this study is that Web-Based Teaching Materials proved effective in development and community empowerment courses.Keywords: development and community empowerment, sociology of development, web-based learning
Globalisasi dan Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (Studi Deskriptif Sosiologi Kependudukan) Haryono Haryono
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.634 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v3i2.3084

Abstract

AbstrakGlobalisasi telah menghilangkan batas-batas negara dan juga menghilangkan rintangan antara yang berupa biaya pindah yang tinggi, topografi daerah dan juga transportasi. Hilangnya hambatan antara itu mendorong orang untuk melakukan migrasi internasional. Dengan kata lain globalisasi telah menghilangkan hambatan orang untuk melakukan migrasi antar negara bahkan antar benua. Migrasi internasional tenaga kerja didefinisikan sebagai pergerakan orang dari satu negara ke negara lain dengan tujuan mendapatkan pekerjaan. Saat ini, diperkirakan sekitar 105 juta orang bekerja di negara selain negara kelahirannya. Namun, walaupun ada banyak upaya dilakukan untuk melindungi para tenaga kerja migran tersebut, banyak di antara mereka mengalami kerentanan dan menghadapi risiko yang serius selama menjalani proses migrasi. Migrasi antar negara di era globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dicegah atau dihindari. Motif yang mendasari perpindahan tenaga kerja antar negara atau migrasi internasional. Motif yang pertama, mereka bekerja ke luar negeri dengan tujuan untuk menjual tenaga, keterampilan atau kepandaian mereka. Biasanya arus utama aliran tenaga kerja motif ini berasal dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju, atau dari negara-negara miskin ke negara-negara kaya, atau dari negara-negara surplus tenaga kerja ke negara-negara yang mengalami kekurangan tenaga kerja. Motif yang kedua, mereka bekerja ke luar negeri sehubungan dengan penjualan teknologi ataupun penanaman modal. Arus utama dari motif kedua ini umumnya adalah dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang. Globalisasi membuka orang untuk melakukan perpindahan dengan berbagai alasan yang dimilikinya. Permasalahan migrasi ini juga bukan menjadi permasalahan negara penerima saja, tetapi juga negara pengirim dimana setelah migran ini kembali ke negara asal akan menjadi permasalahan yang harus diselesaikan. Penyempurnaan dan perbaikan sistem pendidikan dan pelatihan calon tenaga migran menjadi prioritas agar mereka memiliki kualitas dan daya saing yang tinggi serta mengetahui hak-haknya sebagai pekerja migran. Sebagai warga dunia, pekerja migran Indonesia diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kemajuan dan kesejahteraan pada tingkat nasional dan global. Kata Kunci: globalisasi, tenaga kerja migran Indonesia. AbstractGlobalization has eliminated state boundaries and also removes barriers between high moving costs, regional topography and transportation. The loss of barriers between them encourages people to do international migration. In other words, globalization has removed the barriers of people to migrate between countries and even between continents. International labor migration is defined as the movement of people from one country to another with the aim of gaining employment. Currently, an estimated 105 million people work in countries other than their home countries. However, despite many attempts to protect these migrant workers, many of them are vulnerable and face serious risks during the migration process. Migration between countries in the era of globalization is something that can not be prevented or avoided. Motives underlying labor migration between countries or international migration. The first motive, they work abroad with the aim to sell their energy, skills or intelligence. Usually the mainstream of the labor flow of this motive originates from developing countries to developed countries, or from poor countries to rich countries, or from labor surplus countries to labor-less countries. The second motive, they work abroad in connection with the sale of technology or investment. The mainstream of this second motive is generally from developed countries to developing countries.Globalization opens people to make moves with a variety of reasons it has. This migration issue is not only a recipient country's problem, but also the sending country where after the migrant returns to the country of origin will be a matter to be solved. The improvement and improvement of the migrant worker education and training system is a priority for them to have high quality and competitiveness and to know their rights as migrant workers. As a world citizen, Indonesian migrant workers are expected to contribute to progress and prosperity at national and global levels. Keywords: globalization, Indonesian migrant worker