cover
Contact Name
Muhammad Najib Habibie
Contact Email
najib.habibie@gmail.com
Phone
+6285693191211
Journal Mail Official
jurnal.mg@gmail.com
Editorial Address
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
ISSN : 14113082     EISSN : 25275372     DOI : https://www.doi.org/10.31172/jmg
Core Subject : Science,
Jurnal Meteorologi dan Geofisika (JMG) is a scientific research journal published by the Research and Development Center of the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) as a means to publish research and development achievements in Meteorology, Climatology, Air Quality and Geophysics.
Articles 310 Documents
PENGELOMPOKKAN POLA CURAH HUJAN YANG TERJADI DI BEBERAPA KAWASAN P. SUMATERA BERBASIS HASIL ANALISIS TEKNIK SPEKTRAL Eddy Hermawan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 11, No 2 (2010)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.054 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v11i2.67

Abstract

Makalah ini berisi informasi tentang pentingnya pengelompokkan pola curah hujan yang terjadi di beberapa stasiun penakar curah hujan yang tersebar di P. Sumatera. Hal ini penting dilakukan mengingat kawasan P. Sumatera, umumnya didominasi oleh pola curah hujan Monsunal dengan osilasi dominan sekitar satu tahunan yang dikenal dengan istilah AO (Annual Oscillation). Dengan metode/teknik analisis spektral, maka akan dianalisis apakah benar hampir semua kawasan di Sumatera berpola curah hujan seperti itu. Hasil analisis terhadap tiga puluh tiga stasiun penakar curah hujan yang tersebar di Sumatera Barat selama kurang lebih tujuh tahun pengamatan periode Januari 1986 hingga Desember 1992 menunjukkan bahwa diantara tiga puluh tiga stasiun tersebut, memang benar dua puluh empat diantaranya menunjukkan osilasi satu tahunan (AO). Hal serupa, juga dialami oleh sebagian besar stasiun penakar curah hujan yang tersebar di Sumatera bagian selatan, khususnya kota Palembang. Namun, ada juga beberapa kawasan di Sumetera Barat khususnya yang justru menunjukkan osilasi setengah tahunan yang dikenal dengan istilah SAO (Semi Annual Oscillation). Penjelasan lebih lanjut tentang apa itu osilasi AO dan SAO, termasuk penjelasan tentang metode/teknik spektral yang digunakan, yakni FFT (Fast Fourier Transform) kami bahas secara detail dalam full makalah ini. This paper contains an information about the importance of grouping patterns of rainfall which occurred at several measuring stations that scattered at Sumatera Island. This is important considering the area of Sumatera Island, generally dominated by monsoonal rainfall pattern with about a dominant annual oscillation known as AO (Annual Oscillation). With the methods/techniques of spectral analysis, it will be analyzed whether it was true almost all the regions in Sumatra, the rainfall pattern like that. The results on the thirty-three measuring stations scattered in Western Sumatera for approximately seven years of observation period January 1986 to December 1992 showed that among the thirty-three stations, it was true, the  twenty-four of them showed an annual oscillation (AO). Similarly, also experienced by most of the rainfall stations that scattered  in Southern Sumatra, especially at Palembang city. However, there are also several areas in the Western Sumatera, they show semiannual oscillation known as the SAO (Semi-Annual Oscillation). Further explanation about what it is oscillating AO and SAO, including an explanation of the spectral analysis methods/ techniques that we used spectral, that is FFT (Fast Fourier Transform), we discuss in detail in this full paper.
VALIDASI PEMODELAN TSUNAMI BERDASARKAN SOFTWARE L-2008 MENGGUNAKAN DATA SUMBER GEMPABUMI USGS, IRIS, CMT DAN GFZ UNTUK STUDI KASUS TSUNAMI NIAS 28 MARET 2005 Wiko Setyonegoro; Sayyidatul Khoiridah; M. Ikhyaul Ibad
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17281.477 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v16i1.264

Abstract

Telah terjadi gempabumi di Nias, pada tanggal 28 Maret 2005 yang menyebabkan korban meninggal dunia sebanyak 1.000 jiwa, 300 orang terluka, dan 300 bangunan rusak. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pemodelan tsunami dari pengolahan data mekanisme sumber gempabumi dengan menggunakan softwere Tsunami L-2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perhitungan mekanisme sumber gempabumi melalui persamaan empiris scaling law untuk menvalidasi antara nilai run up hasil simulasi dengan run up dari beberapa skenario sumber gempa yaitu data USGS, IRIS, Global CMT, dan GFZ. Berdasarkan data USGS gempa Nias terjadi pada jam 16:10:31.8 UTC dengan lokasi episenter 1,64o LU 96,98o BT, pada kedalaman 30 km, Mw 8,6 SR, strike 130o, dan dip 83o. Persamaan scaling law berdasarkan hubungan rumus empiris dimana panjang fault 369,83 km, lebar fault 82,41 km, dan slipnya sebesar 11,063 m dengan tipe sesar naik. Hasil validasi tinggi run-up yang dilakukan dengan membandingkan antara run-up hasil simulasi dengan run-up hasil survey menunjukkan bahwa data GFZ dengan menggunakan panjang dan lebar fault hasil perhitungan lebih mendekati hasil survey. Sedangkan berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa data USGS yang lebih mendekati hasil survey, hal ini ditunjukkan dengan  kedekatan titik-titik terhadap linearitas yang memiliki nilai 0.6588 dengan nilai regresinya yaitu y=0,8223x+0,2966. Berdasarkan hasil keseksamaan yang mendekati survey adalah data dari instansi GFZ menggunakan panjang dan lebar fault hasil perhitungan dengan nilai keseksamaan sebesar 87.58%. Dan berdasarkan uji korelasi data  yang mendekati suvey adalah data dari instansi USGS dengan nilai korelasi 0,81. There was an earthquake in Nias, on March 28, 2005. Based on this, tsunami modeling of earthquake source mechanism of data processing by using software Tsunami L-2008. This study aims to determine the results of the calculation of earthquake source mechanism through empirical equation scaling law to validate the value of the run-up simulation results, with the run-up of some of the scenarios that earthquake sources of data. The result of the validation of high run-up is done by comparing the run-up simulation results with the run-up based on the regression results indicate that the USGS data closer to the results of the survey, as shown by the proximity of the points against linearity regression 0.658. Based on the results of the survey are approaching the precision of the data from the GFZ agencies using fault length and width of the calculation results with the value of 87.58% accuracy. And based on the correlation data in-depth approach is data from USGS agency with a correlation value of 0.81.
Identification of the Puting Beliung Event by Utilizing the Interpretations of Radar Products and Himawari-8 Weather Satellite (Case Study Puting Beliung Incident, November 22, 2018 in Jakarta) Iga Rusmala; R. Zikri; R. N. Rahman; M. I. R. Ansori; I. R. Nugraheni; A. Ali
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 23, No 3 (2022): Special Issue
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.544 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v23i3.799

Abstract

Indonesia was shocked again by a Puting beliung or tornado-like incident on November 22, 2018, in the Jakarta area. This incident caused many losses. In this regard, a study was conducted to observe the reflectivity products to identifiy the hook echo or bow echo patterns, and the velocity products for mesocyclone patterns as the characteristic of the Puting Beliung used radar product. The study required the Cengkareng C-Band raw data radar that was processed to produce CMAX, VCUT, and CAPPI (V) at 0.5 km, 1.0 km, and 1.5 km elevations overlay by HWIND. The CMAX and VCUT radar products are used to identify the cloud structure that caused Puting Beliung, by observed the highest reflectivity of the Puting Beliung-producing clouds. Then the CAPPI product overlay by HWIND is used to identify the movement of the wind which is suspected to be the beginning of the formation of a Puting Beliung at that location which is characterized by the presence of a mesocyclone pattern in the form of wind components and radial velocity. It was suspected that there was a wind rotating in the Central Jakarta area which indicated a Puting Beliung in the area. The analysis of this radar interpretation was then validated using satellite imagery to detect the cumulonimbus clouds forming the Puting Beliung. From this research, it is known that the Puting Beliung occurred around 08.12 UTC. The growth of cyclone-producing clouds occurred rapidly with a reflectivity value between 35 - 45 dBZ and wind speed up to 35 knots. Analysis of satellite imagery showed a significant decrease in cloud peak temperature so that the formation of convective clouds in the form of Cumulonimbus clouds indicates the phenomenon of the Puting Beliung. However, in this case study the Puting Beliung phenomenon is indicated as seen from the mesocyclone pattern of the rotating radial velocity component, and not from the hook echo or bow echo pattern.
ANALISA FRAKTAL DAN RASIO SLIP DAERAH BALI-NTB BERDASARKAN PEMETAAN VARIASI PARAMETER TEKTONIK Bambang Sunardi
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 10, No 1 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.843 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v10i1.33

Abstract

Distribusi gempabumi secara tidak langsung dapat dianggap sebagai fraktal dan parameter skalanya biasa dinamakan dimensi fraktal (D). Kegempaan dicirikan oleh parameter tektonik (nilai-b) dan dimensi fraktal (D). Dimensi fraktal berkaitan erat dengan parameter tektonik (nilai-b) dari relasi Gutenberg-Richter : log N =-bM+a. Berdasarkan pemetaan nilai-b,  dimensi fraktal dan rasio slip daerah Bali-NTB telah dihitung pada penelitian ini menggunakan katalog NEIC 1973-2008. Nilai-b pada daerah yang terletak antara  6°-12°LS  dan 114°-121°BT bervariasi antara 0,7-2.Nilai-b yang rendah terletak disebelah selatan pulau Sumbawa-Sumba dan  sebelah utara pulau Lombok-Sumbawa. Dimensi fraktal pada kluster I dan II mendekati 2 yang mengindikasikan bahwa distribusi sumber 2D. Dimensi fraktal pada kluster III mendekati nilai 3 yang mengindikasikan bahwa distribusi sumber 3D. Rasio slip pada kluster I dan II mendekati nilai 0,5 yang mengindikasikan bahwa sekitar 50 % total slip terjadi pada patahan utama. Rasio slip pada kluster III mendekati nilai 0 yang mengindikasikan  semua slip terjadi pada patahan-patahan kecil. Earthquake distributions are indirectly considered fractal, and the scaling parameter is called fractal dimension (D). Seismicity is characterized by tectonic parameter (b-value) and fractal dimension (D). Fractal dimension is related to the tectonic parameter (b-value) of the Gutenberg-Richter relation : log N =-bM+a. Based on b-value mapping, fractal dimension and slip ratio of Bali-NTB region has been calculated in this research using NEIC catalogue 1973-2008. b-values in those regions which are located between latitudes 6° -12° S  and longitudes 114°-121°E vary between 0.7-2. b-values are low in southern Sumbawa-Sumba islands and northern Lombok-Sumbawa islands. Fractal dimensions at cluster I and II are close to 2 which indicate that source distribution was in 2D space. Fractal dimension at cluster III is close to 3 which indicates that source distribution was in 3D space. Slip ratios at cluster I and II are close to 0.5 which reveals that about 50 % of the total slip has occurred on primary fault. Slip ratio at cluster III was close to 0 which reveals that all the slips occur on the smaller faults.
VALIDASI DAN KOREKSI DATA SATELIT TRMM PADA TIGA POLA HUJAN DI INDONESIA Mamenun Mamenun; Hidayat Pawitan; Ardhasena Sopaheluwakan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1057.64 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v15i1.169

Abstract

Prediksi curah hujan cukup sulit dilakukan karena keragamannya sangat tinggi dan banyaknya permasalahan data, seperti minimnya ketersediaan data, data tidak lengkap/kosong, jumlah stasiun kurang tersebar, kurang tenaga pengamat, sistem pengamatan dan pemasukan data masih manual, serta pengumpulan data berjalan lambat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat digunakan satelit hujan yang memiliki resolusi spasial dan temporal tinggi, cakupan wilayah luas, data near real-time, akses cepat, dan ekonomis. Penelitian ini dilakukan untuk validasi dan koreksi data satelit TRMM terhadap data observasi pada tiga pola hujan berbeda di Indonesia. Analisis dilakukan menggunakan analisis statistika, perhitungan galat dan pengembangan faktor koreksi untuk data satelit TRMM di wilayah dengan pola hujan monsun (Lampung, Jawa Timur, Kalimantan Selatan), pola hujan equatorial (Sumatera Utara, Kalimantan Barat), dan pola lokal (Maluku). Hasil validasi data satelit TRMM terhadap data observasi menunjukkan nilai korelasi tinggi di wilayah pola monsun (>0.80), cukup tinggi pada pola equatorial (>0.60) dan pola lokal (>0.75). Nilai RMSE lebih rendah di wilayah pola hujan monsun (RMSE = 58-84), dibandingkan wilayah pola hujan equatorial (RMSE=97-158) dan lokal (RMSE=173). Hasil koreksi data satelit TRMM diperoleh faktor koreksi dengan bentuk persamaan geometrik untuk pola monsun dan equatorial, serta linier untuk pola lokal. Setelah dilakukan koreksi, diperoleh galat data satelit menurun di Lampung 40.3%, Kalimantan Selatan 3.17%, dan meningkat di Jawa Timur 18.9%. Demikian di Kalimantan Barat, galat satelit TRMM menurun 58%, Sumatera Barat 10%, dan Maluku 12.3%. Sedangkan nilai korelasisetelah dilakukan koreksi meningkatdi wilayah pola monsun dan equatorial sebesar 1-2%, dan menurun di wilayah lokal sebesar 1%. Rainfall is difficult to be predicted because of its high variability and other problems such as lack of data availability, data incompletely, less spreading of the station, less observer, and manual data entry. Rainfall satellite can be used to encourage these problems because it has a high temporal and spatial resolution, wide-coverage, near real-time and fast accessibility. This research has been conducted to validate and correct the TRMM data on three rainfall patterns (monsoonal, equatorial, local pattern). The statistical analyses and correction factor development for TRMM data are conducted. Validation showed a high correlation between TRMM and gauge data on the monsoonal pattern (>0.80), a high correlation on equatorial (>0.60) and local pattern (>0.75). The lowest RMSE found on the monsoonal pattern (58-84), equatorial (97-158), and local (173). After correction, the error of corrected TRMM data decreased for three rainfall patterns. While the correlation value increased on the monsoonal and equatorial pattern of 1-2% and decreased in the local pattern of 1%.
KARAKTERISTIK SPASIAL DAN TEMPORAL HOTSPOT DI PULAU SUMATERA Mulyono R. Prabowo; Yonny Koesmaryono; Akhmad Faqih; Ardhasena Sopaheluwakan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 21, No 1 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1403.7 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v21i1.674

Abstract

Kebakaran hutan di Indonesia telah menjadi masalah global yang terjadi setiap tahun, terutama di Pulau Sumatra. Identifikasi kebakaran hutan dan lahan dalam penelitian ini didasarkan pada jumlah dan distribusi hotspot, berdasarkan data citra satelit dari Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) pada 2009-2018. Investigasi pada kondisi meteorologi juga didasarkan pada faktor-faktor global dari data Oceanic Nino Index (ONI), Dipole Mode Index (DMI) dan berdasarkan pada indeks kekeringan dari data Standardized Precipitation Index (SPI). Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial dan temporal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pola distribusi hotspot di Pulau Sumatra, baik secara spasial dan temporal. Ada perbedaan karakteristik spasial dan temporal dari distribusi hotspot di pulau Sumatra, yang didasarkan pada karakteristik topografi, fase ENSO, serta periode musim hujan dan kemarau. Hujan orografis yang terjadi akibat topografi gunung di Aceh dan pantai barat Sumatra mengakibatkan berkurangnya titik api di daerah tersebut. Sementara itu, El Nino meningkatkan jumlah hotspot, sedangkan La Nina mengurangi jumlah hotspot. Dibandingkan dengan IOD, ENSO lebih berpengaruh pada terjadinya peristiwa hotspot di pulau Sumatra. Perbedaan periode musim kemarau di Sumatera utara, tengah, dan selatan juga memberikan perbedaan waktu terjadinya hotspot maksimum di Sumatera. Pola distribusi hotspot di Sumatera utara dan tengah memuncak pada bulan Februari dan Juni, sedangkan di selatan pada bulan September. Konsentrasi titik api yang tinggi (> 50 kejadian perbulan) pada umumnya terjadi di lahan gambut, yang umumnya ditemukan di Sumatra timur (Sumatera Utara, Riau, dan provinsi Sumatra Selatan). Forest fires in Indonesia have become a global problem that occurs every year, especially on the island of Sumatra. The identification of forest and land fires in this study is based on the number and distribution of hotspots, based on satellite image data from the Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) in 2009-2018. Investigations on meteorological conditions are also based on global factors from Oceanic Nino Index (ONI) data, Dipole Mode Index (DMI) and based on the drought index from the Standardized Precipitation Index (SPI) data. The method used is a spatial and temporal analysis method. The purpose of this study was to determine the characteristics of hotspot distribution patterns on the island of Sumatra, both spatially and temporally. There are differences in the spatial and temporal characteristics of the hotspot distribution on the island of Sumatra, which is based on the characteristics of the topography, ENSO phase, as well as the wet and dry season periods. Orographic rain that occurred due to mountain topography in Aceh and the west coast of Sumatra resulted in reduced hotspots in the area. Meanwhile, El Nino increased the number of hotspots, while La Nina reduced the number of hotspots. Compared to IOD, ENSO is more influential on the occurrence of hotspot events on the island of Sumatra. The difference in the dry season period in northern, central and southern Sumatra also gives a difference in the time of the occurrence of maximum hotspots in Sumatra. The pattern of hotspot distribution in northern and central Sumatra peaked in February and June, while in the south in September. High hotspots (> 50 monthly events) with high concentrations occur on peatlands, which are commonly found in eastern Sumatra (province of North Sumatra, Riau, and South Sumatra).
SIMULASI PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOMPONEN FLUKS RADIASI DAN PARAMETER PERMUKAAN DI PROVINSI JAMBI MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL REGCM4 Dodo Gunawan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 3 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.585 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i3.131

Abstract

Model iklim regional RegCM4 telah digunakan untuk mempelajari dampak perubahan penggunaan lahan (land use) terhadap variabilitas komponen fluks radiasi dan pameter permukaan. Data penggunaan lahan tahun 2000 dan tahun 2010 digunakan sebagai data permukaan untuk kondisi batas (boundary condition) model. Dua jenis simulasi dijalankan untuk menunjukkan pengaruh perubahan penggunaan lahan pada dua periode tersebut. Simulasi pertama adalah kondisi awal atmosfer tahun 2010 disimulasikan dengan data penggunaan lahan tahun 2010 sebagai kondisi penggunaan lahan terkini, dan simulasi kedua adalah kondisi atmosfer tahun 2010 yang menggunakan data penggunaan lahan tahun 2000.   Perbedaan nilai parameter komponen fluks radiasi dan permukaan antara dua simulasi tersebut menunjukkan pengaruh perubahan penggunaan lahan. Hasil perbandingan parameter seperti kandungan air dan suhu tanah menunjukkan adanya pengaruh perubahan jenis penggunaan lahan.  Lahan akibat deforestasi yang sudah banyak terbuka seperti pada kondisi tahun 2010 telah mengakibatkan radiasi matahari banyak diserap permukaan dan dirubah menjadi radiasi gelombang panjang yang memanaskan permukaan. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya suhu tanah maksimum dan rendahnya kandungan air tanah pada kondisi penggunaan lahan tahun 2010. The climate model RegCM4 has been used to study the impact of land use change (LUC) on the energy flux and surface parameters. The LUC of 2000 and 2010 has been used as the boundary condition. Two simulations have performed to show the impact of LUC. The first simulation is using the atmosphere and land use of 2010 as the current condition. The second one is using the same as the 1st simulation but using the land use of 2000. The difference of radiation flux and surface parameters are due to the impact of LUC. The comparison results of the flux radiation and surface parameters have proven as the impact of LUC. The deforested land with more open areas as in the land use of 2010 caused more radiation absorbed by surface. These finding revealed by the increase of the soil temperature and the decrease of the soil water content.
Estimasi Data Curah Hujan yang Hilang dengan Metode di R Muflihah Musa; Rizky Yudha Pahlawan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 18, No 3 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.823 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v18i3.343

Abstract

Data hilang seringkali ditemukan pada jenis data dalam jangka waktu yang panjang (runtun waktu), begitupula dengan data curah hujan. Analisis akan sulit dilakukan jika terdapat banyak data hilang dan terletak di pertengahan waktu. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hasil estimasi data hilang dengan menggunakan metode di R. Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan tipe monsun, lokal, dan equatorial. Data hilang dilakukan dengan cara simulasi secara acak yang dibagi dalam tiga kategori data hilang, yaitu 5%, 10% dan 17%. Nilai estimasi yang dihasilkan dari metode di R, metode na.StuctTS menghasilkan nilai RMSE terkecil dan korelasi terbesar. Nilai korelasi terbesar, terdapat pada nilai estimasi pada data hilang sebanyak 5% tipe monsun antara 0,78-0,86.
KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI WILAYAH SULAWESI DAN MALUKU Muhammad Najib Habibie; Achmad Sasmito; Roni Kurniawan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 12, No 2 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.294 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v12i2.99

Abstract

Wilayah Sulawesi dan Maluku terletak di kawasan Indonesia Timur yang terdiri dari ratusan pulau kecil yang sebagian besar berpenduduk. Seiring perkembangan zaman, kebutuhan listrik di daerah tersebut semakin meningkat. Upaya diversifikasi pembangkit listrik dengan sumber energi alternatif ramah lingkungan menjadi suatu hal yang penting. Penelitian ini mencoba untuk menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumber energi angin di wilayah Sulawesi (Toli-toli, Kayuwatu, Majene, Makassar, Gorontalo, Kendari, Naha) dan Maluku (Tual, Saumlaki, Bandanaeira, Ambon, Ternate) dengan menggunakan data arah dan kecepatan angin harian periode tahun 2003-2008. Dari hasil kajian dapat direkomendasikan 4 (empat) lokasi yang potensial untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin yaitu di Tual, Naha, Saumlaki, dan Bandaneira dengan potensi energi angin yaitu berkisar antara 3455,8 s/d 11861,4 watt day/tahun. Dari keempat lokasi tersebut, Tual merupakan lokasi yang paling berpotensi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin. Sulawesi and Maluku are located in eastern part of Indonesia, which consists of hundreds of small islands and mostly inhabited. Nowadays, electricity demanding in the area is increasing. Diversification of power generation with environmental-friendly alternative energy resources become an important thing. This study examines areas that have potential of wind energy resources in Sulawesi (Toli-toli, Kayuwatu, Majene, Makassar, Gorontalo, Kendari, Naha) and Maluku (Tual, Saumlaki, Bandanaeira, Ambon, Ternate) by using daily wind data over the period of 2003-2008. The results recommend four potentially locations for wind power electricity installation, i.e. in Tual, Naha, Saumlaki, and Bandaneira, with range of wind energy potential between 3455.8 - 11861.4 watt day per year. Tual is the most potential location.
HIGH WAVE AND COASTAL INUNDATION IN SOUTH OF JAVA AND WEST OF SUMATERA (CASE STUDIES ON 7-10 JUNE 2016) Roni Kurniawan; Andri Ramdhani; Andi Eka Sakya; Bayu Edo Pratama
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (21216.672 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.442

Abstract

Gelombang tinggi dan pasang air laut yang terjadi pada tanggal 7 -10 Juni 2016 menyebabkan sejumlah wilayah pesisir di selatan Jawa dan Barat Sumatera mengalami gelombang pasang dan banjir rob, yang mengakibatkan kerugian cukup besar bagi masyarakat pesisir. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya gelombang pasang tersebut, sehingga dapat bermanfaat sebagai evaluasi dan mitigasi kedepan. Data luaran model Wavewatch-III (WW3) dan Aviso-Satellite altimetry menunjukkan adanya gelombang tinggi lebih dari 6 meter di Samudera Hindia yang dipicu oleh angin kencang di sekitar wilayah kejadian Mascarene High di sebelah barat Australia. Analisis lebih lanjut berdasarkan output yang dihasilkan oleh WW3 menunjukkan bahwa gelombang ekstrim di selatan Jawa dan barat Sumatera (tanggal 7 – 10 Juni 2016) lebih didominasi oleh swell yang dihasilkan oleh kejadian Mascarene High. Terjadinya swell ini bersuperposisi dengan pasang tertinggi dan anomali tinggi muka laut, sehingga mengakibtkan terjadinya gelombang pasang dan banjir rob yang cukup merusak di sejumlah pesisir selatan Jawa dan barat Sumatera. The high wave and spring tide occurred on June 7 to 10, 2016 had led to storm tide and coastal inundation at a number of coastal areas in south of Java and west of Sumatera, this incident caused substantial losses to coastal communities. The aim of this study is to understand the cause of storm tide, so it can be serve as a strategic contribution to assess, evaluate and mitigate the impact. The output of Wavewatch-III (WW3) model and Aviso Altimetry indicates the occurrence high wave in Indian Ocean reach more than 6 meters, this wave triggered by high wind speed around the Mascarene high event in Western Australia. Further analysis based on the output resulted by WW3 showed that the extreme wave in west Sumatera and south of Java (7-10 June, 2016) was dominated by swell waves generated by Mascarene High superposed with the highest diurnal tide as well as sea surface height anomaly, triggers the storm tide that consequentially costed more damaging impact in the south of Java and west of Sumatera. 

Page 3 of 31 | Total Record : 310