cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL PANGAN
ISSN : 08520607     EISSN : 25276239     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
PANGAN merupakan sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan oleh Pusat Riset dan Perencanaan Strategis Perum BULOG, terbit secara berkala tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Vol 24, No 2 (2015): PANGAN" : 7 Documents clear
Perbedaan Komposisi dan Oligomer FOS Inulin dari Umbi Dahlia Merah (Dahlia sp. L) Menggunakan Enzim Inulinase dari Kapang Scopulariopsis sp.- CBS1 dan β-Amylase sebagai Anti Kolesterol Differences of Composition and Oligomer of FOS Inulin from Red Dahlia Tubers (Dahlia sp.L) Using Inulinase Enzymes of Scopulariopsis sp.-CBS1 and β-Amylase as Anti-Cholesterol Susilowati, Agustine Susilowati
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1112.762 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.26

Abstract

Isolasi mikroba pada kulit umbi dahlia merah (Dahlia sp.L) lokal (Sukabumi) menghasilkan kapang dominan (Scopulariopsis sp.-CBS1) yang berpotensi sebagai sumber enzim inulinase. Aplikasinya dilakukan dalam hidrolisis inulin dari umbi yang sama dengan pembanding hidrolisis menggunakan enzim β-Amylase yang masing-masing menghasilkan hidrolisat inulin A dan hidrolisat inulin B sebagai fruktooligosakarida (FOS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan karakteristik oligomer dan komposisi FOS sebagai anti kolesterol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim inulinase dari kapang Scopulariosis sp-CBS1 menghasilkan hidrolisat inulin (A) dengan oligomer dominan pada T1,87, T2,63 dan T3,48 berturut-turut dengan berat molekul (BM) 185,99, 174,11 dan 174 Dalton (Da) dengan total oligomer 79, BM antara 75,71–924,94 Da. Pada hidrolisat dengan enzim β-Amylase (B) dihasilkan oligomer dominan pada T1,7, T2,0 dan T2,45 berturut-turut dengan BM 174,11, 173,31 dan 181 Da dengan total oligomer 67, BM antara 143 – 949 Da. Disimpulkan bahwa enzim inulinase Scopulariosis sp.-CBS1 lebih berpotensi sebagai bahan anti kolesterol dibandingkan dengan enzim β-Amylase karena lebih mampu menghidrolisis polimer fruktosa inulin, sehingga lebih mudah difermentasi oleh bakteri-bakteri usus. Isolation of microbes in red dahlia (Dahlia sp. L) tuber skin from local (Sukabumi) produces dominant (Scopulariopsis sp.-CBS1) fungi as source of inulinase enzyme. Its application as crude inulinase enzyme that is conducted in inulin hydrolysis from similar tuber with the comparison of hydrolysis using β-Amylase enzyme yields in hydrolysate A and hydrolysate B, respectively as fructooligosaccharides (FOS). The goal of this experiment is to find out characteristic difference of oligomeric and composition of FOS as anticholesterol. Result of experiment shows that inulinase enzyme of Scopulariopsis sp.-CBS1 produces inulin hydrolysate (A) with dominant oligomer at T1.87, T2.63 and T3.48 of molecular weight (MW) of 185.99, 174.11 and 174 Dalton (Da.), at intensity of 100 percent with oligomeric total of 79 with MW range of 75.71–924.94 Da. At hydrolysate using β-Amylase (B) enzyme, it produces dominant oligomer under T1.7, T2.0 and T2.45 with MW of 174.11, 173.31 and 181 Da., and at intensity of 100 percent with oligomeric total of 67 with MW range of 143–949 Da. The conclusions indicate that inulinase enzyme of Scopulariopsis sp.-CBS1 has more potential compared to that of β-Amylase enzyme as an anti-cholesterol agent, which can better hydrolyse inulin fructose polymer, so that the dietary fibers are easier to be fermented by colon bacteria. 
Analisis Integrasi Pasar Gula Dalam Mendukung Stabilisasi Harga Gula Analysis Integration of Sugar Market In Support for Sugar Price Stabilitization Cahyaningsih, Eny
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.858 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.234

Abstract

Struktur pasar gula yang oligopolistik menyebabkan kemungkinan adanya risiko yang tinggi akan ketidakpastian dan ketidakstabilan harga gula. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis integrasi spasial pasar gula di beberapa pasar ibukota provinsi, menganalisis hubungan kausalitas dan arah pengaruh perubahan harga gula di beberapa wilayah di Indonesia, menganalisis respon harga gula suatu pasar jika ada shock atau goncangan di wilayah lain, dan menganalisis seberapa besar variasi perubahan harga gula suatu pasar. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error Correction Model, uji kausalitas Granger, impuls respon dan dekomposisi ragam. Berdasarkan keempat metode analisis diperoleh bahwa pasarpasar kunci dalam perdagangan gula di Indonesia adalah pasar di wilayah Palembang, Lampung, Jakarta, Surabaya dan Medan. Kenaikan harga yang terjadi pada salah satu pasar akan mengakibatkan kenaikan harga pada pasar lain. Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah, jika Perum BULOG ditugaskan untuk melakukan stabilisasi harga gula, maka dalam melakukan intervensi pasar berupa ketersediaan stok dan kontrol harga tidak perlu di semua tempat, tetapi cukup di pasar-pasar kunci tersebut supaya tidak terjadi duplikasi intervensi. Pada pasar yang terintegrasi, dampak dari intervensi pemerintah pada pasar kunci akan disalurkan kepada pasar-pasar lainnya sehingga kebijakan harga dapat dilakukan dengan efektif.Oligopolistic market structures sugar causes the potential risk of high uncertainty and instability of the price of sugar.The goal of this research is to analyze the spatial integration of the sugar market in the provincial capital markets, to analyze the causal relationship and the direction of the effect of changes in the price of sugar in some areas in Indonesia, to analyze the response of a market price of sugar if there is a shock or shocks in other regions, and to analyze how much of the variation changes the market price of sugar. Methods of analysis used in this studi are Vector Error Correction Model,Granger Causality test, impulse response and variance decomposition. Based on the four methods of analysis shows that the key markets in the sugar trade in Indonesia is a market in the area of Palembang, Lampung, Jakarta, Surabaya and Medan. The price increase that occurred in one of the market will lead to price increases in other markets. The policy implication of this study is, if Perum BULOG assigned to stabilize the price of sugar, the intervention in markets such as stock availability and price controls do not need to be in all places, but quite in the key markets so that no duplication of interventions. In an integrated market, the impact of government intervention in key markets will be distributed to other markets so that pricing policies can be carried out effectively.  
Kombinasi Kemasan Vakum dan Penyimpanan Dingin untuk Memperpanjang Umur Simpan Tempe Bacem (Combination of Vacuum Packaging and Cold Storage to Prolong the Shelf Life of Tempe Bacem) Astawan, Made
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.828 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.27

Abstract

Tempe bacem merupakan produk olahan tempe dengan kombinasi citarasa rempah dan manis. Tempe bacem digemari oleh sebagian masyarakat. Namun umur simpan tempe bacem sangat singkat, yaitu satu hari pada suhu ruang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan tehnik memperpanjang umur simpan tempe bacem melalui kombinasi kemasan vakum dan penyimpanan pada suhu dingin (10oC). Tempe yang digunakan pada penelitian ini berbentuk bulat dengan diameter 5 cm dan ketebalan 1 cm. Tempe bacem diproduksi dengan menggunakan formula bumbu terpilih, dikemas secara vakum, dandisimpan pada suhu dingin (10oC). Komposisi gizi tempe bacem per 100 g berat kering terdiri dari : protein 33,7 g, lemak 0,9 g, abu 3,0 g, dan karbohidrat 62,4 g. Produk ini memiliki kapasitas antioksidan sebesar 194,6 mg AEAC/100 g, nilai pH 5,7, kecerahan 35.9, kekerasan 2848.5 gram force, total mikroba 1,8 x 103 CFU/g, dan total koliform <3.0 MPN/g. Umur simpan tempe bacem dengan kombinasi kemasan vakum dan penyimpanan dingin (10oC) adalah 18 hari, sedangkan tempe bacem tanpa kemasan vakum yang disimpan pada suhu ruang (26 - 300C) memiliki umur simpan hanya dua hari.Tempe bacem is a kind of tempe product that has spicy and sweet taste. The shelf life of this product is very short, i.e. one day at room temperature. The objective of this research is to increase tempe bacem’s shelf life by the combination of vacuum packaging and cold storage (10oC). Tempe used in this research is in round form with the diameter of 5 cm and the thickness of 1 cm. Tempe bacem is processed by selected formula, packaged by vacuum method, and then stored in cold storage (10oC). The nutritional composition of tempe bacem per 100 g of dry weight consists of 33.7 g protein, 0.9 g fat, 3.0 g ash, and 62.4 g carbohydrate. This product has antioxidant capacity of 194.6 mgAEAC/100 g, pH value of 5.7, lightness of 35.9, hardness of 2848.5 gram force, total microorganism of 1.8x103 CFU/g, and total coliform of <3.0 MPN/g. The shelf life of tempe bacem stored with the combination of vacuum packaging and cold storage (10oC) is 18 days, while that of tempe bacem stored at room temperature (26-300C) without the vacuum packaging is only 2 days.
Protokol Penanggulangan dan Penyelamatan Krisis Pangan dan Gizi pada Kelompok Rawan (Protocol for Recovery and Prevention of Food and Nutrition Crises on Vurnerable Group) Briawan, Dodik; Hariyadi, Purwiyatno; Hari Purnomo, Eko Hari Purnomo; M. Taqi, Fahim
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1724.573 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.32

Abstract

Krisis pangan dan gizi merupakan permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan protokol pencegahan dan penanggulangan krisis pangan dan gizi. Data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan primer. Protokol krisis pangan dan gizi dikembangkan dengan melibatkan ahli dan narasumber dari pemerintah daerah di Sukabumi, Situbondo dan Bogor. Kondisi krisis pangan dan gizi dapat ditetapkan dengan sistem survailan menggunakan indikator yang valid, sensitif, dan mudah dikumpulkan. Model yang sudah ada yaitu “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi” dapat digunakan dengan beberapa modifikasi tertutama pada komponen indikator. Protokol pencegahan dan penanggulangan dikembangkan untuk kelompok rumah tangga rawan di masyarakat. Kelompok ini dapat ditetapkan berdasarkan 14 indikator nonmoneter yang dikembangkan oleh BPS, dengan prioritas yang mempunyai anak di bawah usia lima tahun dan atau ibu hamil. Upaya penyelamatan terutama dilakukan dengan memberikan makanan tambahan pada kelompok rawan ini. Penanggulangan diarahkan melalui bantuan ekonomi kepada rumah tangga sasaran. Pemerintah daerahperlu membentuk tim manajemen krisis pangan dan gizi yang disertai peran dan tanggungjawab yang jelas. Disarankan, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam menetapkan kondisi krisis, yang disertai anggaran pelaksanaan protokol tersebut. Selain itu, dalam jangka panjang program seperti SKPG, Posyandu dan UPGK perlu diperbaiki dan ditingkatkan.Food and nutrition crises affect Indonesian development. This study aims to develop general protocol for prevention and recovery of food and nutrition crises. The data comprises of secondary and primary data. The crisis protocol is developed by involving experts and resource persons from Sukabumi, Situbondo and Bogor local governments. The crisis condition could be determined using mechanism of surveillances, valid, sensitive, and easy to generate indicators. The existing “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi” model could be applied with some modification on its components. The recovery and prevention protocolshould specifically be developed for vulnerable groups which can be determined using 14 non-monetary indicators developed by CBS, with special priority given to households with children under 5 years and/or pregnant mothers. The recovery is focused on feeding program for those groups. Prevention program is designed for the development of economic activities for the targeted households. The local government need to establish a crisis management team with well defined roles and responsibilities. It is proposed that Head of Local Governments should have authority to determine, declare crisis condition, and allocate budget to execute the protocol. In the long run, existing food and nutrition programs; especially SKPG, Posyandu and UPGKshall be up-graded and improved.
Potensi dan Pemanfaatan Pati Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Sorong Selatan Papua Barat (Potential and Utilization of Sago Starch to Support Food Security in South Sorong Regency, West Papua) Haryanto, Bambang
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.666 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.23

Abstract

Kabupaten Sorong Selatan memiliki potensi sagu (Metroxylon sp). Namun luas areanya masih belum pasti, pemanfaatan pati sagu masih terbatas sebagai pangan pokok masyarakat tertentu. Studi ini bertujuan mengetahui potensi dan pemanfaatan sagu di Kabupaten Sorong Selatan. Metodologi yang digunakan adalah pemetaan dengan citra satelit dan survei lapangan. Potensi sagu dihitung menggunakan persamaan Yumte. Hasil pemetaan area potensi sagu mencapai 311,5 ribu ha dan tersebar di 8 distrik dengan potensi pati sagu sebesar 2,9 juta ton. Areal sagu terluas terdapat di distrik Kais sebesar 63,8 ribu ha, Kokoda 61,3 ribu ha, Inanwatan 55,5 ribu ha, Saefi 39,6 ribu ha dan Kokoda utara 34,5 ribu ha. Kerapatan pohon sagu masa tebang setiap ha mencapai 67 pohon dan diameter rata-rata 41,2 cm dengan tinggi pohon 9,9 m. Estimasi produksi sagu mencapai 9,7 ton per ha. Usulan untuk membuka pasaran pati sagu salah satu strarteginya adalah setiap pegawai negeri sipil di Kabupaten Sorong Selatan mendapatkan jatah sagu setiap bulannya sebesar 10 kg sebagai bentuk implementasi penggunaan bahan baku lokal dalam mendukung ketahanan pangan. Pemanfaatan potensi sagu ini bila dapat diterapkan di lapangan akan membuka kegiatan ekonomi dan mendukung ketahanan pangan di wilayah Sorong SelatanSouth Sorong Regency has the potential of sago (Metroxylon sp). However, its area remains unclear. The utilization of sago starch has been limited as a staple food of certain communities. This study aims to determine the potential and utilization of sago in South Sorong Regency.The methodology used is maping with satellite imagery and field surveys. Potential sago is calculated using Yumte formulation. The results show that the potential area reaches 311.5 thousand hectares and spreads over 8 districts, whilts sago starch potential is approximately 2.9 million tons. The widest sago areas are located in the districts of Kais (63.8 thousand ha), Kokoda (61.3 thousand ha), Inanwatan (55.5 thousand ha), Saefi (39.6 thousand ha) and in northern Kokoda (34.5 thousand ha). The Sago tree density is 67 trees per ha with an average diameter of 41.2 cm and height of 9.9 m.The estimation of sago production is about 9.7 tons per hectare. A strategy to open up the market is to impose a policy in which each civil servant in South Sorong regency would get sago of 10 kg/month as an implementation of the use of local production for food security. This strategy is hoped to open up the economic activities in the region of South Sorong.
Penampilan Fenotipik dan Keragaman Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Tiga Populasi Generasi F2 Hasil Persilangan Tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi) (Phenotypic Appearance and Diversity of Qualitative and Quantitative Characters of Three Population of F2 Resulted from Crosses of Job’s Tear Plant (Coix lacryma-Jobi) Ali Qosim, Warid; Adi Pratama, Rama; Nurmala, Tati
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1246.556 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.64

Abstract

Hanjeli (Coix lacryma-jobi) merupakan tanaman yang dapat dikembangkan sebagai pangan alternatif dan sumber karbohidrat. Tujuan penelitian ini untuk menggali informasi penampilan fenotipik serta keragaman pada hasil persilangan tanaman hanjeli generasi F2 yang dijadikan bahan untuk melakukan seleksi terhadap karakter kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Petanian UNPAD Jatinangor (720 m diatas permukaan lautl), Sumedang. Waktu percobaan dilaksanakan sejak Februari sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dari tiga populasi hasil persilangan yaitu #38 x #37, #28 x #26 dan #28 x #9. Hasil penelitian menunjukkan penampilan fenotipik karakter kualitatif terlihat beragam karena pada generasi F2 masih terjadi segregasi. Sedangkan karakter kuantitatif hasil uji rata-rata menunjukan populasi #28 x #26 memiliki nilai yang lebih tinggi pada karakter tinggi tanaman, jumlah buku, dan bobot 100 biji. Populasi #38 x #37 memiliki nilai yang lebih tinggi pada karakter diameter batang, jumlah anakan, jumlah daun, serta bobot biji per tanaman. karakter bobot biji per tanaman yang lebih tinggi dengan nilai 64,63 persen. Sedangkan populasi #28 x #9 menunjukkan nilai koefisien variasi terendah pada karakter tinggi dengan nilai 21,53 persen Job’s tear (Coix lacryma-jobi) is a plant that can be developed as an alternative food and sources of carbohydrates. The purpose of this study is to explore the diversity of phenotypic appearance as well as information on the results of crossing hanjeli generation F2 that can be used to perform the selection of qualitative and quantitative characters. This research is carried out at the Experimental Field of Faculty of Agriculture UNPAD Jatinangor (720 m above sea level), Sumedang. The experiment, which is implemented from February until August 2014, is carried out using experimental method of three populations of the cross, i.e. #38 x #37,# 28 x #26 and #28 x #9. The results show that the qualitative character of the phenotypic appearance happen to be varied because segregation still occurs in the generation F2. In the other hand, the quantitative character from t-test results show that population of #28 x #26 has a higher value on plant height, number of nodes, and 100 grain weight. #38 x #37 populations have a higher value on stem diameter, number of but, number of leaf and graind weight per plant. The coeffecient of variation shouw di of versity values. The coefficient of variation 0f #38 x #37 population have the lowest variation coeffesion at plant height character with the value of 21,53 percent 
Pengembangan Jagung untuk Ketahanan Pangan, Industri dan Ekonomi Corn Development for Food Security, Industry and Economy Bantacut, Tadjuddin; Redin Firdaus, Yasser; Tawaruddin Akbar, Muammar
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (828.834 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.29

Abstract

Jagung adalah komoditi strategis karena produktivitasnya tinggi dan kegunaannya beragam mulai dari pakan, pangan, energi dan bahan baku industri. Permintaan jagung dalam negeri sangat tinggi yang sebagian masih dipenuhi dengan impor. Kenaikan permintaan akan terus terjadi sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan kesejahteraan. Kenaikan konsumsi protein hewani terutama daging ayam dan telur menambah kebutuhan bahan baku industri pakan. Produktivitas jagung yang masih sangat rendah menjadi kendala peningkatan produksi, karena keterbatasan bibit unggul, ketersediaan pupuk dan sarana produksi lainnya. Potensi lahan dan kesesuaian iklim untuk penanaman jagung menjadi faktor penguat perluasan dan peningkatan produksi jagung. Nilai kalori dan nutrisi yang jauh lebih baik dibandingkan beras hendaknya dijadikan pemicu pengembangan jagung sebagai pangan pokok. Oleh karena itu, orientasi pertambahan produksi jagung seharusnya tidak dibatasi pada swasembada untuk memenuhi permintaan saat ini terutama bahan baku pakan, tetapi lebih untuk penguatan ekonomi, industri dan kemandirian pangan.Corn is a strategic commodity because of its high productivity and its usage diversity ranging from feed, food, energy to industrial raw materials. Domestic corn demand, which is partly fulfilled by import, is very high. This demand will continue to grow in line with population growth and well-being improvement. The increase of animal protein consumption, especially chicken meat and eggs, adds the demand on feed industry raw material. One of the main constraints to increase production is the low productivity due to insecure provision of hybrid seed, fertilizer and other agricultural inputs. Potential land availability andclimatic suitability for corn cultivation are among reinforcing factors to the corn cultivation expansion and production improvement as staple food alternative. Therefore, the goal to improve production should not be limited to self-sufficiency to meet current demand mainly feed raw materials, but more than that to strengthen domestic economic, food sovereignty and industry.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2023): PANGAN Vol. 31 No. 3 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 2 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 1 (2022): PANGAN Vol. 30 No. 3 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 2 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 1 (2021): PANGAN Vol. 29 No. 3 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 2 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 1 (2020): PANGAN Vol 29, No 1 (2020): PANGAN Vol. 28 No. 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 2 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 2 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 1 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol 27, No 3 (2018): Vol 27, No 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 2 (2018): PANGAN Vol 27, No 2 (2018): PANGAN Vol 27, No 1 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 1 (2018): PANGAN Vol 26, No 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 2 (2017): PANGAN Vol 26, No 2 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 1 (2017): PANGAN Vol 26, No 1 (2017): PANGAN Vol. 25 No. 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 2 (2016): PANGAN Vol 25, No 2 (2016): PANGAN Vol 25, No 1 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 1 (2016): PANGAN Vol. 24 No. 3 (2015): PANGAN Vol 24, No 3 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 2 (2015): PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN Vol 24, No 1 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 1 (2015): PANGAN Vol. 23 No. 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 2 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 2 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 1 (2014): PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN Vol. 22 No. 4 (2013): PANGAN Vol 22, No 4 (2013): PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 1 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 1 (2013): PANGAN Vol. 21 No. 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 1 (2012): PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN Vol. 20 No. 4 (2011): PANGAN Vol 20, No 4 (2011): PANGAN Vol 20, No 3 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 3 (2011): PANGAN Vol 20, No 2 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 2 (2011): PANGAN Vol 20, No 1 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 1 (2011): PANGAN Vol. 19 No. 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 2 (2010): PANGAN Vol 19, No 2 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 1 (2010): PANGAN Vol 19, No 1 (2010): PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 4 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 3 (2009): PANGAN Vol 18, No 3 (2009): PANGAN Vol 18, No 2 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 2 (2009): PANGAN Vol 18, No 1 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 1 (2009): PANGAN Vol. 17 No. 3 (2008): PANGAN Vol 17, No 3 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 1 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 1 (2008): PANGAN Vol 16, No 1 (2007): PANGAN Vol. 16 No. 1 (2007): PANGAN Vol. 15 No. 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 1 (2006): PANGAN Vol. 15 No. 1 (2006): PANGAN More Issue