cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pekalongan,
Jawa tengah
INDONESIA
MUWAZAH: Jurnal Kajian Gender
ISSN : 20858353     EISSN : 25025368     DOI : -
Core Subject :
Muwazah adalah jurnal kajian gender dengan ISSN Print: 2085-8353; Online: 2502-5368 yang diterbitkan oleh Pusat Studi Gender (PSG) IAIN Pekalongan. Kata Muwazah berasal dari bahasa Arab yaitu (??????) yang memiliki arti kesetaraan. Jurnal ini fokus pada isu-isu aktual dan kontemporer yang berkaitan dengan kajian gender lokalitas dalam berbagai perspektif. Redaksi mengundang para ilmuwan, sarjana, professional, praktisi dan peneliti dalam berbagai disiplin ilmu yang konsern terhadap kajian gender berupa analisis, aplikasi teori, hasil penelitian, terjemahan, resensi buku, literature review untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya setelah melalui mekanisme seleksi naskah, telaah mitra bebestari, dan proses penyuntingan. Jurnal ini terbit setahun dua kali setiap bulan Juni dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 6 No 1 (2014)" : 8 Documents clear
STRATEGI PENCEGAHAN TRAGEDI HAK ASASI PEREMPUAN Ayub Wahyudin
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.432

Abstract

Abstract: The National women's commission released data annually on violence against women that always increase. Policy advocacy effort and socialization on the elimination of violence against women was held across the archipelago. We need a perfect strategy that involves all stakeholders from academic community, community leaders, public officials, law enforcement authorities, the President and all citizens to unite and suppress the liberation of women from violence and discrimination. The tragedy of human rights including women’s rights is an urgent issue to be dealt with. Abstrak : Komisi perempuan Nasional merilis data setiap tahun tentang kekerasan terhadap perempuan yang selalu meningkat. Upaya advokasi kebijakan dan sosialisasi tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan diadakan di seluruh nusantara. Kita perlu strategi yang sempurna yang melibatkan semua pemangku kepentingan dari civitas akademika, tokoh masyarakat, pejabat publik, aparat penegak hukum, Presiden dan semua warga negara untuk bersatu dan menekan pembebasan perempuan dari kekerasan dan diskriminasi. Tragedi HAM termasuk hak-hak perempuan merupakan isu yang mendesak untuk ditangani.
HAK IMAMAH SHALAT BAGI PEREMPUAN (Antara Misi Pembebasan Alquran Dan Belenggu Mazhab Fikih) Kurdi Fadal
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.433

Abstract

Abstract :This paper examines the right for women as imam prayer for men in the Quranic and Islamic jurisprudence (school of thouht) perspectives. Based on the mission of Quranic liberation, every man and woman has the right that can not be limited by gender status, because Alquran gives equal rights for each to worship and to be devout to God, including as an imam prayer for men. However, the four schools of fiqh (Hanafian, Malikian, Syafi'ian, and Hanabilan) expressed otherwise. They stated that woman should not to be as an imam prayer of men. Although small fraction of fuqaha permited that action, but the mainstrem of Islamic school of thought is more widely supported by the majority of Muslim community and at a time it  shackle them. The shackle is influenced by religious texts positioning women as root of slander. The factor is compounded by the historical fact that the interpretation of religious texts is merely dominated by men. Abstrak : Makalah ini membahas hak bagi perempuan sebagai imam shalat bagi laki-laki dalam hukum Quran dan Islam (sekolah thouht) perspektif. Berdasarkan misi pembebasan Quran, setiap pria dan wanita memiliki hak yang tidak dapat dibatasi oleh statusnya jenis kelamin, karena Alquran memberikan hak yang sama untuk masing-masing untuk menyembah dan menjadi taat kepada Allah, termasuk sebagai doa imam bagi laki-laki. Namun, empat sekolah fiqh (Hanafian, Malikian, Syafi'ian, dan Hanabilan) menyatakan sebaliknya. Mereka menyatakan bahwa wanita tidak seharusnya menjadi sebagai doa imam laki-laki. Meskipun sebagian kecil dari fuqaha permited tindakan itu, tapi mainstrem sekolah Islam pemikiran lebih luas didukung oleh sebagian besar masyarakat Muslim dan pada waktu itu membelenggu mereka. Belenggu dipengaruhi oleh teks-teks agama memposisikan perempuan sebagai akar fitnah. Faktor ini diperparah oleh fakta sejarah bahwa penafsiran teks-teks agama hanya didominasi oleh laki-laki.
Tafsir Ayat-Ayat Gender dalam Al-Qur’an dengan Pendekatan Ekofeminisme: Kritik Terhadap Tafsir Feminisme Liberal Mintaraga Eman Surya
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.435

Abstract

Abstract: The interpretation of the gender verses in the Al-Qur'an with eco-feminism approach is the criticism and alternative interpretation of gender verses with liberal feminism approach. This is because of the liberal feminism puts men and women in the positions of binary opposition that makes competition and rivalry. The purposes of this paper are to determine the composition of the interpretation of the gender verses in the AlQur'an with eco-feminism approach and to know the function and the position of the interpretation of gender verses with eco-feminism approach as a criticism and an alternative interpretation of gender verses with liberal feminism approach. This paper is expected to be an alternative of the interpretation of liberal feminism which becomes mainstream in Islamic studies and gender. Abstrak : Penafsiran ayat-ayat gender dalam Al-Qur'an dengan eco-feminisme pendekatan adalah kritik dan interpretasi alternatif ayat jender dengan pendekatan feminisme liberal. Hal ini karena feminisme liberal menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi oposisi biner yang membuat kompetisi dan persaingan. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menentukan komposisi dari penafsiran ayat-ayat gender dalam Al-Qur'an dengan eco-feminisme pendekatan dan mengetahui fungsi dan posisi penafsiran ayat-ayat jender dengan eco-feminisme pendekatan sebagai kritik dan interpretasi alternatif dari ayat-ayat jender dengan pendekatan feminisme liberal. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi alternatif penafsiran feminisme liberal yang menjadi arus utama dalam studi Islam dan gender 
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN (Kajian Strategis Kepemimpinan Berbasis Gender) Suyatno Suyatno
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.436

Abstract

Abstract : Terms of women's emancipation or gender equality is often touted in almost all corners of the world, able to open a general idea to rethink creature named women to become leaders, even heads of state. The discussion will be more interesting when the position of women in the social facts are also removed. It is of course behind the reconstruction of the position of women in the historical and political arena. Both studies and evidence from the Quran, the Hadith, and the explanation of the experts in the field, shows that women do not experience gender barriers to explore her potential and release energy to become a leader in the community when the community around it has not considered taboo and acknowledged benefits. In addition, the permissibility of being a leader must also be supported by personal qualities include: ability, capacity, faculty, and skills. Abstrak : Ketentuan emansipasi perempuan atau kesetaraan gender sering disebut-sebut hampir di seluruh penjuru dunia, mampu membuka ide umum untuk memikirkan kembali makhluk bernama perempuan untuk menjadi pemimpin, bahkan kepala negara. Pembahasan akan lebih menarik bila posisi perempuan dalam fakta-fakta sosial juga dihapus. Hal ini tentu saja di balik rekonstruksi posisi perempuan di arena sejarah dan politik. Kedua studi dan bukti dari Al-Qur'an, Hadits, dan penjelasan dari para ahli di lapangan, menunjukkan bahwa wanita tidak mengalami hambatan gender untuk menggali potensi dan melepaskan energi untuk menjadi pemimpin di masyarakat ketika masyarakat di sekitarnya belum tabu dipertimbangkan dan manfaat diakui. Selain itu, kebolehan menjadi seorang pemimpin juga harus didukung oleh kualitas pribadi meliputi: kemampuan, kapasitas, fakultas, dan keterampilan
PEREMPUAN DALAM LINTAS SEJARAH (Studi Atas Peran Publik Sahabiyah-Sahabiyah di Masa Rasulullah SAW) Syamzan Syukur
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.437

Abstract

Abstract: The tradition of pre-Islamic Arabian society known as the position of women as imperior. Prophet as a feminist fight for equality derarat (egalitarian) between men and women. The struggle of the Prophet raise the dignity of women is very opposite to trasidi Arab society. Many traditions and fi'li qauli recommending that treat women well. Even at the time of the Prophet women taking a role in the public sphere-sphere were previously considered taboo for women. As in politics known Aisha, Umm Salama, Safia Bint Abdul Muttalib and others, in the field of education known in economics Aisha and Khadija bint Khuwalid known. Abstrak : Tradisi masyarakat Arab pra-Islam yang dikenal sebagai posisi perempuan sebagai imperior. Nabi sebagai pertarungan feminis untuk kesetaraan derarat (egaliter) antara laki-laki dan perempuan. Perjuangan Nabi mengangkat harkat dan martabat wanita sangat berlawanan dengan trasidi masyarakat Arab. Banyak tradisi dan qauli fi'li merekomendasikan bahwa memperlakukan wanita dengan baik. Bahkan pada saat perempuan Nabi mengambil peran dalam masyarakat lingkup-lingkup yang sebelumnya dianggap tabu bagi perempuan. Seperti dalam politik dikenal Aisha, Ummu Salamah, Safia Binti Abdul Muthalib dan lain-lain, di bidang pendidikan yang dikenal dalam ilmu ekonomi Aisha dan Khadijah binti Khuwalid dikenal.
HAK KONSTITUSIONAL BURUH PEREMPUAN DALAM BINGKAI NEGARA HUKUM KESEJAHTERAAN DI INDONESIA Triana Sofiani
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.438

Abstract

Abstract : This study just want to expose on the constitutional rights of women workers in Indonesia within the legal framework of the welfare state. Indonesia as a state welfare law, of course, the duty to enforce the welfare of all citizens, both men and women without discrimination, including the constitutional rights of women workers. The state is obliged regulate wages, provide protection, social security and guarantee of other rights, fairly and without discrimination in accordance constitutional rights of women workers as the provisions contained in the Constitution of the Republic of Indonesia 1945. Abstrak : Penelitian ini hanya ingin mengekspos tentang hak-hak konstitusional pekerja perempuan di Indonesia dalam kerangka hukum negara kesejahteraan. Indonesia sebagai hukum negara kesejahteraan, tentu saja, kewajiban untuk menegakkan kesejahteraan semua warga negara, baik pria maupun wanita tanpa diskriminasi, termasuk hak-hak konstitusional pekerja perempuan. Negara berkewajiban mengatur upah, memberikan perlindungan, jaminan sosial dan jaminan hak-hak lain, adil dan tanpa diskriminasi dalam hak-hak konstitusional sesuai pekerja perempuan sebagai ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
PERAN AKTIF PEREMPUAN MUSLIM Taufik Munir
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.439

Abstract

Abstract :  Issues on the Status of Women in Islam will always be a discourse which is always inviting pros and cons. Although in terms of women's rights has been codified in revelation and tradition of the Prophet (Hadith), but it turns out after him after the death, the condition of Muslim women considered to be undergoing drastic changes. The amendment relates to the concept of women's liberation, along with changes in the interpretation of the validity of the scholars of fiqh sources-formal legal about women's rights in Islam. The emergence of stigmatization in our society, that women do not need to play outside the home also play a role worsen climate of freedom for women. Abstrak : Isu tentang Status Perempuan dalam Islam akan selalu menjadi wacana yang selalu mengundang pro dan kontra. Meskipun dalam hal hak-hak perempuan telah dikodifikasi dalam wahyu dan tradisi Nabi (Hadis), tetapi ternyata setelah dia setelah kematian, kondisi perempuan Muslim dianggap mengalami perubahan drastis. Perubahan tersebut berkaitan dengan konsep pembebasan perempuan, bersama dengan perubahan dalam interpretasi validitas ulama sumber formal hukum tentang hak-hak perempuan dalam Islam fiqh. Munculnya stigmatisasi di masyarakat kita, bahwa wanita tidak perlu bermain di luar rumah juga berperan memperburuk iklim kebebasan bagi perempuan
PATRIARKHISME DAN KETIDAKADILAN GENDER Siti Rokhimah
Muwazah Vol 6 No 1 (2014)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v6i1.440

Abstract

Abstract : This study discusses about what and how the patriarchal system perpetuates gender inequality in the reality of social life, with women as victims. Patriarchy is the magic system because of its ability to power that is no longer in the realm of the family but in all areas of the world that demonstrate extraordinary cognitive. This system is a system of male dominance and superiority -laki for control and domination of women. Gender roles are deliberately constructed by this ideology, understood by women as something natural or nature, so that in many areas of life this system perpetuates gender inequality. Abstrak : Penelitian ini membahas tentang apa dan bagaimana sistem patriarki melanggengkan ketidaksetaraan gender dalam realitas kehidupan sosial, dengan perempuan sebagai korban. Patriarki adalah sistem ajaib karena kemampuannya untuk kekuasaan yang tidak lagi di ranah keluarga tetapi dalam semua wilayah di dunia yang menunjukkan kognitif yang luar biasa. Sistem ini adalah sistem laki-laki dominasi dan superioritas -laki untuk kontrol dan dominasi perempuan. Peran gender sengaja dibangun oleh ideologi ini, dipahami oleh perempuan sebagai sesuatu yang alami atau alam, sehingga dalam banyak bidang kehidupan sistem ini melanggengkan ketidaksetaraan gender.

Page 1 of 1 | Total Record : 8