cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pekalongan,
Jawa tengah
INDONESIA
MUWAZAH: Jurnal Kajian Gender
ISSN : 20858353     EISSN : 25025368     DOI : -
Core Subject :
Muwazah adalah jurnal kajian gender dengan ISSN Print: 2085-8353; Online: 2502-5368 yang diterbitkan oleh Pusat Studi Gender (PSG) IAIN Pekalongan. Kata Muwazah berasal dari bahasa Arab yaitu (??????) yang memiliki arti kesetaraan. Jurnal ini fokus pada isu-isu aktual dan kontemporer yang berkaitan dengan kajian gender lokalitas dalam berbagai perspektif. Redaksi mengundang para ilmuwan, sarjana, professional, praktisi dan peneliti dalam berbagai disiplin ilmu yang konsern terhadap kajian gender berupa analisis, aplikasi teori, hasil penelitian, terjemahan, resensi buku, literature review untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya setelah melalui mekanisme seleksi naskah, telaah mitra bebestari, dan proses penyuntingan. Jurnal ini terbit setahun dua kali setiap bulan Juni dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 8 No 1 (2016)" : 8 Documents clear
MODERATISME FIKIH PEREMPUAN YUSUF AL-QARDHAWI Jamal Ma'mur
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.725

Abstract

This paper examines the thought Yusuf al-Qardhawi about women fiqh. The theory used is maqasidus Shari'ah. The analysis used was content analysis. This research, including qualitative research because examines the idea of a character in response to public issues are very real. The results showed that, women in the time of Prophet Muhammad followed the prayer jamaah, Jum'ah prayer, the prayer of Eid fithri and Eid al-Adha.They also attended the majlis of science and even in the battlefield. Women are also allowed to work outside the home with requirements pertaining to religion and are not prohibited, consistently maintaining the ethics of Islam, and not leave its core responsibilities to her husband and children. in the context of the public, women should be leaders;and others.paper ini mengkaji pemikiran Yusuf al-Qardhawi tentang fiqh perempuan. Teori yang digunakan adalah maqasidus syari’ah (tujuan aplikasi hukum syariat). Analisis menggunakan content analysis. Penelitian termasuk penelitian kualitatif karena mengkaji gagasan seorang tokoh dalam merespons isu-isu publik yang aktual. Hasil penelitian menunjukan, bahwa perempuan masa Nabi mengikuti shalat jama’ah, shalat jum’ah, shalat idul fithri dan idul adha. Mereka juga, menghadiri majlis ilmu dan berada di medan perang. Perempuan juga boleh bekerja di luar rumah dengan syarat profesinya dibolehkan agama dan tidak diharamkan, konsisten menjaga etika Islam, dan tidak meninggalkan kewajiban utamanya kepada suami dan anak-anak; dalam konteks publik, perempuan boleh menjadi pemimpin; dan lain-lain.
PERAN TEORI QIRA’AT DALAM MEMAHAMI AYAT RELASI GENDER Ahmad Muttaqin
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.727

Abstract

Al-Quran at the first time was sent down to transform the bias gender relation. In relation to this, it is necessary to let the Quranic verses to talk about gender itself by using the variant readings (Qira’at) of the Al-Quran. This paper aims to built the argument how important the qira’at is to understand the verses talking about gender. For example, this will analyze the Q.S. Al-Nisa’ (4): 19. This concludes that variant readings (qira’at) contributes to understand the Quran thematically and contextually. Second, using the qira’at in Q.S. Al-Nisa’ (4): 19, we understand how to position the women more respectfullyAl-Quran pada saat pertama diturunkan untuk mengubah hubungan bias gender. Sehubungan dengan ini, perlu untuk membiarkan ayat-ayat Al-Quran berbicara tentang gender itu sendiri dengan menggunakan bacaan varian (Qira'at) dari Al-Quran. Paper ini bertujuan untuk membangun argumen tentang pentingnya Qira'at untuk memahami ayat-ayat Al-Quran berbicara tentang gender. Misalnya, analisis Q.S. Al-Nisa '(4): 19, dengan kesimpulan bahwa varian bacaan (Qira'at) memberikan kontribusi untuk memahami Quran tematis dan kontekstual dan menggunakan Qira'at dalam Q.S. Al-Nisa '(4): 19, bisa memahami posisi kaum perempuan dengan lebih terhormat.
SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI Danik Fujiati
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.734

Abstract

This paper examines the culture of patriarchy, which dominate and discriminate against women. Control of patriarchy on female sexuality, making them no longer have authority over his own body. Culture that built into the foundations of a patriarchal society with control over female sexuality, be threatening the existence of women was regarded as liyan, so that it becomes the root of the problem of gender inequality. Contributions patriarchy over the control of women's sexuality, make women experiencing the condition in which, when there are any problem affecting the female body (biological), then it happens because women's own fault. Ironically, in a society characterized by patriarkhisme, then the control, domination and discrimination both in the public and domestic over women's bodies become considered reasonable by the community, even countries.Paper ini mengkaji tentang budaya patriarkhi yang mendominasi dan mendiskriminasi kaum perempuan. Kontrol patriarkhi terhadap seksualitas perempuan, menjadikan mereka tidak lagi memiliki otoritas atas tubunya sendiri. Kultur yang dibangun dalam pondasi masyarakat patriarkhi dengan kontrol atas seksualitas perempuan mengancam eksistensi perempuan yang dianggap sebagai liyan, sehingga menjadi akar masalah ketidakadilan gender. Kontribusi patriarki atas kontrol terhadap seksualitas perempuan menjadikan kaum perempuan mengalami kondisi dimana, ketika ada masalah apapun yang menimpa tubuh perempuan (biologis), maka hal tersebut terjadi karena kesalahan perempuan sendiri. Ironis lagi, dalam masyarakat yang diwarnai oleh patriarkhisme, maka penguasaan, dominasi dan diskriminasi baik di ranah publik maupun domestik atas tubuh perempuan menjadi hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, bahkan negara.
PERLINDUNGAN TERHADAP KEPENTINGAN PEREMPUAN DALAM PRAKTIK PERCERAIAN MUBARA’AH DI MASYARAKAT SASAK PULAU LOMBOK Zulfatun Ni’mah
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.735

Abstract

this study aims to explore the reasons of women Sasak, preferring divorce mubara'ah ratherthan go through the legal procedures in courts and; mubara'ah divorce decision effectiveness in providing protection against the interests of women. The results showed that, women prefer to divorce mubara'ah Sasak village rather than litigation in court because it was easier, cheaper and faster than in court. overseas. The practice of mubara'ah be allowed to live by the government, and even tend to be protected, through the act of manipulating the data by the village government, in order that people who have divorced mubara'ah can remarry without having to show a divorce certificate from the court. The action manipulate this data, known, tolerated and accepted by the Office of Religious Affairs with the appropriate reason for divorce Islamic law. Divorce mubara'ah provides protection against the interests of women in society, related to marital status, the right to joint property and child custody. However, such protection is weak when dealing with the need of the orderly administration of the country, for example: birth certificate, family card, registration of Hajj and registration work abroad.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan perempuan Sasak lebih memilih gugat cerai mubara’ah daripada menempuh prosedur hukum di pengadilan dan efektifitas putusan perceraian mubara’ah dalam memberikan perlindungan terhadap kepentingan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perempuan Sasak lebih memilih perceraian mubara’ah di kampung daripada beracara di pengadilan karena lebih mudah, lebih murah dan lebih cepat dibanding di pengadilan. Praktik mubara’ah dibiarkan hidup oleh pemerintah, bahkan cenderung dilindungi melalui tindakan rekayasa data oleh pemerintah desa agar orang yang pernah bercerai secara mubara’ah dapat menikah lagi tanpa harus menunjukkan akta cerai dari pengadilan. Rekayasa data ini diketahui, dibiarkan dan diterima oleh Kantor Urusan Agama dengan alasan perceraian tersebut sesuai syariat Islam. Perceraian mubara’ah  memberikan perlindungan terhadap kepentingan perempuan di masyarakat, dalam bidang status perkawinan, hak harta bersama dan hak pengasuhan anak. Namun, perlindungan tersebut lemah ketika berhadapan dengan kepentingan tertib administrasi negara, misalnya: pembuatan akta kelahiran, Kartu Keluarga, pendaftaran haji dan pendaftaran kerja di luar negeri.
PENELANTARAN RUMAH TANGGA ( Kajian Hukum dan Gender ) Nurbaity Prastyananda
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.736

Abstract

This paper examines the neglect of household in the perspective of law and gender. The argument, which was developed in this study is that neglect of household as one form of domestic violence, which legally regulated clearly and firmly in the Law of the Republic of Indonesia Number 23 of 2004 on the Elimination of Domestic Violence. Sociologically, neglect of household, related to the construction of gender in the context of patriarchal society, which results in gender inequality with the victims were women and children.Paper ini mengkaji tentang penelantaran rumah tangga dalam perspektif hukum dan gender. Argumentasi yang dibangun dalam kajian ini adalah, penelantaran rumah tangga sebagaisalah satu bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang secara yuridis diatur secara jelas dan tegas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Secara sosiologis, penelantaran rumah tangga, juga tidak lepas dari konstruksi gender yang dibangun oleh masyarakat patriarkhis, yang mengakibatkan ketimpangan gender dengan korbannya adalah perempuan dan anak.
CITRA KAUM PEREMPUAN DI HINDIA BELANDA Fika Hidayani; Isriani Hardini
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.738

Abstract

This article illustrates the position of Indonesian women in the Dutch colonial era, where women were treated arbitrarily, and they did not have the rights as human beings which equal to men. In fact, due to economic conditions and necessity, these women were willing to become a mistress and housekeeper in the Dutch household in Indonesia. This article is an interesting to discuss because the condition of women in Dutch colonial are rarely exposed to the media. A condition that was very dramatic that never happened again to women in Indonesia.Artikel ini menggambarkan mengenai kedudukan perempuan Indonesia ketika zaman penjajahan Belanda, di mana perempuan diperlakukan semena-mena, dan tidak diberikan haknya sebagai manusia yang sederajat dengan kaum pria. Bahkan dikarenakan kondisi ekonomi dan keterpaksaan, para perempuan ini rela menjadi gundik dan nyai bagi rumah tangga orang Belanda yang tinggal di Indonesia. Artikel ini menarik dibahas karena kondisi perempuan seperti ini jarang terekspos media. Suatu kondisi yang sangat miris yang diharapkan tidak akan terjadi lagi pada perempuan di Indonesia.
KARAKTERISTIK ORGANISASI LOKAL PEREMPUAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN SOSIAL MASYARAKAT DI LHOKSEUMAWE-ACEH Zulham Zulham; Fauzan Fauzan
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.739

Abstract

The article discusses the role of women and it is characteristic in forming organizations and maintaining social communication establishment in order to actualize and articulate their existance within socciety. So far, we knew that gender’s role during the new order regime, what we called Suharto’s military regime, in which totally marginalized and isolated from development, politics,culture and other social activities. Therefore, the local communities in Aceh, has grown and developed organizations as a mechanism for fulfilling the needs and solving problems for the people at the local level, especially women.paper ini membahas tentang peran perempuan dan karakteristik dalam membentuk organisasi dan mempertahankan pendirian komunikasi sosial dalam rangka aktualisasi keberadaan mereka di masyarakat, karena selama rezim orde baru, atau disebut dengan rezim militer Suharto, perempuan terpinggirkan dan terisolasi dari pembangunan, politik, budaya dan kegiatan sosial lainnya. Oleh karena itu, pada masyarakat lokal di Aceh, telah tumbuh dan berkembang organisasiorganisasi sebagai mekanisme pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan bagi masyarakat pada tingkat lokal, khususnya perempuan.
FILM “KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG” SEBAGAI LIVING AL-QURAN Ahmad Muttaqin
Muwazah Vol 8 No 1 (2016)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v8i1.740

Abstract

The film,“Kehormatan di Balik Kerudung” (read: KdBK) is a religious Indonesian film containing gender issues.In relation to this, it is necessary to view this movie as livingAlQuranphenomenon. By using femenism approach, this paper concludes that first, the“KdBK” movie contains gender issue as reception from Q.S. Ali ‘Imran (3): 132. Second, many gender imbalance issues are showed from this movienamely, discrimination, stereotype, subordination, marginal issue and double burden.Film, "Kehormatan di Balik Kerudung" (baca: KdBK) adalah sebuah film religiusIndonesia yang mengandung isu-isu gender. Terkait dengan hal tersebut, maka penting untuk melihat film ini sebagai phenomena livingAl-Quran. Pendekatan femenism, digunakan dalam kajian ini, sehingga kesimpulannya adalah, pertama, film "KdBK" berisi isu gender sebagai penerimaan dari Q.S. Ali Imran (3): 132 dan; kedua, isu-isu ketimpangan gender yang ditunjukan dalam film ini, antara lain: diskriminasi, stereotip, subordinasi, marginalisasi dan beban ganda.

Page 1 of 1 | Total Record : 8