cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra
ISSN : 20892926     EISSN : 25798138     DOI : -
Core Subject : Education,
JENTERA is a literary research journal published by Badan Pengembangan and Pembinan Bahasa, Ministry of Education and Culture. Jentera publishes the research articles (literary studies and field research), the idea of conceptual, research, theory pragmatice, and book reviews. Jentera publishes them biannually on June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra" : 7 Documents clear
CINDERELLA COMPLEX PADA TEEN LIT “EIFFEL I’M IN LOVE” KARYA RAHMANIA ARUNITA DAN “FAIRISH” KARYA ESTI KINASIH Tania Intan
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1476

Abstract

Cinderella compleks merupakan kecenderungan psikologis [pada perempuan], yang secara konsisten mengalami ketergantungan dan selalu berharap pada perlindungan [dari laki-laki]. Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap Cinderella complex yang terinternalisasi pada tokoh perempuan dalam dua teen lit Indonesia yang berjudul Eiffel I’m in Love karya Rahmania Arunita dan Fairish karya Esti Kinasih. Telaah menggunakan pendekatan kritik sastra feminis dan metode deskriptif kualitatif. Konsep teoretis yang diapropriasi adalah psikologi sastra mengenai Cinderella complex dari Dowling, yang dikaitkan dengan gagasan-gagasan posfeminis. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemicu Cinderella complex pada para tokoh perempuan adalah kepribadian yang belum matang, pola pengasuhan otoriter dalam keluarga, dan konsep diri yang rendah. Bentuk Cinderella complex yang terungkap dalam dua novel remaja tersebut di antaranya tokoh perempuan tergantung pada tokoh laki-laki dan mempertahankan sifat manja dan lemah yang diatribusikan sebagai karakter feminin. Dampaknya, tidak terbentuk kemandirian dan kemampuan tokoh perempuan untuk menyelesaikan permasalahan.
WEWANGIAN YANG MENGHANCURKAN TATANAN SIMBOLIK DALAM FILM PERFUME: THE STORY OF A MURDERER (2006) Innezdhe Ayang Marhaeni
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1851

Abstract

Dalam karya seni, fantasi ideologis pengarang dikonstruksi sedemikian rupa oleh tatanan simbolik. Hal ini menunjukkan bahwa diri pengarang atau pencipta karya selalu hadir dalam karya yang dihasilkan, terutama berkenaan dengan muatan ideologi yang dibawa dan merepresentasikan sosial budaya sekitarnya. Demikian pula halnya dengan film. Dalam hal ini, seorang sutradara mampu menghadirkan apa yang disebut Žižek sebagai keterikatan antara narasi dengan gaze subjektifnya. Tindakan radikal yang otentik akan memuat kritik apabila dipengaruhi oleh fakta dalam diri sutradara. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini mempermasalahkan tentang tindakan radikal subjek dalam film Perfume arahan Tom Tykwer dan fantasi ideologis yang ada dalam film Perfume. Metode yang diambil ialah analisis karya secara visual dan tekstual. Kajian ini bertujuan untuk mengemukakan kritik ideologi yang diangkat sebagai realita oleh sutradara. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis tindakan radikal yang dilakukan oleh subjek dan subjektivitas sutradara yang dipengaruhi dunia simbolik. Dari penelusuran tersebut akan ditemukan fantasi ideologis yang hadir dalam film sebagai bentuk sinisme akan monarki yang menerapkan absolutisme di Perancis pada abad 18.
MERAK, IKAN DAN SINGANDARUNG: CITRA SASTRA MASA PERALIHAN HINDU – ISLAM DI LOMBOK Abdullah Maulani
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1524

Abstract

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana citra sastra petualangan turut berperan penting pada masa peralihan Hindu–Islam dalam struktur masyarakat Lombok. Salah satu contoh karya sastra peralihan yang masyhur di tengah masyarakat Lombok adalah teks Puspakrema. Sedangkan di dunia kesusasteraan Melayu, Hikayat Indraputra populer pada masa peralihan Hindu–Islam sejak abad ke-15. Kedua karya sastra ini termasuk ke dalam genre sastra petualangan Nusantara. Pendekatan sastra bandingan digunakan oleh peneliti untuk menemukan berbagai persamaan dan perbedaan baik struktur maupun motif cerita dalam kedua karya sastra ini. Secara umum, persamaan keduanya sebagai karya sastra petualangan adalah perjalanan tokoh utama demi mencapai tujuan kebaikan bagi sesamanya. Persamaan juga terlihat pada unsur-unsur cerita seperti penggunaan ikan dan burung merak sebagai simbol universal dalam kesusastraan Nusantara. Adapun perbedaan-perbedaan yang ada dalam kedua karya sastra ini seperti adanya tokoh Singandarung atau singa bersayap yang berasal dari tradisi Hindu‑Bali dalam Puspakrema. menunjukkan kesusastraan Islam yang memiliki unsur kesusasteraan Hindu Bali tetap populer di kalangan masyarakat Sasak sebagai bagian dari identitas dan kekayaan khazanah kesusastraan di Lombok.--Abstract: This article aims to discuss how adventurous literary images play an important role in the Hindu-Islamic transition in the structure of Lombok's society. One of the famous classical literature in Lombok is the text of Puspakrema. Whereas in the Malay literary world, Hikayat Indraputra was popular during the Hindu-Islamic transition since the 15th century. Both of these literary works belong to the archipelago adventure literary genre. The comparative literary approach is used by researcher to find various similarities and differences in both the structure and motives of stories in these two literary works. In general, the similarity of the two as adventurous literary works is the journey of the main character in order to achieve the goal of kindness for each other. Similarities can also be seen in story elements such as the use of fish and peacocks as universal symbols in Nusantara literature. As for the differences that exist in these two literary works such as the presence of Singandarung figures or winged lion originating from the Balinese Hindu tradition in Puspakrema shows that Islamic literature has elements of Balinese Hindu literature remains popular among the Sasak people as part of the identity and wealth of literary treasures on Lombok.
SINTREN DARI SUDUT PANDANG SECONDARY ORALITY yeni mulyani supriatin
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1330

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan sintren, sebuah tradisi lisan sebagai primary orality yang bertransformasi dalam bentuk secondary orality. Masalah yang dibahas adalah bagaimana sintren dalam bentuk secondary orality? Apakah benar-benar berubah atau ke luar dari bentuk asalnya? Teori yang digunakan dalam penganalisisan data adalah pendekatan modern dan sudut pandang secondary orality. Metode yang digunakan adalah metode modern dengan teknik perbandingan dan penyimakan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sintren dalam bentuk secondary orality lebih variatif, fungsional, dan lebih menarik, baik dari aspek bentuk maupun tampilannya. Simpulan penelitian ini adalah bahwa secondary orality merupakan satu bentuk penerobosan baru agar sintren sebagai tradisi lisan lebih bertahan, lebih diketahui generasi masa kini, dan lebih bisa menembus zamannya
PANDANGAN LIMA TOKOH PEREMPUAN TERHADAP PERNIKAHAN DALAM NOVEL MENIKAH KARYA JANE MARYAM Mamad Ahmad
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1412

Abstract

AbstrakPernikahan adalah sebuah perbuatan  sakral yang dilakukan oleh dua insan berlainan jenis kelamin untuk hidup bersama secara sah dalam sebuah ikatan batin yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun, pada kenyataan banyak diantara kita yang berpandangan bahwa pernikahan dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus berlawanan jenis kelamin. Penelitian ini akan membahas pandangan lima tokoh perempuan dalam menyikapi dan memaknai sebuah pernikahan dalam novel “menikah” karya Jane Maryam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pandangan lima tokoh utama perempuan terhadap arti sebuah pernikahan. Penelitian ini menggunakan teori feminisme radikal untuk mengungkapkan pandangan lima tokoh perempuan melalui identifikasi dan interprestasi watak dan karakter lima tokoh perempuan. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan studi pustaka dan teknik baca catat sebagai metode pengumpulan datanya. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan teknik interpretatif. Hasil intertpretasi menunjukkan bahwa ada perbedaan yang mendasar tentang arti dan makna sebuah pernikahan dari kelima tokoh perempuan, antara lain pandangan seorang tokoh utama perempuan yang menyatakan bahwa pernikahan itu sebuah hubungan dua insan yang dilakukan dalam sebuah ikatan yang sah tetapi tidak harus berlainan jenis.Kata kunci:pernikahan;pandangan;kritik feminis
METAFORA PERJALANAN DALAM KUMPULAN PUISI SERAH KARYA ERIS RISNANDAR Hera Lyra
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1742

Abstract

Peneliltian ini mengungkap metafora perjalanan yang ada dalam buku kumpulan puisi Serah karya Eris Risnandar. Penelitian ini menggunakan analisis metafora dan analisis simbol dengan memanfaatkan teori hermeneutika Paul Ricoeur. Hasil penelitian terhadap delapan dari 45 puisi dalam buku Serah yang berjudul “Dina Beus”, “Hayang Balik”, “Sabot Ngadagoan”, “Sabot Ngangkleung”, “Di Lampu Merah”, “Sorangeun”, “Réa Tapak”, dan “Mun Seug” menggambarkan pentingnya metafora perjalanan yang menjadi roh keseluruhan isi dan makna puisi sang penyair. Selain itu, melalui metafora perjalanan, satu puisi dan puisi lainnya dalam buku Eris tersebut memiliki hubungan dan ada pada satu napas yang sama.
GENDER BIAS AS REFLECTED ON UPIN & IPIN THE SERIES Herry Nur Hidayat; Wasana Wasana
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1642

Abstract

This paper describes gender bias as reflected in Upin & Ipin the series. This study employed qualitative research methods in which the objects were observed repeatedly to construct indicators that reflected gender bias. Then it was followed by analyzing them within sociological and feminist perspectives. It showed that there was an imbalance in gender position within several episodes of Upin & Ipin. As one of the media forms that later on becoming an instructional media, it should posit its position neutrally in the term of gender issues. The content of the gender bias in Upin & Ipin reflected within characters and settings. It reflected as the characters articulate their dialogues and behave in their daily life. There was a tendency to determine the ownership of boys and girls based on colors and things. In this case, pink regarded as to belong to girls. Also, there was a tendency to describe that girls and boys behave differently. For example, girls should be gentle and neat, and boys should be strong and brave. In the term of setting, gender bias reflected in the domination of areas that boys dominate outdoor public space while girls are in the domestic sector (households). Abstrak: Artikel ini memaparkan hasil penelitian terhadap serial animasi Upin & Ipin yang memperlihatkan bias gender dalam beberapa episodenya. Sebagai salah satu bentuk media yang kemudian menjadi media pembelajaran seharusnya bisa berposisi netral dalam hal gender. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Objek material diamati secara berulang untuk memperoleh indikator yang menunjukkan bias gender yang kemudian dianalisis dalam kerangka sosiologi dan perspektif feminisme. Hasil penelitian menunjukkan muatan bias gender dalam Upin & Ipin terdapat dalam tokoh dan penokohan serta pembentukan latar. Dalam tokoh dan penokohan serial animasi ini, melalui dialog dan lakuannya, terdapat kecenderungan “kepemilikkan” warna dan benda tertentu. Dalam hal ini, warna merah muda dianggap sebagai warna “milik” perempuan. Di samping itu, terdapat pula kecenderungan sifat dan perilaku perempuan dan laki-laki. Perempuan harus memiliki sifat lembut dan rapi sementara laki-laki harus keras dan berani. Dalam latar cerita, muatan bias gender muncul sebagai bentuk wilayah dominasi perempuan dan laki-laki. Perempuan dibatasi dalam wilayah domestik rumah tangga sementara laki-laki berada di wilayah luar (publik)..

Page 1 of 1 | Total Record : 7