Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

SALAWAT DULANG ORAL LITERATURE AS A MEANS TRANSMISSION OF MINANGKABAU NOBLE VALUES CULTURE FROM GENERATION TO GENERATION (SASTRA LISAN SALAWAT DULANG SEBAGAI SARANA TRANSMISI NILAI-NILAI LUHUR KEBUDAYAAN MINANGKABAU DARI GENERASI KE GENERASI ) Meigalia, Eka; Wasana, Wasana; Putra, Yerri Satria
Jurnal Gramatika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.039 KB) | DOI: 10.22202/jg.2019.v5i2.3388

Abstract

Sebagai salah satu sastra lisan di Minangkabau yang masih terus dipertunjukkan, salawat dulang telah mengalami banyak sekali perubahan. Aspek humor dan hiburan lebih ditonjolkan. Meskipun begitu, salawat dulang pada dasarnya mengandung nilai-nilai luhur kebudayan Minangkabau yang menjadikannya patut untuk terus diwariskan dan dipertahankan sebagai salah satu warisan budaya. Berdasarkan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai luhur kebudayaan Minangkabau yang terkandung pada sastra lisan Minangkabau, salawat dulang. Untuk itu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan terhadap pertunjukan, wawancara, studi terhadap teks yang dituturkan, dan studi kepustakaan. Sedangkan kerangka teori yang digunakan adalah antropologi sastra lisan. Berdasarkan data dan hasil analisis, salawat dulang memiliki nilai-nilai yang lebih dari sekedar hiburan. Nilai-nilai luhur kebudayaan Minangkabau yang ditemukan adalah berbuat jasa, bekerja keras, dan menjunjung tinggi nilai egaliter dan solidaritas.
REKAMAN BENCANA DI SUMATERA BARAT DALAM LIRIK LAGU MINANG MODERN Eka Meigalia; Yerri Satria Putra; Wasana Wasana
Puitika Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.14.2.146--162.2018

Abstract

Tulisan ini menjelaskan fenomena munculnya lagulagu Minang modern yang bertema bencana ini sebagai karya dari penciptanya dan juga konten-konten yang dimuat dalam lirik lagu tersebut. Untuk itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah melalui transkripsi dan pencatatan syair lagulagu Minang yang bertema bencana untuk kemudian dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra serta analisis konten. Berdasarkan analisis, lirik lagu Minang yang bertema bencana merupakan salah satu bentuk luapan perasaan dan pandangan pengarang terhadap bencana. Terutama sekali sebagai bagian dari masyarakat yang terdampak secara langsung. Ada pun muatan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut antara lain gambaran peristiwa, waktu, serta pesan terhadap masyarakat pendengar atau penikmat lagu.
REFLEKSI LINGKUNGAN DALAM KUMPULAN CERPEN HIKAYAT BUJANG JILATANG KARYA AFRI MELDAM (TINJAUAN EKOKRITIK SASTRA) Riri Novianti; Wasana Wasana; Silvia Rosa
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 9, No 1 (2020): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v9.i1.138

Abstract

Artikel ini membahas gambaran lingkungan flora, fauna dan gambaran lingkungan sosial budaya yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hikayat Bujang Jilatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan keadaan lingkungan alam yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hikayat Bujang Jilatang. Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekokritik sastra. Ekokritik sastra adalah strategi pembacaan karya sastra yang bermuatan tentang aspek lingkungan (flora, fauna, dan budaya) yang terdapat dalam karya sastra. Teknik yang digunakan adalah menentukan cerpen yang mengandung pesan moral atau kritikan terhadap lingkungan dan menganalisis data-data yang ditemukan.Hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kumpulan cerpen Hikayat Bujang Jilatang merupakan refleksi lingkungan flora, fauna dan sosial budaya masyarakat. Pesan moral dan kritikan yang ada dalam kumpulan cerpen tersebut berperan untuk menjaga ekosistem alam. Kepercayaan rakyat yang ada dalam kumpulan cerpen Hikayat Bujang Jilatang merupakan kearifan lokal masyarakat yang hidup di desa untuk menjaga lingkungannya.
PERIBAHASA MINANGKABAU DALAM MEME DI INSTAGRAM Melani Niko Sari; Wasana Wasana; Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 8, No 2 (2019): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v8.i2.135

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan peribahasa Minangkabau dalam bentuk meme di Instagram. Menggunakan kajian semiotika, meme yang diperoleh terlebih dahulu dipilih dan dikelompokkan berdasarkan ragam visualnya. Dengan sampel yang diperoleh melalui tagar tertentu, diperoleh hasil ragam visual meme peribahasa Minangkabau dalam Instagram berbentuk tulisan dan meme dengan tulisan dan gambar. Meme berbentuk teks dan gambar dikelompokkan lagi dalam meme dengan gambar yang beranalogi dengan teks dan meme dengan gambar yang tidak beranalogi dengan teks. Secara keseluruhan meme peribahasa Minangkabau umumnya tidak hanya mampu untuk membangkitkan kembali nilai-nilai tradisional pada ungkapan tradisional masyarakat Minangkabau.
Sosialisasi Dan Pelatihan Alih Media Kaba Rona Almos; Herry Nur Hidayat; Wasana Wasana; Meigalia Meigalia
Warta Pengabdian Andalas Vol 23 No 1 (2016): Warta Pengabdian Andalas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.23.1.10.2016

Abstract

Dalam upaya mengenalkan dan melestarikan karya seni budaya tradisi kaba, adanya sebuah transformasi tersebut. transfromasi itu adalah perubahan menjadi bentuk komik sehingga diharapkan akan lebih mudah diterima oleh khalayak penikmat terutama remaja dan anak-anak. Kegiatan ini adalah wujud kelanjutan hasil penelitian terhadap kemungkinan transformasi cerita kaba menjadi cerita anak dan komik. Pelaksanaan kegiatan berisi diskusi dan pelatihan alih media kaba menjadi carita anakdan komik. Oleh karenanya, kegiatan ini dilaksanakan dalam dua bagian, ceramah dan diskusi serta pelatihan singkat. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan ini, diperoleh simpulan kurangnya materi dan bahan ajar muatan lokal yang lebih menarik dan diterima oleh siswa didik untuk peningkatan pengetahuan mereka terhadap muatan lokal keminangkabauan, terbatasnya pengembangan muatan keminangkabauan, penguasaan materi keminangkabauan yang tinggi tidak diimbangi dengan kreativitas pengolahannya menjadi bahan ajar yang lebih baik.
GENDER BIAS AS REFLECTED ON UPIN & IPIN THE SERIES Herry Nur Hidayat; Wasana Wasana
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 8, No 2 (2019): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v8i2.1642

Abstract

This paper describes gender bias as reflected in Upin & Ipin the series. This study employed qualitative research methods in which the objects were observed repeatedly to construct indicators that reflected gender bias. Then it was followed by analyzing them within sociological and feminist perspectives. It showed that there was an imbalance in gender position within several episodes of Upin & Ipin. As one of the media forms that later on becoming an instructional media, it should posit its position neutrally in the term of gender issues. The content of the gender bias in Upin & Ipin reflected within characters and settings. It reflected as the characters articulate their dialogues and behave in their daily life. There was a tendency to determine the ownership of boys and girls based on colors and things. In this case, pink regarded as to belong to girls. Also, there was a tendency to describe that girls and boys behave differently. For example, girls should be gentle and neat, and boys should be strong and brave. In the term of setting, gender bias reflected in the domination of areas that boys dominate outdoor public space while girls are in the domestic sector (households). Abstrak: Artikel ini memaparkan hasil penelitian terhadap serial animasi Upin & Ipin yang memperlihatkan bias gender dalam beberapa episodenya. Sebagai salah satu bentuk media yang kemudian menjadi media pembelajaran seharusnya bisa berposisi netral dalam hal gender. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Objek material diamati secara berulang untuk memperoleh indikator yang menunjukkan bias gender yang kemudian dianalisis dalam kerangka sosiologi dan perspektif feminisme. Hasil penelitian menunjukkan muatan bias gender dalam Upin & Ipin terdapat dalam tokoh dan penokohan serta pembentukan latar. Dalam tokoh dan penokohan serial animasi ini, melalui dialog dan lakuannya, terdapat kecenderungan “kepemilikkan” warna dan benda tertentu. Dalam hal ini, warna merah muda dianggap sebagai warna “milik” perempuan. Di samping itu, terdapat pula kecenderungan sifat dan perilaku perempuan dan laki-laki. Perempuan harus memiliki sifat lembut dan rapi sementara laki-laki harus keras dan berani. Dalam latar cerita, muatan bias gender muncul sebagai bentuk wilayah dominasi perempuan dan laki-laki. Perempuan dibatasi dalam wilayah domestik rumah tangga sementara laki-laki berada di wilayah luar (publik)..
SENJATA PERANG DALAM KABA CINDUA MATO Ulfa Putri Aulia; Khairil Anwar; Wasana Wasana
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 10, No 2 (2021): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v10.i2.176

Abstract

This article describes the armaments in the Cindua Mato kaba story. Through a structural approach and analysis of intrinsic elements, there are several descriptions of armaments in this kaba story. War equipments in the story of Kaba Cindua Mato are not only weapons. The domestic animal, the buffalo Si Binuang, is also used as a tool of war in this kaba story. The use of insects, bees, and wasps is also an instrument of war in the Cindua Mato kaba. In addition, knowledge of nature is a means of successful war strategy. Using large stones on the hill and tanyo-tanyo betel leaves is a form of knowledge about Minangkabau nature. The description of armaments in the Cindua Mato kaba story indirectly shows the Minangkabau people's knowledge of technology that utilizes nature. Using camin api combined with sunlight also shows relatively high technological knowledge.
EVOLUTION OR TRANSFORMATION ? TRACING THE MINANGKABAU FOLKLORE IN MEME Wasana Wasana; Satya Gayatri; Herry N Hidayat
Jurnal Kata Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.558 KB) | DOI: 10.22216/kata.v6i2.989

Abstract

For the millennial generation, folklore is considered boring as a product of tradition. This generation prefers instant things and tends to avoid time-consuming processes. On the other hand, folklore is a product of tradition, which is more concerned with the process. However, it seems that folklore survives and even develops the following technological developments cross-generational. Folklore has adapted and changed into new forms in cyberspace. This article explains memes' visual variations and meanings with Minangkabau folklore content. There is a change in appearance and sense of folklore in internet memes. As a product of social practice, memes are also seen as an element of social processes. Therefore, this study uses social semiotics as an analysis tool. The result shows that in addition to showing creativity in building new folklore, memes also showed a shift in the understanding of traditional folklore. Memes also show the process and form of evolution of folklore so that it can survive in the rapid development of information technology. It contains hidden messages and statements in memes as a representation of attitudes towards social conditions and behavior.