cover
Contact Name
Lalan Ramlan
Contact Email
lalan_ramlan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Seni Makalangan
ISSN : 23555033     EISSN : 27148920     DOI : -
Core Subject : Art,
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"" : 6 Documents clear
KARYA TARI SATYA UMAYI Desya Noviansya Suherman dan Yayat Hidayat
Jurnal Seni Makalangan Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v4i1.1093

Abstract

ABSTRAKKarya tari Satya Umayi berpedoman pada cerita dari transkripsi lontar Ciwagama milik Geria Sanur, bercerita tentang kehidupan Bhatara Siwa beserta Istrinya Dewi Uma dalam versi ajaran agama Hindu, khususnya di Bali. Berdasarkan fenomena tersebut, karya ini merupakan tafsir adegan Bhatara Siwa yang ingin menguji kesetiaan istrinya yaitu Dewi Uma. Dewi Uma disuruh Siwa mencari susu lembu betina ke bumi untuk membantu menghilangkan dahaga Siwa sebagai ujian kesetiaan Uma. Bagian ini berisi mengenai; derita, jerit, pengerdilan, yang dialami Dewi Uma yang kecewa karena kesetiaan dan dedikasinya yang sangat besar kepada Siwa diacuhkan. Konteks garap menggunakan bahan gerakan tari tradisi Bali adaptasi Sunda, merupakan perubahan Uma menjadi wujud Durga, akibat kutukan Siwa. Hasil garap merupakan karya tari kelompok.Kata Kunci:  Lontar Ciwagama, Uma, Tradisi, Koreografi Kelompok. ABSTRACTWorking On The Dance Satya Umayi, June 2017. The Satya Umayi dance work is based on the story of Geria Sanur's Ciwagama ejection transcription, which tells about the life of Bhatara Siwa and his wife Dewi Uma in a version of Hinduism, especially in Bali. Based on this phenomenon, this work is an interpretation of the Bhatara Siwa scene who wants to test the loyalty of his wife, Dewi Uma. Dewi Uma was told by Shiva to look for female oxen milk to earth to help eliminate Shiva's thirst as a test of Uma's loyalty. This section contains about; suffering, screaming, stunting, experienced by Dewi Uma who was disappointed because her loyalty and enormous dedication to Shiva was ignored. The context of working on using Sundanese dance adaptation dance material, is a change of Uma into the form of Durga, due to Shiva's curse. The results of the work is a group dance.Key word: Ciwagama Ejection, Uma, Traditions, Group Dance.
IBING LULUGU DALAM KESENIAN RONGGENG AMEN GRUP BARANANG SIANG, KABUPATEN PANGANDARAN Desi Purwanti Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v4i1.1088

Abstract

ABSTRAKRonggeng Amen, merupakan hasil bentukan baru dari kesenian Ronggeng Gunung. Struktur penyajiannya terdiri atas: (1) ibing lulugu; (2) ibing baksa; (3) ibing gaul; dan (4) ibing waled. Keempat ibingan ini memiliki daya tarik sendiri, terutama pada ibing lulugu. Salah satu daya tariknya yang paling menonjol terletak pada ragam geraknya dan bentuk penyajiannya yang dilakukan secara rampak oleh para ronggeng. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan bagaimana struktur koreografi dan sumber gerak tarinya. Untuk mengeksplanasi kedua hal tersebut, maka dalam penelitian kualitatif ini digunakan pendekatan metode deskriptif analisis. Penelitian ini menghasilkan simpulan, yaitu Ibing Lulugu menggunakan struktur koreografi yang sederhana, beberapa ragam gerak dilakukan berulang-ulang, menggunakan pola gerak Ronggeng Gunung (pola melingkar) dengan penambahan pola sejajar. Adapun sumber gerak dalam Ibing Lulugu, selain gerak lokal (Ronggeng Gunung) adalah bersumber dari tari Keurseus dan tari Rakyat.Kata Kunci: Ronggeng Gunung, Ronggeng Amen, Ibing Lulugu, Struktur Koreografi.  ABSTRACTIbing Lulugu In The Art Of Ronggeng Amen Grup Baranang Siang, Pangandaran District, June 2017. Ronggeng Amen is the result of a new formation of Ronggeng Gunung art. Its presentation structure consists of: (1) ibing lulugu; (2) ibing baksa; (3) ibing gaul; and (4) ibing waled.  These four moms have their own charms, especially in Ibing Lulugu. One of its most prominent attractions lies in its range of the choreography and the source of its dance movement. To explore both of these things, then in this study used qualitative reseach methods using descriptive analysis approach. This study yielded a conclusion, Ibing Lulugu using simple choreographic structure, some motion is done repeatedly, using Ronggeng Gunung (circular pattern) motion pattern with the addition of parallel pattern. The source of motion in Ibing Lulugu, in addition to local motion (Ronggeng Gunung) is sourced from Keurseus dance , and folk dance.Keyword: Ronggeng Gunung, Ronggeng Amen, Ibing Lulugu, Choreography Structure.   
CETTA (Penciptaan Tari Dramatik) Desi Herdianti dan Lina Marliana Hidayat
Jurnal Seni Makalangan Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v4i1.1089

Abstract

ABSTRAKCetta merupakan karya tari dramatik yang terinspirasi oleh tokoh Dewi Sartika, hasil dari diskusi yang membahas tentang tokoh pahlawan wanita Indonesia yang berperan penting bagi kemajuan bangsa. Dewi Sartika, bagi generasi muda khususnya kaum perempuan di Jawa Barat, merupakan tokoh perintis pendidikan yang membawa kesadaran kaum wanita untuk sekolah. Cetta sebagai karya tari kontemporer mencoba ‘menghadirkan” sepak terjang (kaparigelan) tokoh Dewi Sartika melalui ekspresi estetis koreografi dalam tiga bagian pembabakan. Proses kreatif penciptaan tari kontemporer ini dilakukan secara bertahap dan memiliki pesan moral yang berhubungan dengan kemajuan kaum perempuan Sunda. Metode garap yang digunakan bersifat eksploratif, artinya di dalam garapan konsep dasar penciptaan non tradisi dengan bentuk dramatik dipilih sebagai daya ungkapnya. Adapun hasil yang dicapai adalah pertunjukan tari dramatik yang berjudul Cetta dalam kilasan-kilasan dramatik yang mampu menampilkan pesan-pesan simbolik tentang “kaparigelan” ketokohan Dewi Sartika.Kata kunci: Dewi Sartika, Tari Dramatik, Proses kreatif.  ABSTRACTCetta Dramatic Dance Creation, June 2017. Cetta is a dramatic dance work inspired by the figure of Dewi Sartika, the result of a discussion that discusses the Indonesian female hero who plays an important role for the progress of the nation. Dewi Sartika, for the younger generation, especially women in West Java, is a pioneering figure in education who brings women's awareness to school. Cetta, as a contemporary dance work, tries to present the "lunge" (kaparigelan) of Dewi Sartika through the aesthetic expression of choreography in three parts of the presentation. The creative process of creating contemporary dance is done in stages and has a moral message related to the progress of Sundanese women. The working method used is exploratory, meaning that in the basic concept of non-traditional creation with a dramatic form is chosen as the power of expression. The result achieved was a dramatic dance performance titled Cetta in dramatic flashes capable of displaying symbolic messages about the "captivity" of Dewi Sartika's figureKeyword: Dewi Sartika, Dramatic Dance, Creative Process.  
CAWÉNÉ PENCIPTAAN SENI PERISTIWA LAKU RITUAL DEWI SITI SAMBOJA MENJADI RONGGENG Oos Koswara dan Arthur S. Nalan
Jurnal Seni Makalangan Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v4i1.1090

Abstract

ABSTRAK Dalam budaya masyarakat Sunda, perempuan mempunyai kedudukan dan fungsi yang tinggi sebagai bentuk kepercayaannya. Simbol-simbol perempuan menempati pada wilayah sakral sebagai pusat kepercayaan dalam pola kehidupan masyarakat Sunda. Perempuan melahirkan dan mensejahterakan kehidupan sakralitasnya menjadi simbol kesuburan sebagai wujud Ibu Bumi. Pola hubungan masyarakat yang masih menggunakan bentuk-bentuk upacara ritual, menempatkan perempuan pada posisi penting dalam keberlangsungan ritual melalui sosok seorang Ronggeng. Kontekstual pada perempuan menjadi seorang Ronggeng terinspirasi dari perjalanan hidup Dewi Siti Samboja menjadi seorang Ronggeng dengan nama samarannya yaitu Nini Bogem/Nyi Rengganis. Berbagai laku ritual perubahan yang dialami dan dilakukan oleh Dewi Siti Samboja merupakan tafsir peneliti untuk mengungkapkan berbagai proses tingkatan kehidupan dalam laku ritual yang umumnya terdapat pada berbagai laku ritual sebuah pola ilmu metafisika yang dilakukan oleh masyrakat dalam budaya Sunda.Kata Kunci: Perempuan, Ronggeng, Cawene, Ritual. ABSTRACTCAWÉNÉ: Creation Of Art Events Conducting Ritual Dewi Siti Samboja Become Ronggeng, June 2017.  In Sundanese society culture, women have position and high fungtionality as a form of trust. The female symbols occupy on the sacred territory as a center of trust, in the pattern of life of the Sundanese people. Women give birth and prosper the sacred life become a symbol of fertility as a form of earth’s mother. Pattern of public relations that still use form of ritual ceremonies, put women in and imfortant position in the continuity of the ritual trough the pigure of a Ronggeng. Contextual in women being a Ronggeng inspired by the journey of the living Dewi Siti become a Ronggeng with its pseudonym Nini Bogem/Nyi Rengganis. Various behavioral ritual changes experienced and done by Dewi Siti Samboja is a researcher’s interpretation to reveal the various life-level processes in general ritual behavior there are on the various rituals of a metaphysical science pattern which is done by society in Sundanese culture.Keywords: Girl, Ronggeng, Ritual.        
TARI GANDRUNG ARUM KARYA R. YUYUN KUSUMADINATA Linda Herlianti dan Turyati
Jurnal Seni Makalangan Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v4i1.1091

Abstract

ABSTRAKTari Gandrung Arum karya R. Yuyun Kusumadinata termasuk ke dalam rumpun tari Kreasi Baru yang diciptakan pada tahun 1978. Proses penciptaan tari dan struktur koreografinya dijadikan sebagai fokus kajian. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskripsi analisis-nya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, do-kumentasi dan studi pustaka. Teknik penelitian dimulai dari pe-ngumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: tari Gandrung Arum diciptakan oleh R. Yuyun Kusumadinata untuk menambah kekayaan tari Sunda dan persiapan acara Festival Penata Tari Muda di TIM Jakarta. Proses kreatif yang dilakukan R.Yuyun Kusumadinata meliputi tahap eksplorasi, improvisasi, dan komposisi. Sikap dan gerak tari Gandrung Arum dipengaruhi oleh sikap dan gerak karya tari R. Tjetje Soemantri, tari keurseus, dan tari topeng Cirebon.  Koreografi tari Gandrung Arum memiliki 10 gerak pokok, yaitu: calik ningkat, langkah keupat longkewang, ngintip, engkek gigir, ngahiap, sumiat, ngati-ngati, pundak soder, galayar ngejat ecek, dan calik ningkat. Kata Kunci: R. Yuyun Kusumadinata, Proses Kreatif, Tari Gandrung Arum.   ABSTRACT.Gandrung Arum Dance by R. Yuyun Kusumadinata, June 2017. Gandrung Arum Dance by R. Yuyun Kusumadinata belongs to a new creations dance group in 1978. The process of dance creation and choreography structure serve as the focus of study. This reseach uses qualitative method and description of its analysis based on lexy J. Moleong theory. Data collection is done through interview, observation, documentation and literature study. The reseach technique starts from data collection, data reduction, data presentation, and conclusions. The results of this study are as followers: Gandrung Arum dance was created by R. Yuyun Kusumadinata to increase the wealth of Sundanese dance and preparation of the Young Dance Pencil Festival Jakarta at TMII Jakarta. Creative process conducted R. Yuyun Kusumadinata include exploration, improvisation, and composition. Gandrung Arum dance movements are influenced by the attitude and movement of dance work of R. Tjetje Soemantri, dance keurseus, and Cirebon mask dance. Gandrung Arumdance choreography has 10 principal motions, namely: calik ningkat, longkewang keupat steps, ngintip, gigir ngek, ngahiap, sumiat, ngati-ngati, soder shoulder, galail ngejat ecek, and calik ningkat.Keywords: R. Yuyun Kusumadinata, Creative Process, Gandrung Arum Dance.  
PROSES KREATIF PANJI GANDRUNG DALAM CERITA PANJI (Sebuah Tinjauan Deskriptif) Lia Amelia
Jurnal Seni Makalangan Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v4i1.1092

Abstract

ABSTRAKCerita Panji banyak tersebar dalam berbagai versi di antaranya versi Jawa, Melayu, Cambodia, dan Thailand. Cerita Panji juga menuai banyak tafsir yang memperkaya khasanah perkembangan Seni Budaya. Walaupun banyak tafsir tentang cerita Panji, tetapi pada dasarnya isi cerita tersebut hampir sama, yaitu mengisahkan tentang Raden Panji yang sejak kecil sudah dijodohkan dengan Sekar Taji putri dari kerajaan Kediri. Akan tetapi sebelum perjodohan itu terlaksana, Panji jatuh cinta kepada gadis desa yang cantik jelita bernama Dewi Anggraeni. Peristiwa tersebut menimbulkan keguncangan di lingkungan kerajaan Kahuri-pan/Janggala. Berdasarkan cerita tersebut, penulis berupaya untuk mencoba melihat sosok Panji dalam sudut pandang seorang manusia yang mengalami guncangan jiwa yang maha dahsyat, hingga dia menemukan jalan pencerahan. Peristiwa itulah yang diwujudkan melalui garapan tari yang berjudul Panji Gandrung, dengan pendekatan metode garap konsep non tradisi, dan menghasilkan sebuah gambarkan melalui pola-pola pengadegan dramatis. Kata kunci : Panji Gandrung, Pencerahan, Pola adegan dramatis.  ABSTRACT. Descriptive Review Of The Creative Panji Gandrung Process In A Panji Story, June 2017. Panji stories are widely distributed in various versions including Javanese, Malay, Cambodian and Thai versions. The Panji story also reaps many interpretations which enrich the treasury of the development of Cultural Arts. Although there are many interpretations of the Panji story, basically the contents of the story are almost the same, which tells the story of Raden Panji who since childhood has been set up with Sekar Taji, daughter of the kingdom of Kediri. But before the match was made, Panji fell in love with a beautiful village girl named Dewi Anggraeni. The incident caused a shock in the Kahuripan / Janggala kingdom. Based on this story, the writer tries to look at the figure of Panji in the perspective of a human who experiences a terrifying mental shock, until he finds the path to enlightenment. That event was realized through a dance claim entitled Panji Gandrung, with a method approach working on non-traditional concepts, and produced a picture through dramatic patterns.Key word: Panji Gandrung, Enlightenment, Pattern dramatic scenes.   

Page 1 of 1 | Total Record : 6