cover
Contact Name
Lalan Ramlan
Contact Email
lalan_ramlan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Seni Makalangan
ISSN : 23555033     EISSN : 27148920     DOI : -
Core Subject : Art,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"" : 9 Documents clear
SAEHU DALAM RITUAL KOROMONG Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1063

Abstract

ABSTRAKSaehu sebagai pemimpin identik dengan ahli, guru, dipercaya masyarakat untuk memimpin Ritual Koromong, bahkan sebagai orang yang dituakan mempunyai peran di sisi lain sebagai shaman/dukun. Maka dari itu, yang dipercaya sebagai Saehu adalah orang yang memiliki ke-mampuan spiritual. Peristiwa Ritual Koromong merupakan peristiwa kesuburan dalam mengkultuskan Dewi Sri sebagai Dewi Padi  simbol  yang harus dihormati dan dipupusti, karena dianggap sebagai sumber dari segala kehidupan yang akan membawa berkah keselamatan, kesehatan, rejeki yang melimpah. Peristiwa ritual ini berawal dari krisis hasil pertanian atau paceklik, sehingga masyarakat mengalami kekurangan pangan, terutama padi. Perilaku masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi, memunculkan suatu kepercayaan terhadap mitos yang berhubungan dengan Dewi Sri. Sehubungan dengan hal itu, maka yang menjadi permasalahan adalah apa peran Saehu dalam peristiwa Ritual Koromong? Merujuk pada pertanyaan penelitian tersebut, maka teori yang digunakan adalah teori Merton yang menyatakan bahwa ada dua fungsi yaitu fungsi manifes atau fungsi tersirat (hiburan), dan fungsi laten atau fungsi tidak tersirat (ritual). Adapun metode yang digunakan adalah pendekatan metode deskriptif analisis dengan langkah-langkah meliputi; studi observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Dengan demikian, maka hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah bahwa seni Koromong sebagai media ritual merupakan produk kreatif berkaitan dengan kompleksitas kehidupan masyarakat yang memuat peristiwa sosial  dalam kehidupan petani.Kata Kunci: Saehu, Ritual, Koromong. ABSTRACT. Saehu In Koromong Ritual, December 2019. Saehu as a leader is synonymous with experts, teachers, trusted by the community to lead the Koromong Ritual, even as an elder who has a role on the other hand as a shaman/shaman. Therefore, those who are believed to be Saehu are people who have spiritual abilities. The Koromong Ritual Event is a fertility event in culturing Dewi Sri as a Rice Goddess symbol that must be respected and supported, because it is considered as the source of all life that will bring blessings of safety, health, abundant fortune. This ritual event originated from a crisis of agricultural products or famine, so that people experience food shortages, especially rice. Community behavior towards events that occur, giving rise to a belief in the myths associated with Dewi Sri. In this connection, the problem is what is Saehu's role in the Koromong Ritual? Referring to the research question, the theory used is Merton's theory which states that there are two functions, namely the manifest function or the implied function (entertainment), and the latent function or the implied function (ritual). The method used is the descriptive analysis method approach with steps including; observational studies, literature studies, and documentation studies. Thus, the results achieved in this study re that the art of Koromong as a ritual media is a creative product related to the complexity of people's lives that contain social events in the lives of farmers.Keywords: Saehu, Ritual, Koromong. 
TARI KATUMBIRI KARYA IRAWATI DURBAN ARDJO DI SANGGAR PUSBITARI, KOTA BANDUNG Syifa Silviana Putri dan Ella Nurlaela Ningsih
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1058

Abstract

ABSTRAKTari Katumbiri merupakan tari Kreasi Baru yang diciptakan oleh Irawati Durban Ardjo, di Sanggar Pusbitari, Kota Bandung. Tari Katumbiri telah melewati berbagai tahapan kreativitas, sehingga tercipta karya tari yang estetis, kebaruan dari segi koreografi dan karawitan tarinya. Berbagai keunikan yang dipresentasikan Tari Katumbiri menarik untuk diteliti, sehingga memunculkan rumusan masalah dalam penelitian; Bagaimana kreativitas Irawati Durban Ardjo dalam Tari Katumbiri? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka, wawancara, dan observasi. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan 4P yaitu; Pribadi, Proses, Pendorong, dan Produk. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa Irawati sebagai pribadi kreatif beserta pendorong dan proses yang dilaluinya diwujudkan dalam sebuah karya tari yaitu Tari Katumbiri sebagai produk kreatif.Kata Kunci: Irawati Durban Ardjo, Kreativitas, Kreasi Baru, Tari Katumbiri. ABSTRACT. Katumbiri Dance Creation ByIrawati Durban Ardjo In Sanggar Pusbitari, Bandung City, December 2019. Katumbiri dance is a new creation dance created by Irawati Durban Ardjo, at Sanggar Pusbitasari, Bandung. Katumbiri dance has passed through various stages of creativity, so as to create aesthetic dance work, novelty in terms of dance choreography and music (karawitan). The uniqueness presented within Katumbiri dance is interesting to study, so that it brings to the problem of the research formulated in a question; How is the creativity of Irawati Durban Ardjo in Katumbiri dance? This study uses a qualitative method with a descriptive analysis approach, with data collection techniques in the form of literature studies, interviews, and observations. This research also uses a 4P approach namely Pribadi (Personal), Proses (Process), Pendorong (Support), and Produk (Product). The result of this study indicates that Irawati as a creative person and her support and the process through is embodied in a dance work that is Katumbiri Dance as a creative product.Keywords: Creativity, Katumbiri Dance, New Creation, Irawati Durban Ardjo.
REPERTOAR JAIPONGAN RASJATI KREATIVITAS DALAM PENYAJIAN TARI Nurwulan Hartini Rismawati dan Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1059

Abstract

ABSTRAKKetertarikan pada repertoar tari Rasjati yang enerjik, dinamis, dan maskulin, memberikan pengalaman tersendiri bagi penulis untuk dapat mempelajari, memahami, menguasai berbagai unsur estetikanya dan sekaligus menggali nilai di dalamnya untuk dapat disajikan secara berbeda dalam menyajikannya. Itulah tantangan bagi para penyaji repertoar tari, karena harus mampu menya-jikan dengan gaya penyajian yang berbeda dari sumbernya. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkannya digunakan teori estetika instrumental Djelantik ‘Gegubahan’ dengan pendekatan metode ‘gubahan tari’ yaitu mewujudkan gagasan baru berupa pengembangan dari sumber penyajian tradisi tertentu dengan cara memasukkan, menyisipkan dan memadukan bentuk-benuk gerak atau penambahan unsur lain sehingga menghasilkan bentuk penyajian yang berbeda dengan tetap mempertahankan identitas sumbernya. Dengan demikian, maka proses kreatif dalam meng-gubah sumber tersebut didasarkan pada hasil telahaan nilai dibalik bentuknya yaitu tari Rasjati berisi sebuah perenungan terhadap kesadaran diri terhadap jati diri. Makna inilah yang selanjutnya dijelajahi melalui langkah-langkah; eksplorasi, evaluasi, dan komposisi, hingga menghasilkan sebuah bentuk penyajian dengan gaya yang berbeda tetapi tidak menghilangkan identitas sumbernya.Kata Kunci: Penyajian Tari, Jaipongan, Rasjati. ABSTRACT. Repertoar ‘Rasjati’ Creativity In Dance Presentation, December 2019. An interest in the energetic, dynamic, and masculine Rasjati dance repertoire, provides its own experience for the writer to be able to learn, understand, master various aesthetic elements and at the same time explore the values within it to be presented differently in presenting it. That is a challenge for dance repertoire presenters, because they must be able to present in a different presentation style from the source. Therefore, to be able to realize it, the Djelantik 'Gegubahan' instrumental aesthetic theory is used with the 'dance composition' method approach, namely realizing new ideas in the form of the development of sources of presenting certain traditions by inserting, inserting and combining forms of motion or adding other elements to produce a different form of presentation while maintaining the identity of the source. Thus, the creative process of composing the source is based on the results of the perceived value behind its form, namely the Rasjati dance containing a contemplation of self-awareness of identity. This meaning is then explored through the steps; exploration, evaluation, and composition, to produce a form of presentation with a different style but does not eliminate the identity of the source.Keywords: Dance Presentation, Jaipongan, Rasjati.
TARI BADAYA RANCAEKEK SEBAGAI SUMBER GARAPAN PENYAJIAN TARI Anita Rahmawati dan Ai Mulyani
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1060

Abstract

ABSTRAKTari Badaya Rancaekek diciptakan oleh R. Sambas Wirakusumah sekitar tahun 1925, merupakan repetoar tari Keurseus yang berbeda dengan karya sebelumnya. Dalam ciptaanya ini R. Sambas Wirakusumah ter-inspirasi atau ingin mencari sesuatu atau suasana yang lain dalam aspek kepenarian bagi penari wanita, sedangkan karya sebelumnya ditarikan oleh penari pria. Repertoar tari tersebut menjadi sumber inspirasi dan menarik untuk digarap dalam bentuk penyajiannya yang berbeda. Adapun permasalahannya adalah bagaimana membuat inovasi dan bentuk sajian yang berbeda tarian dengan tidak merubah esensi tarian sumbernya. Sebuhungan dengan maksud tersebut, maka teori yang digunakan adalah teori “Gegubahan” Djelantik dalam Estetika Instrumental. Oleh karena itu, metode garapnya merujuk pada metode “Gubahan Tari” yaitu mewujudkan gagasan baru berupa pengembangan dari sumber penyajian tradisi tertentu dengan cara memasukan, menyisipkan dan memadukan bentuk-benuk gerak atau penambahan unsur lain sehingga menghasilkan bentuk penyajian yang berbeda dengan tetap mempertahankan identitas sumbernya. Dengan demikian, maka aspek yang dikembangkan meliputi; desain koreografi, desain karawitan, dan desain artistik dari repertoar tari Badaya Rancaekek menjadi bentuk garap yang artistik yang baru. Sehingga secara esensi tidak mengubah gerak yang sudah ada. Hasil yang dicapai diakhir dapat menyajikan tari Badaya Rancaekek yang penyajian suasana baru.Kata Kunci: Tari Keurseus, Badaya Rancaekek. ABSTRACT. The Badaya Rancaekek Dance As A Source Of Presentation Dance, December 2019. The Badaya Rancaekek dance, created by R. Sambas Wirakusumah around 1925, is a photo repository of the Keurseus dance which is different from previous works. In his creation R. Sambas Wirakusumah was inspired or wanted to find something or another atmosphere in the aspect of dance for female dancers, while his previous work was danced by male dancers. The dance repertoire is a source of inspiration and is interesting to work on in a different presentation. The problem is how to make innovations and different forms of dance presentation by not changing the essence of the source dance. In connection with this intention, the theory used is the theory of "change" Djelantik in Instrumental Aesthetics. Therefore, the working method refers to the method of "composition of the dance" that is realizing new ideas in the form of the development of the source of the presentation of certain traditions by inserting, inserting and integrating forms of motion or adding other elements to produce different forms of presentation while maintaining the identity of the  source. Thus, the aspects  developed include;  choreographic designs, musical designs, and artistic designs from the Badaya Rancaekek dance reporto become a new form of artistic work. The results achieved at the end can present the Badaya Rancaekek dance which presents a new atmosphere.Keywords: Keurseus Dance, Badaya Rancaekek. 
TRANSFORMASI TOPENG RUMYANG GAYA SLANGIT MELALUI PENYADAPAN DAN PELATIHAN DI SANGGAR TARI TOPENG ADININGRUM CIREBON Nunung Nurasih dan Nanan Supriyatna
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1055

Abstract

ABSTRAKTopeng Cirebon merupakan genre tari yang menjadi babon dalam perkembangan tari Sunda, tetapi kondisinya sekarang ini sudah cukup memprihatinkan karena para dalang (maestro) topengnya tidak ada yang tersisa. Hampir di seluruh wilayah gaya Topeng Cirebon, para maestro Topeng Cirebon sudah meninggal dunia. Kondisi inilah yang memotivasi penulis untuk melakukan kegiatan penyadapan di Sanggar Adiningrum, Slangit dan pelatihan hasil penyadapan itu dilakukan di lingkungan Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung. Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya kegiatan tersebut, sebagai upaya melestarikan dan sekaligus menggali bahan pengayaan materi pembelajaran pada Mata Kuliah Topeng Cirebon. Untuk mencapai tujuan itu, maka digunakan teori transformasi dari Umar Kayam, yaitu transformasi dapat diandaikan sebagai suatu proses perubahan total  dari suatu bentuk lama kepada sosok yang baru yang akan mapan, dan dapat pula diandaikan sebagai tahap akhir dari suatu perubahan. Sehubungan dengan teori tersebut, maka digunakan pula pendekatan metode peniruan atau imitatif. Adapun langkah-langkah operasionalnya meliputi; penyerapan materi tari secara praktik, mempresentasikan, dan menerapkan materi kepada para mahasiswa di Jurusan Seni Tari. Berdasarkan proses tersebut, maka hasil yang didapatkan adalah materi tambahan tari Topeng Rumyang Gaya Slangit bagi para mahasiswa.Kata Kunci: Penyadapan, Pelatihan, Topeng Rumyang, Gaya Slangit. ABSTRACT. Transformation Of Rumyang Mask Style Slangit Through Recognition And Training In SanggarDani Masks Adiningrum Cirebon, December 2019. Cirebon mask is a dance genre that has become a babon in the development of Sundanese dance, but the condition is now quite alarming because the mastermind (maestro) mask is not left. In almost all regions of the Cirebon Mask style, the Cirebon Mask maestros have died. This condition motivates the writer to do wiretapping activities at Sining Adiningrum, Slangit and the training of wiretapping results is conducted within the Department of Dance, Faculty of Performing Arts, ISBI Bandung. As for the purpose of the activity, as an effort to preserve and at the same time explore the enrichment of learning material in the Cirebon Mask course. To achieve this goal, the theory of transformation from Umar Kayam, namely transformation can be assumed as a process of total change from an old form to a new figure that will be established, and can also be assumed as the final stage of a change. In connection with the theory, then used to imitate or imitative methods. The operationalsteps include; absorption of dance material in practice, presenting, and applying material to students in the Dance Department. Based on this process, the results obtained are additional material for the Slangit Style Mask Dance for students.Keywords: Tapping, Training, Rumyang Mask, Slangit Style. 
DRAMATARI RAHWAYANA TAFSIR DUALISTIK KEBAIKAN DAN KEBURUKAN Nurhidayat dan Dindin Rasidin
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1061

Abstract

ABSTRAKKarya Dramatari “Rahwayana” merupakan upaya kreatif dalam me-wujudkan tafsir nilai dari sudut pandang yang berbeda, terhadap perjalanan kisah hidupnya seorang tokoh dalam cerita pewayangan. Ada sisi lain yang menunjukkan, bahwa Rahwana dari sisi kemanusiaan memilliki nilai kebaikan. Sebaliknya, bahwa Rama dari sisi kemanusiaan memilliki nilai keburukan. Adapun tujuan dari karya dramatari ini adalah mewujudkan dan menyampaikan pesan moral kemanusiaan secara simbolik dan artistik kepada publik, bahwa seburuk-buruknya orang pasti ada sisi baiknya. Begitu pula sebaliknya, sebaik-baiknya orang pasti ada sisi buruknya.  Untuk mewujudkan karya tersebut, maka digunakan pendekatan teori dualisme dengan metode penciptaan tari dengan langkah-langkah; eksplorasi, evaluasi, dan komposisi. Adapun hasil yang dicapai dari proses kreatif ini, adalah terwujudnya sebuah karya dramatari yang inovatif dalam tiga pengadegan; Rahwana mencari cintanya, Rahwana dan Sinta beradu kasih, dan Perang Rahwana dengan Rama.     Kata Kunci: Penciptaan Tari, Dramatari, Rahwayana. ABSTRACT. Dramatari Rahwayana Dualistic Taffs Of Good And Bad, Desember 2019. Dramatari's work "Rahwayana" is a creative effort in realizing the interpretation of values from a different perspective, on the journey of the life story of a character in a wayang story. There is another side that shows, that from the human side Rahwana has the value of goodness. On the contrary, that Rama from the human side has the value of badness. The purpose of this dramatic work is to embody and convey the moral message of humanity symbolically and artistically to the public, that there must be a good side to the worst of people. Vice versa, the best people there must be a bad side. To realize this work, the dualism theory approach is used with the dance creation method with steps; exploration, evaluation and composition. As for the results achieved from this creative process, is the realization of an innovative drama work in three scenes; Rahwana seeks love, Rahwana and Sinta collide with love, and Rahwana war with Rama.Keywords: Workingon The Dance, Dramatari, Rahwayana. 
PENGEMASAN UPACARA BABANGKONGAN MENJADI BENTUK PERTUNJUKAN HELARAN Yayat Hidayat
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1056

Abstract

ABSTRAKUpacara Babangkongan merupakan upacara kesuburan atau upacara meminta Hujan di daerah Surawangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Upacara ini dilakukan pada musim kemarau (halodo) ketika kondisi air untuk mengairi sawah berkurang, bahkan kering kerontang. Upacara Babangkongan bentuknya sederhana, memperlihatkan seorang laki-laki ditandu di atas tandu terbuka (dongdang) oleh empat orang laki-laki, kemudian diarak keliling sambil teriak menirukan suara katak (bangkong) dengan irama naik-turun dan riuh. Masyarakat Desa Su-rawangi menyambutnya dengan mengguyur laki-laki yang menirukan suara Bangkong tersebut dengan air, dan biasanya memberikan uang saweran pada para pembawa dongdang. Masyarakat Surawangi mempercayai, bahwa tradisi Upacara Babangkongan ini kalau dilaksanakan akan turun hujan. Metode yang digunakan untuk pengemasan upacara Baba-ngkongan ini adalah metode garap melalui beberapa tahapan yang meliputi; eksplorasi, impro-visasi, komposisi, dan evaluasi. Hasil dari garapan ini adalah pengemasan Upacara Babangkongan menjadi Seni Pertunjukan Helaran atau Seni Pertunjukan Jalanan untuk kepentingan berbagai peristiwa budaya pada masyarakat Surawangi yang dipentaskan dalam bentuk Helaran maupun Pertunjukan di atas panggung.Kata Kunci: Desa Surawangi, Upacara Babangkongan, Kesuburan, Helaran. ABSTRACT. Packaging Babangkongan Ceremony Became Form Of Toward Performance, December 2019. Babangkongan ceremony is a fertility ceremony or a ceremony to ask for rain in Surawangi area, Jatiwangi District, Majalengka Regency. This ceremony is carried out in Halodo (Dry) season when the water condition for irrigating the rice fields are reduced, even parched. The Babangkongan ceremony is simple in shape, showing a man being carried on a dongdang (open stretcher) by four men, then paraded around while shouting and imitating the sound of Bangkong (frog) with an up and down and noisy rhythm. Surawangi villagers welcomed him by flushing the man who is imitating the sound of Bangkong (Frog) with water, and usually give Saweran (money) to the Dongdang carriers. Surawangi people believe that when the tradition of Babangkongan Ceremony is carried out, then the rain will come. The method which is used for packaging the Babangkongan ceremony is a working (garap) method through several stages which include exploration, improvisation, composition, and evaluation. The result of this work is the packaging of Babangkongan Ceremony as Helaran Performing Arts or Street Performing Arts for the benefit of various cultural events in Surawangi community which can be performed in the form of Helaran and Performances on stage.Keywords:.Surawangi.Village,.Babangkongan.Ceremony,.Fertilit,.Helaran.
ANGKLAH DIKSI PENCIPTAAN TARI KARNA TANDING Fahrul Nurrochman dan Kawi
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1062

Abstract

ABSTRAKAngklah adalah sebuah hasil karya penciptaan tari yang menggambarkan rasa sakit atau perasaan yang menyiksa batin, terinspirasi dari kisah Karna dalam cerita epos Mahabarata. Karna merupakan kesatria yang memiliki kepribadian tidak stabil, sebab disaat-saat penting dan genting harus menentukan pilihan, menentukan keyakinan, dan kebijakan se-bagai seorang kesatria. Pada saat harus memilih, dirinya goyah, terjadi ketidakseimbangan dalam jiwanya ketika harus berhadapan perang tanding dengan Arjuna yang akhirnya gugur. Dalam bahasa Sanskerta kata “kar?a” bermakna telinga, sehingga diceritakan bahwa Karna lahir melalui telinga Kunti. Namun, karna juga dapat bermakna "mahir" atau "terampil". Kiranya nama Karna ini baru dipakai setelah Basusena atau Karna dewasa dan menguasai ilmu memanah dengan sempurna, meskipun ia dibesarkan oleh keluarga kusir tetapi justru berkeinginan menjadi seorang perwira kerajaan. Adapun tujuan dari proses penciptaan tari ini adalah mewujudkan sebuah karya tari kontemporer yang terdiri dari tiga bagian garap, yaitu; bagian awal menggambarkan kelahiran Karna dengan flashback terjadinya sumpah tersebut, bagian kedua menggambarkan ketidakberdayaan Karna, dan bagian ketiga menggambarkan Karna gugur sebagai pahlawan. Untuk mewujudkan karya tari tersebut, maka digunakan kreativitas dengan pendekatan metode lima pola, yakni; merasakan, menghayati, menghayalkan, mengenjawatahkan dan membentuk.  Hasil yang dicapai adalah se-buah karya tari kontemporer dengan judul “Angklah”, menjadi sebuah karya penciptaan tari lintas tradisi, pengembangan tari modern (cheerleaders, akrobatik, wacking).Kata Kunci: Tari Kontemporer, Angklah, Karna.ABSTRACT. Angklah Diction Of Creation Dance Karna Tanding, December 2019. Angklah is a work of dance creation that illustrates the pain or feelings that torture the mind, inspired by the story of Karna in the epic Mahabarata epic. Karna it is a knight who has an unstable personality, because in important times and critical times must make choices, determine beliefs, and policies as a knight. When he had to choose, he was shaken, there was an imbalance in his soul when he had to face a battle with Arjuna who eventually died. In Sanskrit the word "kar?a" means ear, so it is told that Karna was born through Kunti's ear. However, because it can also mean "proficient" or "skilled". May the name Karna be used only after Basusena or Karna was mature and mastered the science of archery perfectly, even though he was raised by a coachman family but instead wanted to become a royal officer. The purpose of this dance creation process is to realize a contemporary dance work consisting of three parts, namely; the first part describes the birth of Karna with a flashback of the oath, the second part describes the helplessness of Karna, and the third part describes Karna died as a hero. To realize the dance work, creativity is used using the five pattern method approach, namely; feel, appreciate, imagine, enjoin, and give shape. The result achieved is a contemporary dance work with the title "Angklah", a work of cross-traditional dance creation, the development of modern dance (cheerleaders, acrobatics, wacking).Keywords: Contemporery Dance, Angklah, Karna.
TARI LEKO ANTARA SENI PERTUNJUKAN DENGAN KEPERCAYAAN Ni Made Suartini
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1057

Abstract

ABSTRAKTari Leko merupakan salah satu peninggalan tari tradisi Bali yang harus dilestarikan, karena kondisi perkembangannya saat ini sangat meng-khawatirkan. Terlebih, Tari Leko hanya ada di Desa Tunjuk Tabanan dan di Banjar Parekan, Sibang Gede, Denpasar. Penampilan Tari Leko selalu dikaitkan dengan manusa yadnya, khususnya mesesangi (khaul) yang dilakukan oleh seseorang terhadap Tuhan atau roh leluhur. Oleh sebab itu, dalam setiap pertunjukan selalu ada sarana upacara yang berupa banten untuk menghubungkan niat manusia dengan Tuhan dan para leluhurnya. Pada bagian akhir pertunjukannya, orang tua dan anak yang mengundang harus tampil menari bersama dengan penari Leko sebagai tanda bahwa sesangi telah terbayar, dan saat menari bersama ini disebut ibing-ibingan. Penggalian data dalam tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggabungkan observasi langsung dan data literer. Adapun hasil yang ditemukan, bahwa masyarakat Bali sangat percaya dengan kekuatan gaib yang ada di sekitarnya. Adapun dalam berperilaku, mereka mengacu pada ajaran yang disebut Tri Kaya Parisudha, yaitu pikiran, perkataan, dan perbuatan harus selalu sejalan.Kata Kunci: Kepercayaan, Seni Pertunjukan, Tari Leko. ABSTRACT. Leko Dance Between Art Arts With Trust, December 2019. Leko Dance Is A Relic Of Balinese Traditional Dance Which Must Be Preserved, Because The Current Development Conditions Are Very Worrying. Moreover, Leko Dance only exists in the Village of Tunjuk Tabanan and in Banjar Parekan, Sibang Gede, Denpasar. Leko dance performance is always associated with humans, especially mesesangi (khaul) made by someone against God or ancestral spirits. Therefore, in every performance there is always a means of ceremony in the form of offer to connect human intentions with God and his ancestors. At the end of the show, parents and children who invite must perform together with Leko dancers as a sign that something has been paid off, and when dancing together this is called ibing-ibingan. Data mining in this paper uses descriptive analysis method by combining direct observation and literary data. As for the results found, that the Balinese people really believe in the supernatural powers that are around it. As for behaving, they refer to the teachings called Tri Rich Parisudha, namely thoughts, words, and deeds must always be in line.Keywords: Trust, Performing, Arts, Leko Dance.

Page 1 of 1 | Total Record : 9