cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Penelitian Teknologi Industri
ISSN : 2085580X     EISSN : 26144069     DOI : -
Jurnal Penelitian Teknologi Industri (JPTI), adalah jurnal ilmiah yang bertujuan untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan ilmiah, paket ilmiah dan kajian dalam bidang kimia proses dan teknologi yang dilakukan oleh para peneliti/perekayasa baik yang berasal dari Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado maupun instansi lainnya.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 8 No. 1 Juni 2016" : 7 Documents clear
PENGARUH KONSENTRASI PATI SAGU TERMODIFIKASI PADA PEMBUATAN PERMEN Angcivioletta Moniharapon
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.158 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1320

Abstract

Penelitian pemanfaatan pati sagu termodifikasi dalam pembuatan permen bertujuan untuk menghasilkan permen bertekstur lunak dengan memanfaatkan pati sagu termodifikasi. Tahapan proses yang dilakukan yaitu pembuatan pati sagu termodifikasi, pembuatan permen lunak, dan pengujian mutu permen. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Permen lunak yang diperoleh pada penelitian memiliki rata-rata kadar air 20%, abu 12%, gula reduksi 8% serta secara organoleptik disukai panelis. Parameter yang diuji memenuhi syarat mutu SNI 3547.1:2008.Kata kunci: pati sagu termodifikasi, permen tekstur lunak, mutu permen lunak
Pembuatan Batako Sebagai Alternatif Penanganan Spent Bleaching Earth yang Dihasilkan Pabrik Minyak Kelapa Broerie Pojoh
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1305.304 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1018

Abstract

ABSTRAKTumpukan limbah SBE di kompleks pabrik minyak kelapa di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara yang bertambah pada setiap proses  produksi sangat potensial mengancam kelangsungan usaha pabrik. Penumpukkan di halaman pabrik dilakukan karena belum adanya TPA khusus di wilayah tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan stabilitas dan kapasitas penimbunan in-situ. Penelitian bertujuan untuk meneliti pengaruh agregat, ekstraksi minyak, dan komposisi limbah SBE terhadap kualitas batako. Pengamatan dilakukan dengan merujuk pada persyaratan SNI 03-0348-1989 tentang Mutu dan Cara Uji Bata Beton Pejal meliputi kuat tekan dan kenampakan fisik dan sesuai Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) meliputi kuat tekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan batako yang dibuat dari limbah SBE yang diekstraksi tanpa menggunakan agregat, baik “tanah domato,” pasir kali, dan kerikil split, tidak memenuhi persyaratan SNI maupun PUBI. Diketahui juga bahwa batako yang dibuat dari limbah SBE yang minyaknya diekstraksi dengan cara dibuat menjadi briket memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan cara disangrai. Selanjutnya diketahui bahwa penggunaan agregat pasir kali menghasilkan batako dengan kuat tekan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan “tanah domato”. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata kuat tekan batako yang dibuat dari limbah SBE yang diekstraksi minyaknya dengan komposisi SBE 25% lebih baik dibandingkan dengan komposisi SBE 50% dan 75%. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar ekstraksi minyak SBE dalam skala besar dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus agar supaya pencemaran oleh asap dapat ditekan seminimal mungkin. Untuk tujuan peningkatan stabilitas serta kuantitas tumpukan SBE maka direkomendasikan untuk membuat batako menggunakan SBE dengan komposisi sebanyak 50%. Kata kunci: batako, spent bleaching earth, stabilitas tumpukan
PENGGUNAAN PATI SAGU TERMODIFIKASI DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI UNTUK PEMBUATAN MI KERING Judith Henny Mandei
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.495 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1321

Abstract

Penelitian penggunaan pati sagu termodifikasi sebagai bahan substitusi untuk pembuatan mi telah dilaksanakan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pati sagu termodifikasi HMT dengan karakteristik yang sesuai untuk diaplikasikan pada pembuatan produk mi kering, serta mendapatkan formula (perbandingan pati sagu termodifikasi dan tepung terigu) yang dapat menghasilkan mi yang memenuhi syarat mutu mi kering.  Penelitian terdiri atas beberapa tahapan yaitu karakterisasi pati sagu alami, modifikasi pati sagu dengan teknik heat moisture treatment (HMT), dan aplikasi pati sagu termodifikasi HMT sebagai substitusi pada pembuatan mi. Perlakuan yang dicobakan adalah substitusi pati sagu termodifikasi HMT 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100% dan sebagai pembanding digunakan substitusi pati sagu alami 50%. Pati sagu alami diuji kadar air, kadar abu, serat kasar, kadar pati, fraksi amilosa dan amilopektin, swelling power dan kelarutan.  Pati sagu termodifikasi HMT diuji kadar air, kadar pati, fraksi amilosa dan amilopektin, swelling power dan kelarutan. Produk mi kering diuji kadar air, kadar protein, kadar abu tidak larut dalam asam, keadaaan mi (bau, rasa, warna dan tekstur) sesuai SNI 8217:2015 syarat mutu mi kering, dan sifat fungsional mi diukur waktu optimum rehidrasi, cooking loss, dan daya serap air.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati sagu alami memiliki kadar air 7,48%, kadar abu 0,062%, serat kasar 0,04%,  dan kadar pati 88,31%,  semuanya memenuhi syarat mutu tepung sagu SNI 3729:2008, dengan kandungan fraksi amilosa 20,00%, fraksi amilopektin 39,50%, swelling power 4,35 (gr/gr) dan kelarutan 6,06%. Hasil modifikasi pati sagu secara HMT merubah sifat fungsional pati sagu yaitu meningkatkan kandungan fraksi amilosa menjadi 25,00%, kelarutan pati sagu menjadi 17,2% dan sedikit menurunkan swelling power dari pati sagu menjadi 3,63 (gr/gr). Pati sagu termodifikasi HMT dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan mi kering, juga sebagai bahan baku baku pengganti tepung terigu. Mi kering menggunakan 100% pati sagu termodifikasi HMT memiliki waktu optimum rehidrasi 7,5 menit yang relatif lebih lama dari waktu optimum rehidrasi mi kering pada umumnya yaitu sekitar 4 menit, juga memerlukan waktu yang lebih lama dalam pembentukan adonan untuk menghasilkan adonan yang cukup khalis dan tidak mudah patah. Dibandingkan dengan SNI 8217:2015 syarat mutu mi kering (berbahan baku tepung terigu), mi kering yang dibuat dengan substitusi pati sagu termodifikasi HMT sampai 30% memenuhi syarat mutu.Kata kunci: Pati sagu termodifiksi HMT, mi kering 
PENELITIAN PEMBUATAN ETANOL DARI SERAT/AMPAS SAGU Fahri Polii
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.217 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1302

Abstract

Penelitian pembuatan etanol dari serat/ampas sagu baruk dan sagu rumbia telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan etanol dari serat/ampas sagu dengan perlakuan proses hidrolisis asam dan lamaproses hidrolisis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa serat/ampas sagu baruk (Arenga microcarpa Beccari) dan sagu rumbia (Metroxylon sagu) yang merupakan limbah dari proses pengambilan tepung pati sagu.  Serat/ampas sagu dipersiapkan melalui proses pengeringan, pengilingan, pengayakan hingga diperoleh serbuk berukuran 40 mesh. Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan etanol, terhadap serat/ampas sagu yang telah disiapkan dianalisis untuk mengetahui kadar karbohidrat dan gula. Hasil uji bahan baku menunjukkan kadar karbohidrat serat/ampas sagu baruk dan sagu rumbia berturut-turut adalah 41,22-49,18% dan 52,78-62,85%, sedangkan kadar gula bahan baku berturut-turut adalah 1,91-3,19% dan 1,28-3,19%. Selanjutnya ke dalam bahan baku yang telah disiapkan ditambahkan asam sulfat dengan konsentrasi 0,5 N;1,0 N;  1,5 N  dan dihidrolisis selama 2, 3, dan 4 jam  pada temperature 121 oC. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar gula serat/ampas sagu dipengaruhi oleh konsentrasi asam sulfat yang ditambahkan serta lama proses hidrolisis pada temperature 121 oC. Kadar gula tertinggi ditemukan pada serat/ampas sagu rumbia dengan perlakuan penambahan asam sulfat 1,5 N yang dihidrolisis selama 3 jam, yakni 13,90%. Kadar etanol tertinggi juga diperoleh pada hasil fermentasi serat sagu rumbia yang diperlakukan dengan penambahan asam sulfat 1,0 N yang dihidrolisis selama 3 jam, yakni 13,60%. Limbah pengolahan pati sagu dari tanaman sagu baruk dan sagu rumbia berupa serat/ampas dapat diolah menjadi etanol melalui proses hidrolisis asam sulfat konsentrasi rendah dengan pemanasan bertekanan.Kata Kunci: etanol, serat, sagu baruk, sagu rumbia konsentrasi, hidrolisis
SIFAT-SIFAT PENYALAAN BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJIAN KAYU DENGAN COCO DUST SEBAGAI PEMANTIK Petrus Patandung
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.87 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1325

Abstract

ABSTRACTThe properties of wood sawdust with coco dust for briquetting has been implemented. The purpose of this research product dinyalahkan briquettes obtained easily by using the "coco dust" as material lighter or startup. The research method uses a form of graphs and data were analyzed descriptively. The results of analysis of the experiments using charcoal briquettes burning waste wood sawdust. Results of experiments with burning briquettes parameters: Ignition long to ashes 98.63 to 100.65 minutes; old startup from 0.04 to 0.09 minutes until the resulting fire and smoke generated / smoke lost 10.15 to 18.13 minutes. For the boiling water using charcoal briquettes of wood sawdust using the time from 20.30 to 24.68 minutes and using charcoal briquettes as much as 101.68 to 102.90 g. Charcoal briquettes of wood sawdust parameters moisture content from 4.47 to 4.95%, from 5.14 to 7.03% ash; mengup combustible material at a temperature of 950 ° C 4.02 to 5.13% and a calorific value of 2220-3862 cal / g. Keywords: sawn briquettes, coco dust, ignition
PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK PALA ”SIAUW” METODE UAP BERTEKANAN DAN KARAKTERISTIK MUTU MINYAK PALA Fahri Polii
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.876 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1301

Abstract

Penelitian penyulingan minyak pala ”Siauw” metode uap bertekanan dan karakteristik minyak pala telah dilakukan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui metode penyulingan yang dapat memberikan hasil optimal terhadap kuantitas maupun kualitas minyak biji pala ”Siauw”. Bahan baku Penelitian adalah biji pala yang berasal dari Pulau Siau yang  dikenal secara internasional sebagai pala ”Siauw”. Dalam penelitian ini dilakukan penyulingan minyak pala sistem tekanan uap. Alat yang memiliki beberapa komponen, yaitu ketel uap, ketel penyulingan dan kondensor (pendingin), serta pemisah minyak (florentine flask). Proses penyulingan diawali dengan melakukan pencacahan/penghancuran biji pala dengan ukuran 0,5-1,0 cm yang selanjutnya dimasukkan ke dalam ketel penyulingan yang telah dipanaskan. Ketel uap dipanaskan sehingga tekanan mencapai 1,5 barr lalu uap dialirkan ke ketel suling. Proses penyulingan dilakukan selama 7 dan 14 jam dengan aliran tekanan uap 1 barr. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tekanan ketel uap 1 barr akan tercapai setelah ketel dipanaskan selama 2 jam, akan tetapi ketika uap dialirkan ke dalam ketel suling (berisi bahan biji pala), maka tekanan akan turun menjadi 0,25 barr. Pada pemanasan ketel uap selama 3 jam diperoleh tekanan 1,5 bar dan ketika uap dialirkan ke dalam ketel suling, maka tekanan turun menjadi 1 barr, dimana tekanan 1 bar ini akan konstan selama proses penyulingan selama 14 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen total minyak pala berkisar antara 5,63-6,84%,  berat jenis minyak pala berkisar antara 0,9022-0,9042 (penyulingan 7 jam) dan 0,9057-0,9181 (penyulingan 14 jam), indeks bias minyak pala 1.472-1,482 (7 jam) dan 1,484-1,490 (14 jam), sisa penguapan memberikan hasil antara 2,2-2,5% (7 jam) dan 2,6-2,9% (14 jam). Uji kelarutan dalam alkohol menunjukkan pada perbandingan 1 bagian minyak pala dan setelah ditambahkan 3 bagian alkohol 90% memberikan penampakan jernih baik yang disuling selama 7 jam maupun 14 jam, zat asing: negatif, bau adalah khas minyak pala dan kadar miristicin 8,56-8,58% (7 jam) dan 12,58-12,60% (14 jam). Rendemen dan komponen/senyawa fisiko-kimia minyak pala secara kuantitatif dan kualitatif akan meningkat seiring dengan lamanya waktu penyulingan. Kata kunci: uap bertekanan, miristicin, pala siauw.
PENGEMBANGAN PEMBUATAN PLAFON DARI ABU SEKAM PADI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT SABUT KELAPA Petrus Patandung
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.767 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1304

Abstract

Pengembangan pembuatan plafon  dengan menggunakan abu sekam padi dan serat sabut kelapa sebagai bahan bangunan telah dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan abu sekam padi dan serat sabut kelapa yang belum digunakan secara maksimal, dan belum diolah  atau  diproses menjadi produk industri seperti untuk pembuatan plafon dengan bahan tambahan gypsum, semen dan dipress dengan menggunakan tekanan 500 kg/cm², dengan berbagai  perlakuan:  A; B; C; D dan E dan tiap perlakuan menggunakan 1600 g  gypsum, semen 1000 g, abu sekam padi 1000 g dan serat sabut kelapa:  135; 155; 175; 195 dan 215 g. Penelitian ini menggunakan metode bentuk Tabelaris dan grafik serta  data dianalisis secara deskriptif. Penelitian diulang 3 (tiga) kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil bobot isi yaitu 1,48–1,82 gr/cm³, penyerapan air 16,15–26,28%, dan kuat lentur 61,06-105,80kg/cm², kemampuan digergaji dan  dipaku dalam keadaan baik, bidang potong yaitu campuran yang merata tidak berlubang dan tidak terbelah-belah, tepi potong yaitu lurus, rata, tidak mengerut, sama tebalnya, permukaan lembaran tidak retak-retak tidak berlubang atau cacat lain, kecuali perlakuan E permukaan lembaran tidak retak-retak tetapi agak berlubang atau cacat lain , tebal 4,8–4,93 mm, penyimpangan:  panjang  0,00–0,48%, lebar 0,00–0,46% serta tebal 0,00–8,12%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik diperoleh pada  parlakuan B, C dan D dengan menghasilkan kuat lentur 100,15–105,80 kg/cm²  dapat dipaku, digergaji dan tidak terjadi tetesan air.Kata Kunci: Abu sekam padi, serat sabut kelapa, plafon, kuat lentur 

Page 1 of 1 | Total Record : 7