cover
Contact Name
Ainul Yaqin
Contact Email
ayaqin309@gmail.com
Phone
+6287850172545
Journal Mail Official
ayaqin309@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
ISSN : 25499157     EISSN : 25793543     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Al-Iman: Jurnal Keislaman dan kemasyarakatan adalah jurnal Jurnal ini memuat kajian-kajian pemikiran keislaman dan Kemasyarakatan dalam bentuk: 1) Hasil penelitian, 2) Gagasan konseptual, 3) Kajian kepustakaan, dan pengalaman praktis. Redaksi mengundang para akademisi, dosen, maupun peneliti untuk berkontribusi memasukkan artikel ilmiahnya yang belum pernah diterbitkan oleh jurnal lain. Naskah ditulis mengikuti standar karyatulis ilmiah dengan menyertakan refrensi (footnote) diketik dengan spasi 1,5 cm pada kertas ukuran A4 dengan panjang tulisan antara 20-30 halaman, serta menyertakan Abstrak dengan dua bahasa; Indonesia dan Inggris, ruang lingkup judul harus spesifik pada satu permasalahan dan tempat. Naskah yang masuk dievaluasi oleh dewan redaksi. Redaktur dapat melakukan perubahan pada tulisan yang dimuat untuk keseragaman format, tanpa mengubah substansinya. Jurnal ini bermitra bestari yang diterbitkan dua kali setahun dalam bentuk cetak dan online oleh STID Raudlatul Iman. Pernyataan ini menjelaskan perilaku etis seluruh pihak yang terlibat dalam penerbitan artikel dalam Al-Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan termasuk penulis, dewan penyunting, mitra bestari, dan penerbit. http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/aliman/etikapublikasi
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan" : 9 Documents clear
Upaya Penanaman Nilai Keagamaan di Lingkungan Pesantren An-Nuriyah Bontocini Subair Syam; St Hajra Syam
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rural communities that are thick with religious values ​​are no longer something new to be discussed. There are still many rural communities who tend to carry out rituals from generation to generation and most of them are part of the values ​​of ignorance that are not in accordance with the Koran and as-sunnah. This study aims to measure the efforts made by boarding school supervisors in instilling religious values ​​to the Bontocini community and the toilets that make the coaches. The method used is descriptive qualitative, namely direct interviews with the leaders of the boarding school along with the coaches and the surrounding community. In accordance with the data obtained, the inculcation of Islamic values ​​in the Bontocini community is carried out in three ways, namely: 1) preaching, 2) providing counseling on Islam,3) preparing for those who understand religion. There are 3 obstacles that serve by the coaches in instilling religious values ​​in society, namely: 1) community trust that is still thick, 2) embarrassed by the new changes, 3) different understandings Masyarakat pedesaan yang kental dengan nilai-nilai keagamaannya bukan lagi sesuatu yang baru untuk diperbincangkan. masih banyak Masyarakat pedesaan yang cenderung melakukan ritual-ritual secara turun temurun dan kebanyakan merupakan bagian dari nilai-nilai jahiliah yang tidak sesuai dengan Alquran dan as-sunnah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh para pembina pondok pesantren dalam menanamkan nilai keagamaan terhadap masyarakat bontocini dan kendala yang dialami para Pembina. Motde yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu dengan wawancara langsung kepada pimpinan pondok pesantren beserta para Pembina dan masyarakat sekitar. Sesuai dengan data yang diperoleh, penanaman nilai agama Islam terhadap masyarakat bontocini melalui tiga cara yaitu: 1) berdakwah, 2) memberikan penyuluhan agama Islam, 3) mempersiapkan generasi yang paham agama. Kendala yang dialami oleh para Pembina dalam melakukan penanaman nilai keagamaan terhadap masyarakat ada 3 yaitu: 1) kepercayaan masyarakat yang masih kental, 2) malu dengan perubahan yang baru, 3) banyaknya pemahaman yang berbeda-beda.
Strategi Lembaga Pendidikan Da’watul Islamiyah dalam Meningkatkan Brand Image Melalui Kegiatan Haflatul Imtihan (Studi Kasus Dusun Nong Pote Desa Pragaan Daya Pragaan Sumenep) Nurul Mukhlishah; Muru’atul Afifah
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Haflatul Imtihan not only as tradition at Da’watul Islamiyah institutions, but also as strategy to increase the institution’s brand imageby involving the local society and students’ parents in various types of activities carried out. This study used descriptive qualitative research. The results of the research are: 1) Teamwork (committee) involving the caretaker, head master, teachers and the student’s parents since the beginning. 2) The performance of many competitions. 3) The performance of theater Abdhi, distribution of learning outcomes report and prize to all competition’s winners. 4) General religious lecture, 5) People's Party. The people's party is the closing day of all activities that entertained by various traditional musical instruments, such as a student parade (carnival), accompanied by can-macanan, pancak silat, ul-daul, drum band, tong-tong serek. The Supporting Factors for Haflatul Imtihan activities include: 1) the involvement of students’ parents. 2) sponsors’ fund. While inhibiting factors are: 1) Limited fund that caused competition changed. 2) The undisciplined during competitions. Kegiatan haflatul imtihan bukan lagi hanya dijadikan sebagai tradisi di lembaga pendidikan Da’watul islamiyah namun juga dijadikan Strategi untuk meningkatkan Brand Image lembaganya dengan caramelibatkan masyarakat dan wali murid dalam berbagai jenis kegiatan yang dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.Dengan hasil penelitianantara lain: 1) Kerjasama team (Panitia) yang sejak perencanaannya melibatkan pengasuh, kepala sekolah, jajaran dewan guru dan wali murid. 2) Penampilan berbagai jenis lomba,. 3) Penampilan Teater Abdhi sekaligus pembagian rapor dan pemberian hadiah lomba pemenang 4) Pengajian umum Keagamaan, 5) Pesta Rakyat. Pesta rakyat adalah hari penutupan semua kegiatan. Yang dimeriahkan oleh berbagai macam hiburan/alat musik tradisional, seperti pawai siswa-siswi, yang diiringi dengan can-macanan, pancak silat, ul-daul, drum band, tong-tong serek. Adapun Faktor Pendukung kegiatan haflatul imtihan meliputi: 1) peran wali murid. 2) dukungan dari sponsor. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat ialah: 1)Dana, dengan keterbatasan dana banyak kegiatan yang direncanakan meriah menjadi sederhana. 2) Ketidakdisiplinan siswa ketika lomba.
Studi Komparasi Pendidikan Gender di Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Salaf Baitul Atiq Karduluk dan Pondok Pesantren Modern Nurul Huda Pakandangan) Jauharotul Makniyah; Laily Erliyanti
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to describe the forms of gender education in salaf and modern Islamic boarding schools, as well as the differences and similarities between the two. In this study, researchers used a qualitative approach with a multi-site case study type, namely the Salaf Islamic Boarding School (BaitulAtiq) and the Modern Islamic Boarding School (Nurulhuda).Sources of data from this study are two sources of data, namely primary / direct sources and secondary data sources / indirect sources. Data collection techniques through in-depth interviews, direct observation, and documentation. The validity test of the result data was done by using triangulation techniques.The gender education system at the Salaf Islamic Boarding School (BaitulAtiq) Karduluk is applied in several activities of Istighosahhirzih / morning study, chanting Al-quran, entering class, Diniyah / sifir school, yellow book study and night study. The gender education system at the Modern Islamic Boarding School (Nurulhuda) Pakandangan is implemented in the following activities: Tahajjud prayer, qira'atulqur'an, daily mufradhat, tandhifulbie'ah, going to class, muhadharah, and night study. The differences between gender education in the Salaf Islamic boarding school (BaitulAtiq) Karduluk with the modern Islamic boarding school (Nurulhuda) Pakandangan are: teaching materials system, boarding school educators / administrators and the education system. The similarity between gender education at the Salaf Islamic boarding school (BaitulAtiq) Karduluk and the Pakandangan modern Islamic boarding school (Nurulhuda) is only found in the rules of teaching teachers at formal schools. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pendidikan gender di Pesantren salaf dan modern, serta perbedaan dan persamaan antara keduanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus multi situs yaitu pertama di Pondok Pesantren Salaf (Baitul Atiq) dan Pondok Pesantren Modern (Nurulhuda).Sumber data dari penelitian ini dengan dua sumber data, yaitu primer/sumber langsung dan sumber data sekunder/sumber tidak langsung.Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi.Uji keabsahan data hasil dilakukan dengan triangulasi teknik. Sistem pendidikan gender di Pondok Pesantren Salaf (Baitul Atiq) Karduluk teraplikasi dalam beberapa kegiatan Istighosah hirzih/kajian pagi, Ngaji Al-qur’an, Masuk kelas, Sekolah Diniyah/sifir, kajian kitab kuning dan belajar malam. Sistem pendidikan gender di pondok Pesantren Pesantren Modern (Nurulhuda) Pakandangan adalah telaksana pada beberapa kegiatan berikut : Shalat tahajjud, qira’atul qur’an, mufradhat harian, tandhiful bie’ah, masuk kelas, muhadharah, dan belajar malam.Perbedaan antara pendidikan gender di pondok pesantren salaf (Baitul Atiq) Karduluk dengan pondok pesantren modern (Nurulhuda) Pakandangan adalah :sistem bahan ajar, tenaga pendidik/pengurus pondok dan sistem pendidikan. Persamaan antara pendidikan gender di pondok pesantren salaf (Baitul Atiq) Karduluk dengan pondok pesantren modern (Nurulhuda) Pakandangan hanya terdapat pada aturan guru pengajar pada sekolah formal.
Konsep Sihir dalam Perspektif Buya Hamka dan M. Quraish Shihab Faisol Rahman; Ghozi Mubarok
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In The Al-Qur’an, there are less than 30 thirty verses to magic. among them are in the letter Al-Baqarah verse 102, Al-A’ra>f verse 116, Tha>ha verse 66, Al-Falaq verse 3-4, dan surat Yu>nus verse 81-82. in Indonesia, the practice of magic is believed to have taken place in various places with all its variations. How ever, scholars differed on the concepts and the laws of studying magic. On that basis, the author intends to examine the views of Buya Hamka and M. Quraish Shihab in the work Tafsi>r Al-Azha>r and Tafsi>r Al-Misba>h which concerns verses about magic in the holy Al-Qur'an. the theary used thematic. By colleting an understanding verses about magic in thr holy Al-Qur’an, then constructing it into a complete and systematic concept. The essence of magic does exist. However, Buya Hamka and M. Quraish do not explain significantly the nature of magic in the holy Al-Qur'an. Buya Hamka and M. Quraish Shihab said that magic is just an illusion which according to their allegations the origin is from two angels, namely Ha> rut and Ma> rut. While regarding working of magic, Buya Hamka and M. Quraish Shihab mentioned how magic works by reciting spells with the aim of harming others, and from the women blowing the knots. Buya Hamka explains in more detail how magic works and contains more of the elements archipelago that which looks very thick in Minangkabau. As Buya Hamka mentioned items commonly used by witches, as; needles totaling 7 pieces, shredded the shroud, burial ground that is still new and some are using tombstones. Meanwhile, M. Quraish Shihab only explains how magic works in general. Di dalam Al-Qur'an, Terdapat kurang dari 30 ayat yang berkenaan dengan sihir. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 102, Al-A’ra>f ayat 116, Tha>ha ayat 66, Al-Falaq ayat 3-4, dan surat Yu>nus ayat 81-82. Di Indonesia praktik sihir diyakini telah berlangsung di berbagai tempat dengan segala variasinya. Meski demikian, para ulama berbeda pendapat tentang konsep dan hukum mempelajari sihir. Atas dasar itu, penulis bermaksud mengkaji pandangan Buya Hamka dan M. Quraish Shihab dalam karya Tafsi>r Al-Azha>r dan Tafsi>r Al-Misba>h yang menyangkut ayat-ayat tentang sihir dalam Al-Qur’an. Adapun teori yang digunakan adalah tematik konseptual dengan cara mengumpulkan dan memahami ayat-ayat tentang sihir dalam Al-Qur’an, lantas dikonstruksikan menjadi sebuah konsep yang utuh dan sistematis. Hakikat sihir memang ada. Akan tetapi, Buya Hamka dan M. Quraish tidak menjelaskan secara signifikan mengenai hakikat sihir dalam Al-Qur’an. Buya Hamka dan M. Quraish Shihab mengatakan bahwa sihir hanyalah sebuah khayal yang menurut dugaan mereka asal usulnya dari dua Malaikat yaitu Ha>rut dan Ma>rut. Sementara mengenai cara kerja sihir, Buya Hamka dan M. Quraish Shihab menyebutkan cara kerja sihir dengan membaca mantra yang tujuannya untuk mencelakakan orang lain, dan dari wanita-wanita peniup pada buhul-buhul. Buya Hamka lebih rinci menjelaskan cara kerja sihir dan lebih banyak mengandung unsur nusantaranya yang nampak sangat kental yang ada di Minangkabau. Sebagaimana Buya Hamka menyebutkan barang-barang yang biasa digunakan oleh tukang sihir, seperti; jarum yang berjumlah 7 buah, cabikan kain kafan, tanah perkuburan yang masih baru dan ada juga yang menggunakan batu nisan. Sedangkan M. Quraish Shihab hanya menjelaskan cara kerja sihir secara umum.
Peran Bajingan dalam Masyarakat (Kajian Peran Bajingan dalam Komunikasi Interpersonal Masyarakat Untuk Menumbuhkan Kesadaran Sosial di Desa Pragaan Daya) Triswanto
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Research on ruffians in the community in Praga Daya village is very interesting to study. One of the habits of the Praga Daya community that has survived to this day is carok. The definition of Carok is seen as a way so that the person is not underestimated and to gain superiority. The formulations of the problems of this research include, the first is how the existence of ruffians in the Praga Daya community, the second, what are the steps to fostering social awareness in interpersonal communication about bastards, because the aim of the researcher is to change people's perceptions of bastards. So the research method that I use is descriptive qualitative research, the data collected comes from the results of interviews, observations, and documentation. After the data has been collected, the next step is to analyze the data with an interpersonal approach, with the analysis stage, namely data reduction, data presentation, then it can draw conclusions from the research results. Penelitian tentang bajingan yang ada didalam masyarakat di desa Pragaan Daya sangat menarik untuk dikaji. Salah satu kebiasaan masyarakat Pragaan Daya yang tetap bertahan hingga saat ini adalah carok. Pengertian Carok dipandang sebagai suatu cara agar orang tersebuat tidak dianggap sebelah mata dan untu memperoleh kedigdayaan. Rumusan masalah dari penelitian ini diantaranya, yang pertama bagaimana eksistensi bajingan dalam masyarakat Pragaan Daya, yang kedua apa saja langkah-langkah menumbuhkan kesadaran sosial masyarakat dalam komunikasi interpersonal tentang bajingan, karena tujuan peneliti untuk mengubah persepsi masyarakat tentang bajinagan. Maka metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan pendekatan interpersonal, dengan tahapan analisis yaitu reduksi data, penyajian data barulah bisa menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Strategi Kyai dalam Pembinaan dan Pembentukan Moral Santri di Ma’had Tahfidz Al-Qur’an Zainul Ibad Prenduan Firdausi; Abdul Azis
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Scholar is a symbol of continuity for the rabbani’s mission. It must not be polluted by the importance of the individual, racial group, and temporary. Moreover they carry the utilization and be responsible for the continuity of the values of morality to the realization of a society. Prosperous under the protection of god. Moral issues were happened in various regions and have received a response from various lines, either by education experts or scientists, even a scholar who has part in leading and establish for student’s moral. The aim of this study is to know how the scholar’s forming of strategy moral’s student which formed in early time. The formed of this research was a qualitative or case approach, which used constant comparative method. According to the result of this research, that the strategy which was used by the scholar in forming and shaping the moral of students was used reinforcement strategies and tajribah strategies or habituation for action of kindness (mustahsin al-'adab), because of these both strategies could made the students had a good and admirable moral (al-akhlaqul karimah wal mahmudah). Kyai merupakan simbol kesinambungan dakwah dalam mengemban misi Rabbani yang tidak boleh di kotori dengan kepentingan yang bersifat individual, sektarial, dan temporer. Bahkan mereka mengemban kemaslahatan dan bertanggung jawab terhadap kesinambungan nilai-nilai moralitas demi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera di bawah naungan Ridha Ilahi. Permasalahan moral yang sering marak terjadi diberbagai daerah mendapat tanggapan dari berbagai lini, baik oleh pakar pendidikan atau ilmuwan, bahkan seorang kyai yang sangat andil dalam meluruskan dan membina moral seorang anak didik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi kyai dalam membina moral seorang anak didik yang dibentuk sejak dini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif/pendekatan kasus, yang menggunakan metode perbandingan tetap (Constant Comparative Method). Dari hasil penelitiannya bahwa, strategi yang digunakan oleh kiai dalam membina dan membentuk moral santri adalah penggunaan strategi reinforcement dan strategi tajribah atau pembiasaan diri dalam berbuat kebaikan (mustahsin al-‘adab). Karena kedua strategi ini dapat menjadikan santri memiliki akhlak yang karimah dan mahmudah.
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IXa dan IXb Pada Mata Pelajaran IPS Model Pembelajaran NHT di SMP Negeri 1 Lenteng Sumenep Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 Sri Mastuti
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This classroom action research report aims to find the most effective way in teaching and learning activities so that students can achieve maximum learning objectives. This class action report uses a cyclical system in finding the best way of learning, this process does not necessarily become a report but through complete data collection, so that the results achieved are real according to actual conditions. : Exploration, Explanation, Expantion, and Evaluation. This learning cycle learning model can effectively be applied to students at all levels. The learning cycle applied in this research consists of four phases, namely exploration, explanation, expansion and evaluation. With these phases, it is hoped that through learning this learning cycle model students will learn more meaningfully, that learning is a process of obtaining goals, and knowledge is obtained by constructing their own meanings from their own experiences. It is hoped that students' process skills will increase so that their learning outcomes will also increase. Laporan penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mencari cara yang paling efektif dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat tercapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Laporan tindakan kelas ini menggunakan sistem siklus dalam mencari cara belajar yang terbaik, proses ini tidak serta merta menjadi sebuah laporan tapi melalui pengumpulan data yang lengkap, agar hasil yang dicapai riil sesuai kondisi yang sebenarnya. :Exploration (Eksplorasi), Explanation (Penjelasan), Expantion(Penerapan Konsep), dan Evaluation (Evaluasi). model pembelajaran siklus belajar ini secara efektif dapat diterapkan untuk siswa pada semua tingkat. Siklus belajar yang diterapkan pada penelitian ini terdiri dari empat fase, yaitu eksplorasi, eksplanasi, ekspansi dan evaluasi. Dengan adanya fase-fase tersebut diharapkan melalui pembelajaran model siklus belajar ini siswa akan belajar lebih bermakna, bahwa belajar merupakan proses memperoleh tujuan, serta pengetahuan diperoleh dengan mengkonstruksi sendiri pengertian-pengertian dari pengalaman yang dialami sendiri. Dengan begitu diharapkan keterampilan proses siswa akan meningkat sehingga hasil belajarnya juga akan meningkat.
Studi Tentang Konsep Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia Miftahul Ulum; Nasiri; Bunga Maulinda Dwi Damayanti; Agung Kuswandono
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The controversial concept of the rule of law with the state of power (the state of absolute government), is basically the result of continuous debate about the rule of law by scholars and philosophers for centuries. The state ruled by law is called Recht Staat. And a State governed by law is a State which aims to maintain public order, namely order which is generally based on law. Through the democratic system, the process of its development can be seen clearly the relationship between the rule of law based on the sovereignty of the people and the constitution. With a different language, the state must have an ideology and philosophy based on a democratic system. This is because democracy is a way to maintain and control the rule of law. The state can be interpreted as a group of people who wish to unite in a region, with a sovereign government. With a form of state that can be distinguished into democracy, monarchy and oligarchy. The Indonesian constitutional system that has ever existed in Indonesia, among others: 1) the pre-amendment of the 1945 Constitution. 2) RIS Constitution. 3) 1950 Constitution. 4) Post-amendment 1945 Constitution. The government system is divided into 2 types, namely the presidential system and the parliamentary system. The meaning of the Archipelagic State is rooted in the notion of Nusantara. Nusantara comes from the word “nusa” which means a group of islands, and “between” which can be interpreted as a place flanked by other places. So the meaning of the word “archipelago” is a collection of islands located / flanked between 2 continents and 2 oceans. Konsep Negara hukum yang kontroversial dengan Negara kekuasaan (the state of absolute govemment), pada dasarnya merupakan hasil perdebatan terus menerus tentang Negara hukum oleh para sarjana dan filsuf selama berabad abad.Negara yang diperintah oleh hukum disebut Recht Staat. Dan Negara yang diatur oleh hukum adalah Negara yang bertujuan untuk memelihara ketertiban umum, yaitu ketertiban yang umunya berdasarkan hukum. Melalui sistem demokrasi, proses perkembangannya terlihat jelas keterkaitan antara negara hukum yang bertumpu terhadap kedaulatan rakyat dan konstitusi. Dengan bahasa yang berbeda, negara harus berideologi dan berasaskan falsafah sistem demokrasi. Hal ini karena demokrasi merupakan cara untuk mempertahankan serta kontrol atas supremasi hukum. Negara dapat diartikan sebagai suatu kelompok masyarakat yang berkeinginan untuk bersatu di dalam suatu wilayah, dengan pemerintahannya yang berdaulat Dengan bentuk Negara yang dapat dibedakan menjadai demokrasi, monarki, dan oligarki. Sistem ketatanegaraan Indonesia yang pernah ada di Indonesia, antara lain: 1) UUD 1945 pra-amandemen. 2) Konstitusi RIS. 3) UUDS 1950. 4) UUD 1945 pasca amandemen. Sistem pemerintahan dibedakan menjadi 2 macam, yakni sistem presidensial dan sistem parlementer.Makna dari Negara Kepulauan berakar dari pengertian Nusantara. Nusantara berasal dari kata “nusa” yang artinya gugusan (kumpulan) pulau, dan “antara” yang dapat diartikan sebagai suatu tempat yang diapit oleh tempat yang lain. Jadi arti kata “nusantara” adalah kumpulan pulau yang terletak/diapit antara 2 benua dan 2 samudera.
Memotret Masa Keemasan Peradaban dan Pendidikan Tiga Kerajaan Besar Islam Fathorrahman .
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The complete portrait of Islamic civilization in the world of education in the medieval period can be seen from the history of the three great dynasties, namely the Ottoman Turks, Safavids in Persia (Iran) and Moghuls in India. The three dynasties contributed significantly to the development of science in different portions. If at first in Ottoman Turkey only focused on military education and religious knowledge, then in the next leadership period general sciences were also used as study material in madrasas. It was different with the Safavid dynasty in Persia which tried to revive the passion of the century of scientific progress during the Abbasid period. During this Safavid period, quite a number of prominent scientists such as Baharuddin Syaerasi and others were born. Unlike the two previous dynasties, the achievement of scientific development in the Mughol Dynasty was represented by a historian during the Aurangzeb period, namely Abu Fadl with his work Aini Akhbari containing the history of the Mughal empire based on its leadership. Potret utuh peradaban Islam dalam dunia pendidikan pada periode pertengahan dapat dilihat dari sejarah tiga dinasti besar yakni Turki Usmani, Safawiyah di Persia (Iran) dan Mughal di India. Ketiga dinasti tersebut memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dengan porsi yang berbeda. Jika pada mulanya di Turki Usmani hanya memfokuskan pendidikan pada ranah militer dan ilmu agama saja, maka pada periode kepemimpinan selanjutnya ilmu-ilmu umum juga dijadikan bahan pengkajian di madrasah-madrasah. Lain halnya dengan dinasti Safawiyah di Persia yang berusaha membangkitkan kembali gairah abad kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah. Pada masa safawiyah ini cukup banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan terkemuka seperti Baharuddin Syaerasi dan lainnya. Berbeda dengan dua dinasti sebelumnya, pencapaian perkembangan ilmu pengetahuan di Dinasti Mughal diwakili oleh seorang sejarawan pada masa Aurangzeb yakni Abu Fadl dengan karyanya Aini Akhbari berisi tentang sejarah kerajaan Mughal berdasarkan pimpinannya.

Page 1 of 1 | Total Record : 9