cover
Contact Name
Ainul Yaqin
Contact Email
ayaqin309@gmail.com
Phone
+6287850172545
Journal Mail Official
ayaqin309@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
ISSN : 25499157     EISSN : 25793543     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Al-Iman: Jurnal Keislaman dan kemasyarakatan adalah jurnal Jurnal ini memuat kajian-kajian pemikiran keislaman dan Kemasyarakatan dalam bentuk: 1) Hasil penelitian, 2) Gagasan konseptual, 3) Kajian kepustakaan, dan pengalaman praktis. Redaksi mengundang para akademisi, dosen, maupun peneliti untuk berkontribusi memasukkan artikel ilmiahnya yang belum pernah diterbitkan oleh jurnal lain. Naskah ditulis mengikuti standar karyatulis ilmiah dengan menyertakan refrensi (footnote) diketik dengan spasi 1,5 cm pada kertas ukuran A4 dengan panjang tulisan antara 20-30 halaman, serta menyertakan Abstrak dengan dua bahasa; Indonesia dan Inggris, ruang lingkup judul harus spesifik pada satu permasalahan dan tempat. Naskah yang masuk dievaluasi oleh dewan redaksi. Redaktur dapat melakukan perubahan pada tulisan yang dimuat untuk keseragaman format, tanpa mengubah substansinya. Jurnal ini bermitra bestari yang diterbitkan dua kali setahun dalam bentuk cetak dan online oleh STID Raudlatul Iman. Pernyataan ini menjelaskan perilaku etis seluruh pihak yang terlibat dalam penerbitan artikel dalam Al-Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan termasuk penulis, dewan penyunting, mitra bestari, dan penerbit. http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/aliman/etikapublikasi
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 127 Documents
Pengembangan Budaya Organisasi Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di TK Terpadu Budi Mulia Dua Seturan Yogyakarta) Dina Islamika
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 2 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.584 KB)

Abstract

Organization is a system in which there are various elements that are interconnected with each other. The organizational culture contains the overall understanding of social values, social norms, ways, habits, behaviors and science as well as the overall social, religious, and other structures, all intellectual and artistic statements that characterize a society. Organizational culture is the overall beliefs, feelings, behaviors, and symbols that characterize an organization. More specifically, organizational culture is defined as the various philosophies, ideologies, beliefs, feelings, assumptions, expectations, attitudes, norms, and values.Based on several definitions above can be concluded that the organizational culture in educational institutions is the meaning of together with all members of the organization in an educational institution related to values, norms, beliefs, traditions and unique ways of thinking embraced and visible in their behavior, thus distinguish between one educational institution With other educational institutions. Organisasi merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling keterkaitan antara satu sama lainnya. Budaya organisasi mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, cara, kebiasaan, perilaku dan ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Budaya organisasi adalah keseluruhan kepercayaan, perasaan, perilaku, dan simbol yang mengkarakteristikkan suatu organisasi. Lebih spesifiknya, budaya organisasi didefinisikan sebagai berbagai filsafat, ideology, kepercayaan, perasaan, asumsi, harapan, sikap, norma, dan nilai. Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi di lembaga pendidikan adalah pemaknaan bersama seluruh anggota organisasi di suatu lembaga pendidikan yang berkaitan dengan nilai, norma, keyakinan, tradisi dan cara berfikir unik yang dianutnya dan tampak dalam perilaku mereka, sehingga membedakan antara satu lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan yang lain.
Rekonstruksi Pendidikan Menurut Sayyed Hossain Nasr dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam Pada Saat Ini Khoerotun Ni’mah
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 2 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.328 KB)

Abstract

Pendidikan menurut Sayyed Hossain Nasr merupakan institusi paling strategis dalam proses tranmisi intelektual, spiritual, dan kultural umat Islam dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sistem pendidikan yang di gunakan Nasr adalah tradisonal bukan sistem pendidikan barat modern. Adapun sistem pendidikan menurut Nasr yakni mengajarkan berbagai ragam disiplin ilmu pengetahuan klasik yang masih berkaitan erat dengan nilai-nilai agama, bukan dengan sistem pendidikan barat yang watak dasarnya adalah sekular dan tidak agamis. Hossain Nasr Nasr menolak adanya dikotomi keilmuan karena sesungguhnya antara agama Islam dan sains saling berhubungan. Education according to Sayyed Hossain Nasr is the most strategic strategy in the process of intellectual, spiritual and cultural transmission of Muslims from one generation to the next. The education system used by Nasr is not a modern western education system. Based on the education system according to Nasr who teaches a variety of classical scientific disciplines that are still related to religious values, not to the western education system whose basic nature is secular and not religious. Hossain Nasr Nasr rejects the existence of a scientific dichotomy because the conflict between Islam and science is interconnected.
Kesantunan Berbahasa Indonesia Guru dan Siswa Madrasah Diniyah Al-Akbar Bungbungan Bluto Sumenep (dalam Perspektif Pragmatik) Siti Arifah
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 2 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.217 KB)

Abstract

Imperative imperative politeness is speech politeness in the form of an order from the speaker to the spoken partner to do something in accordance with the instructions of the speaker. In pragmatics, there are seventeen forms of pragmatic imperative modesty from the seventeen forms in this study. Only in this study are six forms of pragmatic imperative politeness, namely the form of politeness of imperative pragmatics which implies requests, orders, invitations, requests for permission, prohibitions, and congratulations. The speech is a speech between the teacher and students which is analyzed from the Indonesian imperative politeness Kesantunan tuturan imperatif merupakan kesantunan tuturan yang berupa perintah dari penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan perintah penutur.Dalam ilmu pragmatik terdapat tujuh belas wujud kesantunan pragmatik imperatif dari ketujuh belas wujud tersebut dalam penelitian ini hanya ditemukan enam wujud kesantunan pragmatik imperatif yaitu wujud kesantunan pragmatik imperatif yang mengandung makna permintaan, suruhan, ajakan, permintaan izin, larangan, dan pemberian ucapan selamat. Tuturan tersebut merupakan tuturan antara guru dan siswa yang dianalisis dari kesantunan tuturan imperatif bahasa Indonesia
Memotrret Generasi Millenial dalam Pendidikan Islam Muzanni .; Habibullah .
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 2 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.958 KB)

Abstract

Millenial era is a period where the development of information and communication technology and social media is growing rapidly. In the digital era of technologi now almost everything can be accessed directly by everyone quickly. Now often discussed about industrial era 4.0 and Z generation. In this era, islamic education is actually increasingly well developed, because Islam comes as rahmatan lil ‘alamin that emphasizes ethics and continues to be based on Al-Qur’an and Hadits. Era Millenial merupakan suatu masa dimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta media sosial sangat berkembang dengan pesat. Pada era teknologi digital saat ini hampir semuanya dapat di akses langsung oleh semua orang dengan cepat. Saat ini sering dibahas tentang era industri 4.0 dan generasi Z. Di era ini penidikan Islam justru semakin berkembang dengan baik, karena Islam datang sebagai Rahmatan lil ‘alamin yang lebih mengedepankan etika dan tetap bersumber pada al-Qur’an dan Hadits.
Hubungan antara Efikasi diri dan Dukungan Sosial dengan Stres Akademik pada Siswa Abdus Salam
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 2 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.687 KB)

Abstract

Researchforstudiesbothsimultaneousorpartialcorelationofselfefficacy and socialsupportwithacademicstres.Thisstudy usedquantitativemethods,withdata collectionthrougha questionnaire thattake 100studententrantsawayinthe State High School1Pamekasanpurposively.ResultsofregressionsanalysisshowedthevalueofF= 28,453andp=0,000(p<0,05).Meansselfefficacy andsocialsupportwithsupportwith academic streshas a highly significant correlation. The resultsof partial correlation betweentestselfefficacywithacademicstresstogetthevaluet=-0,145andp=0,000(p <0,05),whichmeans thatbetweenselfefficacy withacademicstresshasasignificant negative correlation.The resultsofcorrelationbetweensocialsupporttostressobtained valuet=-0,561withp=0,081(p>0,05),meaning thatthesocialsupportwithacademic stress has asignificant negativecorrelation. Penelitianini mengkajihubungansimultandanparsialefikasidiridandukungan sosialdenganstresakademik.Penelitianinimenggunakanmetode kuantitatif,dengan pengumpulandatamelaluiangketyang 100siswaurbandiSMANegeri1Pamekasan secarapurposive.HasilanalisisujiregresimenunjukkannilaiF=28,453danp=0,000(p < 0,05).Berartiefikasidiridandukungansosialdenganstresakademikmemilikikorelasi yang sangatsignifikan.Hasilujikorelasiparsialantaraefikasidiridandukungansosial denganstresakademikmemperolehnilait=-0,145dandanp=0,000(p<0,05),yang berartibahwa antara efikasidiridenganstres akademikmemilikikorelasinegatifyang sangatsignifikan.Hasilujikorelasiantaradukungansosialdenganstresdiperolehnilait= -0,561denganp=0,081(p>0,05),yangartinya antara dukungansosialdenganstres akademik memiliki korelasi negatifyangsangat signifikan.
Memasyarakatkan Tasawuf, Mentasawufkan Masyarakat; Sebuah Langkah Peradaban Baru dalam Masyarakat Islam Modern Imalah .
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 2 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.137 KB)

Abstract

Sufism or Sufism in Islam are two things that can not be separated, because Sufism is a breath in carrying out Islam in individual and social practices. So far, the public's perception of Sufism is something extreme and far from the value of modernization, not even interested in exploring or studying it. While today's society is in the era of modern Islam more and more new civilizations are entering. Like it or not, everything in the community will be accepted both positively and negatively. So the step to re-popularize the bag in the development of modern society, is the right step to support negative things, by strengthening the basic foundation of religion to build civilization in modern Islamic society today. Tasawuf atau Sufisme dalam Islam adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena tasawuf adalah sebuah nafas dalam menjalankan keislaman dalam praktek individu dan sosial. Sejauh ini, anggapan masyarakat tentang tasawuf adalah suatu hal yang ekstrim dan jauh dari nilai modernisasi, bahkan tidak tertarik untuk mendalami ataupun mempelajarinya. Sedangkan masyarakat saat ini berada dalam zaman Islam modern yang semakin banyak peradaban baru yang masuk. Mau tidak mau segala hal yang berada di lingkungan masyarakat akan diterima baiksecara positifataupun negatif. Maka langkah untuk kembali memasyarakatkan tasawuf dalam perkembangan masyarakat modern ini,adalah sebuah langkah tepat untuk mengantisipasi hal-hal yang negatif, dengan mengokohkan fondasi dasar keagamaan untukmembangun peradaban dalam masyarakat Islam modern saat ini.
Enkulturasi Al-Qur’an Dan Radikalisme Agama Farri Chatul Liqok
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 2 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.819 KB)

Abstract

The configuration of Islam in Indonesia can be said to have varied variations. This diversity is characterized by the emergence of radical Islam with exclusive, scriptural, puritanical, militant and extremist characteristics. The assumption is that acts of violence in the name of religion are the result of a lack of comprehension in understanding religious texts. Whereas al-Qur'an experiences enculturation that can be used as a projector to sort out the teachings of the Qur'an which are substantial-fundamental and symbolic-instrumental. Enculturation explains the interaction between culture and religion. The interaction occurred between revelation (al-Qur'an) with the traditions of the Arab community. What is seen is what is added to the revelations in the tradition, so that it can be sorted out which values ​​are substantial-fundamental and which are symbolic-instrumental which in the end is an incorrect understanding of the Qur'an especially those practiced with violence can be minimized. Konfigurasi Islam di Indonesia bisa dikatakan mempunyai ragam yang variatif. Keragaman tersebut diantaranya diwarnai dengan munculnya islam radikal yang berkarakter eksklusif, skriptual, puritan, militan, dan ekstrimis. Asumsinya bahwa adanya tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama merupakan akibat dari kurang komprehensifnya dalam memahami teks-teks agama. Padahal al-Qur’an mengalami enkulturasi yang bisa dijadikan proyektor untuk memilah antara ajaran Al-Qur’an yang substansial-fundamental dan simbolik-instrumental. Enkulturasi menjelaskan interaksi antara budaya dan agama. Interaksi tersebut terjadi antara wahyu (al-Qur’an) dengan tradisi masyarakat arab. Hal yang dilihat adalah apa yang ditambahkan wahyu dalam tradisi, sehingga dapat dipilah mana nilai yang substansial-fundamental dan mana yang simbolik-instrumental yang pada akhirnya pemahaman yang kurang tepat terhadap al-Qur’an terlebih yang dipraktekkan dengan kekerasan bisa diminimalisir.
Rumah Ulama sebagai Aktivitas Ilmiah Miftahul Ulum
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 1 (2019): Al Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hadirnya Islam telah memicu adanya aktivitas ilmiah dikalangan umatnya. Pada masa Rasulluah, kegiatan tersebut dilangsungkan dirumah sahabat Al-Arqam bin Arqam dengan pengajaran pokok-pokok akidah dan penyampaian wahyu-wahyu ilahi yang turun kepada Rasulullah. Hal itu berlangsung dalam kurun waktu 13 tahun. Pasca Rasulullah juga terdapat beberapa rumah ulama’ terkenal yang menjadi tempat belajar, antara lain: Rumah Ar-Rais Ibnu Sina, rumah Abu Sulaiman As-Sajastani, rumah Imam Ghazali, rumah Ali bin Muhammad Al-Fasihi, rumah Ya’qub ibnu Killis yang dikenal dengan wazir Khalifah Al-Aziz Billah Al-Fatimi, dan rumah Imam Ahmad Ibnu Muhammad Abu Thahir. The presence of Islam has triggered scientific activity among its humankind. At the time of Rasulullah, the activity was conducted at the home of the friend of Al-Arqam bin Arqam with the principles of faith learning and the transmission of divine revelation which came down to the Messenger to Rasulullah. It lasted for 13 years. Post-Rasulullah also had several famous 'ulama' houses of study, among others: the house of Ar-Rais Ibn Sina, the house of Abu Sulaiman As-Sajastani, the house of Imam Ghazali, the house of Ali bin Muhammad Al-Fasihi, the house of Ya'qub ibn Killis known as the Al-Aziz Caliphate of Al-Fatimi Caliphate, and the house of Imam Ahmad Ibn Muhammad Abu Thahir.
Metodologi Studi Islam (Spiritualitas Dalam Pendidikan Islam Dalam Pandangan Syed Muhammad Naquib Al-Attas) Miftahul Ulum
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 4 No. 1 (2020): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The meaning of education and all those involved in it are very important in the formulation of the education system and its implementation. For Al-Attas, Education is a process of planting something. So, the term ta'dib is the most appropriate concept for formulating Islamic education so that it can produce perfect human beings as the goals of Islam itself. Knowledge that has been obtained is expected to be reflected through his personality, as the Prophet has demonstrated. Makna pendidikan dan semua yang terlibat di dalamnya merupakan hal yang sangat penting dalam perumusan sistem pendidikan dan implementasinya. Bagi Al-Attas, Pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu. Maka, istilah ta’dib merupakan konsep yang paling tepat untuk merumuskan pendidikan Islam supaya bisa menghasilkan manusia paripurna sebagaimana tujuan Islam sendiri. Ilmu yang telah diperoleh diharapkan bisa tercermin lewat pribadinya, sebagaimana yang telah Rasulullah contohkan.
Mitos Wringin Sepuh dalam Kajian Islam Lailul Ilham
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 4 No. 1 (2020): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the myths that developed in the Yogyakarta Kotagede community, this myth is still believed, preserved, and implemented by local people. The old wringin mythical rituals are performed by people with diverse religious backgrounds, including by a variety of Muslim communities in Kotagede. This fact is an important reason for a study of the myth of aging, because its existence can be accepted and carried out by people with different religious backgrounds. Does the old wringin myth have universal values so that they are respected by the public or full of rituals and beliefs that do not violate the basic principles in certain religions, Islam. Based on these facts, research and explanations related to the myth of wringin senuh are needed to get the facts Wringin sepuh merupakan salah satu mitos yang berkembang di tengah masyarakat Kotagede Yogyakarta, mitos tersebut tetap dipercayai, dilestarikan, dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Ritual-ritual mitos wringin sepuh dilakukan oleh masyarakat dengan latar belakang agama yang beragam, termasuk oleh mayoritas masyarakat muslim Kotagede. Fakta tersebut menjadi alasan pentingnya dilakukan kajian terhadap mitos wringin sepuh, sebab eksistensinya dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Apakah mitos wringin sepuh memiliki nilai-nilai universal sehinggga diterima halayak umum atau secara ritual dan kepercayaan tidak menyalahi prinsip-prinsip dasar dalam agama-agama, khususnya agama Islam. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan penelitian dan penjelasan terkait mitos wringin sepuh secara komprehensif untuk diperoleh fakta-fakta adan alasan mengapa kasus tersebut tersebut dapat terjadi.

Page 5 of 13 | Total Record : 127