cover
Contact Name
Eri Hendra Jubhari
Contact Email
webpdgi@gmail.com
Phone
+628124235346
Journal Mail Official
webpdgi@gmail.com
Editorial Address
Ruko Malino A4. Baruga, Antang, Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
MDJ (Makassar Dental Journal)
ISSN : 20898134     EISSN : 25485830     DOI : 10.35856/mdj
Core Subject : Health,
The journal receives a manuscript from the following area below Dentistry science and development with interdisciplinary and multidisciplinary approach: Dental Public Health and Epidemiology Oral and Maxillofacial Surgery Dental Conservation and Endodontics Preventive Dentistry Biomedical Dentistry Dental Radiology Pediatric Dentistry Oral Pathology Prosthodontics Traumatology Oral Biology Biomaterials Orthodontics Periodontics
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013" : 8 Documents clear
Etika dan moral perspektif agama: implementasinya dalam profesi dokter gigi Arifuddin Ahmad
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.988 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.147

Abstract

Mencermati kondisi bangsa saat ini, sungguh sangat memprihatinkan karena perilaku amoral hampir menimpa semua elemen bangsa dan dalam berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali di kementerian kesehatan dan bahkan menimpa kalangan profesional, termasuk dokter gigi. Misalnya, iri hati, rakus, dan tamak; monopoli dan manipulasi; sombong dan angkuh; bahkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Untuk mengatasi kondisi seperti ini, menfungsikan agama dalam menjalani profesi merupakan suatu keniscayaan, terutama dalam memperbaiki etika, moral, atau akhlaq. Etika merupakan ilmu pengetahuan untuk menentukan perbuatan yang di lakukan manusia baik atau buruk; pola tingkah laku manusia berdasarkan akal. Moral adalah pola tingkah laku manusia berdasarkan adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di masyarakat. Dan, akhlak adalah pola tingkah laku manusia untuk mengukur baik dan buruk berdasarkan petunjuk agama (Islam). Etika, moral atau akhlaq yang mulia tidak dapat terwujud dengan optimal dalam bentuk amal shalih kecuali jika berlandaskan pada kekokohan iman dan kematangan ilmu. Di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, seorang profesional yang agamis – termasuk dokter gigi - harus menyadari bahwa dirinya seorang abdi Tuhan selain sebagai abdi negara bahkan seorang muslim harus menyadari kedudukannya pula sebagai khalifah Allah. Dia harus berprinsip bahwa bekerja adalah ibadah dan karenanya harus dilakukan dengan ikhlash dan berorientasi sebagai pengabdian kepada Tuhan, sehingga terdorong olehnya untuk mengedepankan misi kemanusiaan untuk menolong sesamanya, bukan untuk meraup keuntungan material. Dia harus memiliki kompetensi yang memadai sehingga dapat bekerja secara profesional dan terhindar dari malpraktik. Dan, dia harus memberikan pelayanan dengan prinsip mempermudah dan tidak mempersulit; menggembirakan dan tidak menakutkan; ramah dan mudah senyum.
Perawatan alternatif prostodontik menggunakan gigitiruan overdenture magnet pada pasien dengan jaringan pendukung minimal (laporan kasus) Evan Gunawan Tunggal; Edy Machmud; Adriana Djuhais; Rifaat Nurrahma
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.197 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.148

Abstract

Alternatif rehabilitasi perawatan prostodontik dewasa ini sangat berkembang. Salah satunya adalah pembuatan gigitiruan overdenture magnet. Indikasi dari penggunaan meliputi jumlah gigi yang tersedia, keadaan jaringan mulut, dan kebutuhan pasien. Untuk memberikan gambaran tentang alternatif perawatan pada bidang prostetik mengenai penggunaan overdenture yang menggunakan system magnet sebagai retensi minor. Seorang pasien wanita yang berusia 50 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hasanuddin dengan keluhan gangguan pengunyahan, penampilan dan berbiacara akibat kehilangan gigi. Pasien ingin dibuatkan suatu gigitiruan yang dapat menyelesaikan permasalahannya namun pasien ingin untuk dibuatkan gigitiruan yang tidak menggunakan klamer sebagai retensi dengan pertimbangan masalah estetik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dibuatkanlah gigitiruan overdenture magnet. Alternatif perawatan pada bidang prostetik dengan menggunakan gigitiruan overdenture magnet ternyata memberikan hasil yang optimal dan kepuasan bagi pasien dalam penggunaannya sehari-hari.
Penatalaksanaan penyakit pulpa pada gigi anak Fajriani .
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.743 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.149

Abstract

Penyakit pulpa gigi ditandai dengan terbukanya pulpa yang diakibatkan oleh infeksi bakteri dengan adanya karies dan juga dapat pula disebabkan oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas. Terbukanya pulpa disebabkan oleh karies yang sering terjadi pada gigi-gigi susu dengan rongga pulpa yang relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol, dan email serta dentin yang lebih tipis. Karies akan menyebabkan infeksi pulpa sedangkan trauma yang menyebabkan terbukanya pulpa akan mengalami infeksi jika terkontaminasi oleh saliva. Pulpa yang terinfeksi ini akan meradang dan dapat terjadi nekrosis pulpa. Jika infeksi menyebar ke tulang alveolar maka benih gigi permanen dibawahnya dapat terkena. Oleh karena itu, gigi susu dengan pulpa yang terbuka tidak boleh dibiarkan tanpa perawatan tetapi harus dilakukan pilihan perawatan konservatif melalui perawatan pulpa sesuai indikasi tingkat keparahan penyakit pulpa pada gigi anak. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan yang baik bagi teman sejawat dalam perawatan penyakit pulpa pada gigi anak.
Efikasi terapi angular cheilitis di Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin berdasarkan prinsip kausatif Ali Yusran; Zohra Nazaruddin; Erni Marlina
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.988 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.150

Abstract

Angular cheilitis merupakan suatu lesi, terkadang disertai inflamasi pada commisura labial baik yang terjadi unilateral maupun bilateral, dengan nyeri atau tanpa adanya gejala. Terapi utamanya adalah anti jamur yang didasarkan pada prinsip kausatif. Namun, akhir-akhir terjadi kecenderungan perubahan mikroorganisme khususnya spesies jamur Candida. Jika sebelumnya spesies Candida albicans paling banyak diisolasi sebagai jamur patogen di rongga mulut, namun jumlah spesies Candida lain selain Candida albicans juga semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikroorganisme penyebab jamur sebagai dasar untuk terapi yang diberikan. Metode yang diterapkan adalah observasional deskriptif. Hasilnya Staphylococcus aureus menjadi mikroorganisme yang paling banyak dijumpai dengan 33,3%, selanjutnya adalah Staphylococcus epidermidis (26,6%), Stahylococcus saproforicus (16,6%), Streptococcus sp (10%), basil negatif (10%), dan Candida tropicalis (3,3%) lesi angular cheilitis dengan Candida tropicalis. Jelas bahwa terapi yang selama ini diberikan berupa anti jamur berdasarkan hasil penelitian ini tidaklah tepat. Akan lebih sesuai jika diberikan anti bakteri, misalnya chlorhexidine gluconate.
Fibrous displasia pada maksila (laporan kasus) M. Hendra Chandha; A. Tajrin
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.688 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.151

Abstract

Fibrous displasia adalah sebuah gangguan perkembangan dari tulang yang sedang bertumbuh yang tidak diketahui penyebabnya. Fibrous displasia dapat terjadi pada seluruh rangka tubuh, namun tulang tengkorak, paha, tulang kering, tulang rusuk, lengan atas, akan tetapi panggul merupakan bagian yang paling sering terkena. Pada artikel ini dilaporkan kasus fibrous displasia yang menyerang regio maksila kiri serta penatalaksanaan pasien melalui metode pembedahan. Seorang wanita 30 tahun datang ke tempat praktek dengan keluhan benjolan pada rahang atas kiri, muka tidak simetris, tidak sakit, mukosa daerah sekitar dalam batas normal. Kemudian dilakukan radiografi dengan hasil tampak fibrous displasia. Fibrous displasia pada kasus ini dirawat melalui metode pembedahan dengan cara pengangkatan jaringan tulang yang terkena. Disimpulkan bahwa Laporan kasus ini menitikberatkan pada gambaran klinis, radiologi, patologi, dan metode perawatan secara pembedahan dari fibrous displasia.
The effect of inadequate treatment of 36 that carious Isidora KS; Yoifah R; Cevanti TA; Laksmi D.; Sarianoferni .
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.513 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.152

Abstract

Geligi molar pertama permanen yang erupsi ke dalam rongga mulut adalah geligi molar pertama tahang bawah, yaitu pada usia 6 tahun. Pada masa ini, anak-anak masih acuh terhadap kesehatan mulut. Prevalensi karies geligi molar pertama permanen sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, populasi ataupun bangsa. Artikel ini ingin menunjukkan akibat perawatan yang tidak sempurna pada gigi 36 pada anak laki-laki usia 16 tahun. Gigi karies menjadi penyebab abses submandibula, penanganan tidak tepat, menjadi kronis, dan menyebabkan adanya fistula ke angulus mandibula di daerah kulit. Abses subkutan kronis tidak terawat dengan sempurna. Rasa sakit hilang, tetapi deviasi mandibula tetap ada. Pasien tidak dapat membuka mulut secara normal. Tatalaksana kasus dilakukan dengan mengajukan anamnesis secara sistematis, dan pemeriksaan klinis, termasuk foto panoramik. Diskusi kasus dilakukan diantara spesialis bedah mulut, konservasi gigi, radiologi dental dan ilmu penyakit mulut. Simpulan dari kasus ini, anak laki-laki ini diberi pengertian dan nasehat secara seksama tentang apa yang sudah terjadi pada rahang dan pipi kirinya. Disarankan bagi semua yang terlibat dalam perawatan pada daerah oromaksilofasial, untuk sangat seksama melakukan perawatan agar dapat menghemat waktu, dana, maupun mungkin nyawa pasien.
Inclined bite plane for correction anterior crossbite in early permanent dentition Abdul Malik; Arya Brahmanta
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.649 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.153

Abstract

Inclined bite plane is a simple functional appliance used in the lower arch jaw which is work as bite jumper. Anterior crossbite is an indicator of skeletal growth problem and developing class III malocclusion. The aim of this case report is to know the mechanism of inclined bite plane as functional appliance for managing class III malocclusion. In this article we would like to present a 11- year-old boy with class III malocclusion, SNA 76 o , SNB 81 o , ANB –5 o , overjet -3 mm, overbite 5 mm and concave facial profile. The use of acrylic resin in lower arch as an inclined bite plane for anterior crossbite correction in early permanent dentition at adolescent is an effective therapy choice.
The aid of panoramic photo for a general practitioner for denture preparation Herawanti YE; Isidora KS; Sarianoferni .; Setyowati O; Sujati .
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.25 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i6.154

Abstract

Radiographic photo imaging nowadays is needed in almost all areas of health. Faculty of Dentistry students at Hang Tuah University had to accomodate competence-based curriculum (CBC) to face the new horizon in oral health care. This present study presents an older woman, 71 years old who wanted to make a partial denture, both upper and lower jaws. She had ever used a partial denture since about 2 years ago. She felt discomfortable and wanted to make a new one. She was healthy in her age, with no systemic deviation, and she works as a teacher. The management of the case taking her anamnesis, taking the panoramic photo to overview all of the condition in the mouth. With the help of the imaging, continue the preparation of the teeth beside the edentulous areas for the clasps and the mucosa to bare the dentures. Several teeth were treated conservatively. This is important for designing the denture. By applying the CBC, the student was able to wholly treat the patient, just like the competence that hopefully possessed by all of the dentists nowadays. The CBC allows students to make a panoramic photo, to treat conservative, to apply medicine and to screen from the systemic disease, curing the gingiva, or any other else. It was concluded that the CBC students was able to apply all the competences to patients. The CBC students have to fully understand and work hard to carry out their obligations. Hopefully, this condition will prepare them to compete in the era of globalization.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 12 No. 2 (2023): Volume 12 Issue 2 Agustus 2023 Vol. 11 No. 1 (2022): Volume 11 Issue 1 April 2022 Vol. 10 No. 3 (2021): Volume 10 Issue 3 Desember 2021 Vol. 10 No. 2 (2021): Volume 10 Issue 2 Agustus 2021 Vol. 10 No. 1 (2021): Volume 10 Issue 1 April 2021 Vol. 9 No. 3 (2020): Volume 9 Issue 3 December 2020 Vol. 9 No. 2 (2020): Volume 9 No 2 Agustus 2020 Vol. 9 No. 1 (2020): Volume 9 No 1 April 2020 Vol. 8 No. 3 (2019): Vol 8 No 3 Desember 2019 Vol. 8 No. S - 2 (2019): Volume 8 Suplemen 2 2019 Vol. 8 No. 2 (2019): Vol 8 No 2 Agustus 2019 Vol. 8 No. S - 1 (2019): Volume 8 Suplemen 1 2019 Vol. 8 No. 1 (2019): Volume 8 No 1 April 2019 Vol. 7 No. 3 (2018): Volume 7 No 3 Desember 2018 Vol. 7 No. 2 (2018): Vol 7 No 2 Agustus 2018 Vol. 7 No. 1 (2018): Vol 7 No 1 April 2018 Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017 Vol. 6 No. 2 (2017): Vol 6 No 2 Agustus 2017 Vol. 6 No. 1 (2017): Vol 6 No 1 April 2017 Vol. 6 No. S-1 (2017): Vol 6 Suplemen 1 2017 Vol. 5 No. 3 (2016): Vol 5 No 3 Desember 2016 Vol. 5 No. 2 (2016): Vol 5 No 2 Agustus 2016 Vol. 5 No. S - 1 (2016): Vol 5 Suplemen 1 2016 Vol. 5 No. 1 (2016): Vol 5 No 1 April 2016 Vol. 4 No. 6 (2015): Vol 4 No 6 Desember 2015 Vol. 4 No. 5 (2015): Vol 4 No 5 Oktober 2015 Vol. 4 No. 4 (2015): Vol 4 No 4 Agustus 2015 Vol. 4 No. 3 (2015): Vol 4 No 3 Juni 2015 Vol. 4 No. 2 (2015): Vol 4 No 2 April 2015 Vol. 4 No. 1 (2015): Vol 4 No 1 Februari 2015 Vol. 3 No. 6 (2014): Vol 3 No 6 Desember 2014 Vol. 3 No. 5 (2014): Vol 3 No 5 Oktober 2014 Vol. 3 No. 4 (2014): Vol 3 No 4 Agustus 2014 Vol. 3 No. 3 (2014): Vol 3 No 3 Juni 2014 Vol. 3 No. 2 (2014): Vol 3 No 2 April 2014 Vol. 3 No. 1 (2014): Vol 3 No 1 Februari 2014 Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013 Vol. 2 No. 5 (2013): Vol 2 No 5 Oktober 2013 Vol. 2 No. 4 (2013): Vol 2 No 4 Agustus 2013 Vol. 2 No. 3 (2013): Vol 2 No 3 Juni 2013 Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013 Vol. 2 No. 1 (2013): Vol 2 No 1 Februari 2013 Vol. 1 No. 6 (2012): Vol 1 No 6, Desember 2012 Vol. 1 No. 5 (2012): Vol 1 No 5, Oktober 2012 Vol. 1 No. 4 (2012): Vol 1 No 4, Agustus 2012 Vol. 1 No. 3 (2012): Vol 1 No 3, Juni 2012 Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012 Vol. 1 No. 1 (2012): Vol 1 No 1, Februari 2012 More Issue