cover
Contact Name
Ahmad Arkan Ichsan
Contact Email
a.khan.ich@gmail.com
Phone
+6281310581402
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. ISSY Samratulangi No. 28 Menteng, Jakarta Pusat Tel / fax : 081310581402 / 082289133714
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia
Published by BAPIN-ISMKI
ISSN : 23026391     EISSN : 27211924     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) merupakan sebuah platform publikasi jurnal nasional dibawah naungan Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (BAPINISMKI).
Arjuna Subject : -
Articles 211 Documents
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG CARA MENYUSUI BAYI DENGAN STUNTING DI DUSUN BORO, DESA SIDODADI KECAMATAN LAWANG Fenska Seipalla; Mochamad Tito Aditya; Nanda Rizky Fitriani Syahrudin; Danny Chandra Pratama; Dayita Wedyasantika; Ahmad Maulana Ifan Akbas; Djohar Nuswantoro; Mochamad Nasir
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.30

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Hasil survei pendahuluan di Dusun Boro, Desa Sidodadi, 63% responden mengaku tidak mengetahui teknik menyusui yang benar dan sebanyak 60% responden menyatakan belum pernah mendapat informasi tentang ASI eksklusif. Tujuan: Mengidentifikasi hubungan pemberian ASI eksklusif dan pengetahuan ibu tentang cara menyusui bayi dengan stunting di Dusun Boro, Desa Sidodadi Kecamatan Lawang Kabupaten Malang tahun 2019. Metode: Analitik observasional dengan desain penelitian cross-sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive. Pengambilan menggunakan kuesioner. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan koefisien kontingensi menggunakan IBS SPSS Statistics 19 for windows. Hasil: Hubungan pengetahuan tentang cara menyusui dengan stunting tidak signifikan. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan stunting juga tidak signifikan. Simpulan: Tidak ada hubungan antara ASI dengan status gizi namun terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang cara menyusui dengan status gizi. Kata Kunci: ASI eksklusif, tingkat pengetahuan, cara menyusui bayi, stunting ABSTRACT Background: Based on the preliminary survey’s result (primary data) in Sidodadi village, 63% of the respondents admitted that they don’t know about the right techniques of breastfeeding and 60% of the respondents claimed they had not been informed about exclusive breastfeeding. Aim: Identifying the correlation between exclusive breastfeeding and mother’s knowledge about how to breastfeed with nutritional status in toddlerhood in Boro Sidodadi Village Lawang Sub-District Malang Regency Year 2019. Method: The type of this research was an analytical observational study with a crosssectional design. This study used purposive sampling. This study collected data using questionnaires. The data obtained were analyzed using the contingency coefficient using IBS SPSS Statistics 19 for windows. Result: The results of this study indicate that the correlation between mother’s knowledge about how to breastfeed and nutritional status was not significant. The correlation between exclusive breastfeeding and nutritional status in toddlerhood also was not significant. Conclusion: There was no correlation found between breastfeeding and nutritional status. Yet there was a correlation between mother's knowledge about how to breastfeed and nutritional status. Keywords: Exclusive breastfeeding, Level of knowledge, How to breastfeed, Nutritional status of children
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN HIV/AIDS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG PERIODE OKTOBER 2017 – OKTOBER 2018 Nadya Marshalita
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.31

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu retrovirus yang merusak sel CD4 dalam tubuh sehingga menyebabkan suatu kumpulan gejala penyakit defisiensi sistem imun yang disebut dengan Aqcuired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien HIV/AIDS di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel terdiri atas 191 rekam medis pasien yang berkunjung ke Poli Voluntary Counseling and Testing (VCT) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek periode Oktober 2017 – Oktober 2018 yang diambil menggunakan teknik consecutive samping dan dilakukan analisis univariat. Hasil: Pasien dengan jenis kelamin laki-laki 66%, jenis kelamin perempuan 34%, usia terbanyak yaitu usia 25-49 tahun (70,7%), jumlah CD4 terbanyak yaitu <49 sel/mm3 (41,4%), pendidikan pasien terbanyak yaitu SMA (45,0%), pasien bekerja (61,3%), tidak bekerja (38,7%). Jumlah infeksi oportunistik terbanyak yaitu pasien dengan 1 infeksi oportunistik (55,0%), stadium terbanyak yaitu stadium 3 (40,3%), infeksi oportunistik terbanyak yaitu kandidiasis (44,0%), pasien yang sudah kawin sebanyak 46,6% dan belum kawin sebanyak 53,4%. Faktor risiko terbanyak yaitu heteroseksual (46%). Kesimpulan: Pasien HIV/AIDS banyak yang berjenis kelamin laki-laki, usia 25-49 tahun, jumlah CD4 <49 sel/mm3, pendidikan SMA, pasien bekerja, pasien sudah kawin, pasien stadium 3, pasien dengan 1 infeksi oportunistik dengan infeksi oportunistik terbanyak yaitu kandidiasis, dan faktor risiko terbanyak yaitu heteroseksual. Kata Kunci: Acquired Immunodeficiency Syndrome,Human Immunodeficiency Virus, karakteristik pasien ABSTRACT Introduction: Human Immunodeficiency Virus or HIV is a retrovirus that infect CD4 cell and lead to condition called AIDS or Aqcuired Immunodeficiency Syndrome. The purpose of the study was to determine the characteristic of HIV/ADIS patients in the Dr. H. Abdul Moeloek Hospital Bandar Lampung. Method: This study is an observational descriptive study with cross sectional approach. The samples are 191 medical records of patients that came into Voluntary Counseling and Testing (VCT) Dr. H. Abdul Moeloek Hospital Bandar Lampung since October 2017 to October 2018 using consecutive sampling and analyze univariately. Results: Male patients are 66%, female patients are 34%, most of patients aged 25-49 year (70,7%), most of CD4 counts is <49 cell/mm3 (41,4%), most of patients were graduate from high school (45,0%), patient have a job (61,3%), don’t have a job (38,7%). Number of patient with one opportunistic infection (55,0%), stadium 3 (40,3%), patient with candidiasis (44,0%), married patient (46,6%), single patient (53,4%). Major risk factor is heterosexual (46%). Conclusion: Most of patients is male, aged 25-49 year, CD4 count <49 cell/mm3, graduate from high school, have a job, married, stadium 3, with one opportunistic infection with candidiasis, and major risk factor is heterosexual. Keywords: Acquired Immunodeficiency Syndrome,Human Immunodeficiency Virus, patient’s characteristic
HUBUNGAN UNIT KERJA, MASA KERJA, PENGGUNAAN APD DAN RIWAYAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA: Studi Kasus DI PT Semen X Kota Padang Aldian Mulyanto Lokaria
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.32

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: ISPA menjadi penyakit akibat kerja tersering pada tenaga kerja, termasuk di PT semen X di Kota Padang. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian ISPA pada tenaga kerja. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan unit kerja, lama kerja, kebiasaan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker dan riwayat merokok sebagai pembanding pada tenaga kerja dengan gambaran gejala ISPA di PT semen X. Metode: Penelitian bersifat analitik observasional dengan desain cross sectional dan dilakukan di PT semen X, pada bulan Mei 2018. Subjek penelitian adalah 131 tenaga kerja di PT semen X. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara terkait unit berkerja, lama berkerja, kebiasaan penggunaan APD, riwayat merokok dan timbulnya gejala yang menunjang ISPA. Hasil: Chi-square test menunjukkan terdapat perbedaan gambaran gejala ISPA di setiap kelompok unit kerja (P=0,118), lama kerja (P=0,753) dan kebiasaan penggunaan APD (P=0,330) secara tidak bermakna, sedangkan terdapat perbedaan pada riwayat merokok (P=0,026) secara bermakna. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara unit kerja, lama kerja, dan kebiasaan penggunaan APD pada tenaga kerja dengan gambaran gejala ISPA di PT semen X. Kata kunci: ISPA, Unit Kerja, Lama Kerja, APD ABSTRACT Background: Upper Respiratory Tract Infection (URI) is the most common occupational diseases of the worker, including PT semen X at Padang city. There are various factors causing high rates of URI occurrence in worker. The research was conducted to see the relation of work unit, the length of work and the habits of the use of Personal Protective Equipment (PPE) like a mask compared to smoking history on the worker with the symptom of URI at PT semen X. Methods: The study was analytic observational with cross sectional design and was done at PT Semen X, in May 2018. The subjects were 131 worker at PT semen X. The research was conducted by interviewing working unit, duration of work, usage habit PPE, smoking history and the onset of symptoms that support URI. Results: From Chi-square test showed that there were differences of symptom of URI in each group of work units (P = 0,118), length of work (P = 0,753) and usage habits of PPE (P = 0,330) unsignificantly, also smoking habit (P = 0,026) significantly Conclusion: There is no significant correlation between work unit, length of work and use habits of PPE on worker with symptom of URI at PT semen X. Keywords: URI, Work Units, Length of Work, PPE
PERBANDINGAN NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PEROKOK KONVENSIONAL DENGAN PEROKOK ELEKTRIK Ruth Tio Napitupulu; Bobby Singh; Mila Citrawati
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.33

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: VEP1 adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu satu detik pertama setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai VEP1 di antaranya adalah penyakit, usia, paparan bahan iritan, jenis kelamin. Rokok adalah paparan bahan iritan yang dapat mempengaruhi nilai VEP1. Menurut World Health Organization prevalensi perokok di dunia pada tahun 2015 sebanyak 22.2% dan prevalensi di Indonesia sebanyak 33.5%. Rokok terdiri atas dua jenis yaitu rokok konvensional dan elektrik. Rokok konvensional adalah tembakau yang digunakan dengan cara dihisap sedangkan rokok elektrik adalah perangkat yang menggunakan tenaga baterai untuk menyalurkan uap. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai VEP1 pada perokok konvensional dan perokok elektrik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 81 orang, sebanyak 44 orang perokok konvensional dan 37 orang perokok elektrik yang diambil dengan consecutive sampling. Nilai VEP1 diukur pada orang yang menggunakan rokok selama ≥5 tahun. Hasil: Berdasarkan penelitian ini didapatkan adanya penurunan VEP1 pada perokok konvensional dan perokok elektrik, namun penurunan pada perokok elektrik lebih rendah dibanding perokok konvensional. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan antara perokok konvensional dan perokok elektrik (p=0,00). Kesimpulan: Hasil penelitian didapatkan bahwa rerata VEP1 perokok tembakau adalah 76,31±8,21% dan rerata VEP1 perokok elektrik adalah 83.94±6.95%. Kata Kunci: Perokok elektrik, Perokok konvensional, VEP1 ABSTRACT Background: FEV1 is the volume of air exhaled in first second after maximal level of inspiration and expiration. There are some factors which can affect FEV1 value for example obstruction, age, irritant exposure, and sex. Cigarette is an irritant substance that can influence FEV1 value. According to World Health Organization in 2015 world and Indonesian smokers’ prevalence was 22,2% and 33,5%. Cigarettes are divided into two kinds; conventional and electrical. Conventional cigarette is dried-tobacco usually rolled with a paper and commonly inhaled in the usage, while electric cigarette is a battery powered device that vaporize liquid into fumes. This research aimed to investigate the difference of FEV1’s value between conventional smoker and electric cigarette user. Method: Cross sectional study design was applied in this research. Total sample in this research was 81 participants consist of 44 conventional smokers and 37 electric cigarette users selected by using consecutive sampling method. The FEV1 value measured in people who had been smoking for at least 5 years. Result: This research found that the FEV1 value was decreased in both smokers, but the electrical cigarette user having less decreasing of FEV1 value. The statistic result was revealed the differences between conventional smoker and electric cigarette user (p=0,00). Conclusion: As the result, the average of conventional smoker’s FEV1 value is 76,31±8,21% and the average of electric cigarette user’s FEV1 value is 83.94±6.95%. Keywords: Conventional smoker, Electric cigarette user, FEV1
HUBUNGAN USIA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN BPH DI BANGSAL BEDAH RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK TAHUN 2017 Muhammad Iz Zuddin Adha; Rizki Hanriko; Dian Isti Angraini
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.34

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Benign prostate hyperplasia (BPH) sering terjadi pada usia lanjut. Sekitar 50% laki-laki yang memiliki usia diatas 50 tahun diketahui memiliki bukti patologi BPH. Usia dan hipertensi diketahui menjadi faktor dalam proses terjadinya BPH. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian BPH di Bangsal Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2017. Metode: Penelitian ini menggunakan metode case control study. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder dari rekam medis. Sampel diambil dari pasien bangsal bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2017. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat dengan chi-square, dan analisis multivariat dengan metode regresi logistik ganda. Hasil: Rerata usia subjek penelitian adalah 66,00 ± 10,17 tahun untuk kelompok kasus. dan 53,36 ± 16,19 tahun untuk kelompok kontrol. Pada kelompok kasus, persentase hipertensi sebesar 36,7% sedangkan yang tidak hipertensi sebesar 63,3%. Pada kelompok kontrol persentase hipertensi sebesar 10% sedangkan yang tidak hipertensi sebesar 90%. Hasil penelitian menunjukan bahwa usia ≥50 tahun (OR = 11,947; nilai p=0,009) dan hipertensi (OR = 7,898; nilai p=0,017) merupakan faktor risiko terjadinya BPH. Pembahasan: Pada usia tua, terjadi ketidakseimbangan hormon testosteron dan estrogen sehingga mempengaruhi pembesaran kelenjar prostat. Peningkatan ekspresi VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) pada kondisi hipertensi akan menginduksi angiogenesis dan mengakibatkan terjadinya peningkatan gejala klinis BPH. Kesimpulan: Terdapat hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian BPH di Bangsal Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2017. Kata Kunci: BPH, hipertensi, usia ABSTRACT Background: Benign prostate hyperplasia (BPH) often occurs in old age. About 50% of men over 50 years are known to have BPH pathology evidence. Age and hypertension are known to be factors in the process of BPH. The purpose of this study was to determine the relationship of age and hypertension with the occurrence of BPH in the Surgical Ward of RSUD Dr. H. Abdul Moeloek in 2017. Methods: This study uses a case control study method. The type of data used is secondary data from medical records. Samples were taken from surgical ward patients of Dr. H. Abdul Moeloek in 2017. The sampling technique was consecutive sampling. Data analysis was performed with univariate analysis, bivariate analysis with chi-square, and multivariate analysis with multiple logistic regression methods. Results: The mean age of the study subjects was 66.00 ± 10.17 years for the case group. and 53.36 ± 16.19 years for the control group. In the case group the percentage of hypertension was 36.7% while non-hypertension was 63.3%. In the control group the percentage of hypertension was 10% while non-hypertension was 90%. The results showed that age ≥50 years (OR = 11,947; p value = 0.009) and hypertension (OR = 7.898; p value = 0.017) were risk factors for BPH. Discussion: In old age, there is an imbalance of the hormones testosterone and estrogen which affects the enlargement of the prostate gland. Increased VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) expression in hypertensive conditions will induce angiogenesis and result in an increase in clinical symptoms of BPH. Conclusion: There is a relationship between age and hypertension with the occurrence of BPH in the Surgical Ward Dr. H. Abdul Moeloek in 2017. Keywords : BPH, hypertension, age
POTENSI PENGGUNAAN METFORMIN SEBAGAI SUPLEMENTASI DIET PADA OBESITAS Harry Salomo
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.35

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Obesitas merupakan kondisi yang disebabkan oleh ketidakseimbaangan energi baik asupan maupun pola aktivitas fisik, dimana menurut World Health Organization (WHO) diartikan sebagai Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥30 dan ≥25,00 pada kategori Asia. Obesitas merupakan permasalahan global, lebih lagi di Indonesia sedang terjadi peningkatan drastis, yaitu peningkatan 50% pada laki–laki dan 100% pada perempuan. Obesitas merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit. Teori mengenai obesitas dan hiperinsulinemia ini masih menjadi kontroversi di kalangan peneliti tentang mana yang terjadi lebih dahulu, tetapi berdasarkan penelitian diet tinggi lemak mengakibatkan hiperinsulinemia yang lebih lanjut mengakibatkan obesitas. Manapun yang terlebih dahulu, yang jelas terdapat keadaan hiperinsulinemia pada obesitas. Pembahasan: Kondisi hiperinsulinemia ini bisa diinterupsi lebih lanjut dengan obat yang meningkatkan sensitivitas yaitu metformin. Mekanisme kerja metformin sebenarnya belum dipahami penuh, namun terdapat aktivasi AMP-activated Protein Kinase (AMPK) yang lebih lanjut mempengaruhi keseimbangan energi melalui berbagai jalur. Sebagai suplementasi metformin tergolong aman dan telah terbukti pada penggunaan jangka panjang, efek samping yang ditimbulkan biasanya ringan pada saluran pencernaan, efek samping berat asidosis laktat sangat jarang terjadi. Kesimpulan: Penggunaan metformin untuk menangani obesitas sebenarnya sudah sangat luas terutama pada pasien Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), dan berbagai penelitian telah menunjukkan penurunan yang tidak besar namun signifikan . Kata Kunci: AMPK, IMT, obesitas, metformin ABSTRACT Introduction: Obesity is a condition caused by energy disruption of both intake and physical activity patterns, which World Health Organization (WHO) defined as Body Mass Index (BMI) ≥30 dan ≥25.00 in Asian category. Obesity is a global problem, moreover in Indonesia there is a drastic increase, about 50% increase in men and 100% in women. Obesity is a risk factor for various diseases. The theory of obesity and hyperinsulinemia is still controversy among researchers about which one is happening first, but based on studies high-fat diet leads to hyperinsulinemia which further leads to obesity. Whichever comes first, clearly there is a state of hyperinsulinemia in obesity. Discussion: This hyperinsulemia condition can be interrupted by drugs that capable to increase the sensitivity of metformin. The mechanism of action of metformin is not yet fully understood, but there is activation of AMP-activated protein kinase (AMPK) which further affects the energy balance through multiple pathways. As metformin supplementation is safe and has been known to be of long-term use, side effects are usually mild on the gastrointestinal tract, and severe side effects of lactic acidosis are very rare. Conclusion: The use of metformin for dealing with obesity has actually been very wide especially in patients with Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), and various studies have shown a not great but significant decrease of body weight. Keywords: AMPK, BMI, obesity, metformin
ASPIRIN DOSIS RENDAH SEBAGAI USAHA PREVENTIF UNTUK IBU YANG BERISIKO TINGGI TERKENA PREEKLAMPSIA Fakhira Arminda; Rodiani Rodiani
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.36

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu hamil, janin, dan neonatus, terutama di negara-negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Seorang ibu hamil dikatakan berisiko tinggi terkena preeklampsia apabila memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya, hipertensi kronis, diabetes melitus, ataupun penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus dan sindrom antifosfolipid. Komplikasi pada preeklampsia tentunya dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas ibu. Aspirin dosis rendah merupakan salah satu solusi untuk mencegah preeklampsia. Pembahasan: Aspirin bekerja dengan cara menginhibisi cycloocxygenase, yaitu suatu enzim yang bertanggung jawab untuk mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin. Enzim yang berperan dalam jalur cyclooxygenase yaitu COX-1 dan COX-2 (juga disebut prostaglandin H sintase) yang memediasi produksi prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan. Aspirin dapat menginhibisi COX-1 hanya dengan dosis rendah, sedangkan untuk COX-2 membutuhkan dosis yang lebih tinggi. COX-1 memediasi produksi TXA2 (tromboksan) yang meregulasi agragasi platelet dan vasokonstriksi sehingga dapat mencegah preeklampsia. Selain itu, pada kondisi hipoksia, aspirin juga dapat menginhibisi ekspresi sFlt-1 pada trofoblas sehingga menunjukan efek proangiogenik pada obat ini. Kesimpulan: Pemberian aspirin dapat menjadi usaha preventif terhadap kejadian preeklampsia dengan dosis 75-150 mg perhari, diberikan malam hari pada ibu dengan usia gestasi 16-20 minggu diberikan sampai usia gestasi 36 minggu bagi pasien risiko tinggi preeklampsia. Kata Kunci: aspirin, cyclooxygenase, preeklampsia, tromboksan ABSTRACT Introduction: Preeclampsia is one of the leading causes of death in pregnant women, fetuses, and neonates, especially in countries with low and moderate incomes. Pregnant woman with history of chronic hypertension, diabetes mellitus, or autoimmune diseases such as systemic lupus erythematosus and systemic antiphospholipids is a woman with high risk of preeclampsia. The complications that caused by preeclampsia of course can increase mother’s mortality and morbidity. Low-dose aspirin is one of the solutions for the prevention of preeclampsia. Discussion: Aspirin works by inhibiting cyclooxygenase, an enzyme that is responsible for converting arachidonic acid to prostaglandins. The enzymes involved in the cyclooxygenase pathway are COX-1 and COX-2 (also called prostaglandin H synthase) which mediate the production of prostaglandins, prostacyclin, and thromboxane. Aspirin can inhibit COX-1 only with a low dose, whereas for COX-2 requires a higher dose. COX1 mediates the production of TXA2 (thromboxane) which regulates platelet and vasoconstrictive aggression to prevent preeclampsia. Furthermore, in hypoxic conditions, aspirin can also inhibit the expression of sFlt-1 on the trophoblast, thus showing a proangiogenic effect on this drug. Conclusion: 75-150 mg per day of Aspirin can be a preventive effort for preeclampsia, given at night start from 16-20 weeks of gestation and stop until 36 weeks of gestation for patients with high risk of preeclampsia. Keywords: aspirin, cyclooxygenase, preeclampsia, thromboxane
PENGGUNAAN PLATELET RICH PLASMA SEBAGAI TERAPI SIMPTOMATIK PADA PENDERITA OSTEOARTRITIS Leonard Christianto Singjie; Lucius Aristo Kane
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.37

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Osteoartritis (OA) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang paling banyak ditemukan. Sebanyak 9,6% laki-laki dan 18% perempuan yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki gejala simptomatik osteoartritis. Salah satu terapi injeksi yang biasa digunakan adalah asam hyaluronat. Terdapat alternatif pengobatan yang belum banyak digunakan yaitu dengan menggunakan platelet rich plasma (PRP). Pembahasan: PRP menggunakan darah autolog untuk memicu pelepasan dari growth factor untuk proses penyembuhan luka (regenerasi), stimulasi proses angiogenesis, mitogenesis, proliferasi sel, dan migrasi sel. Selain itu, PRP juga dapat menurunkan proses inflamasi dan meningkatkan anabolisme serta pembentukan tulang chondral. PRP telah menunjukkan angka yang cukup signifikan dibandingkan dengan penggunaan asam hyaluronat dalam berbagai penelitian uji klinis. Kesimpulan: Berdasarkan tinjauan pustaka yang digunakan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan platelet rich plasma (PRP) dapat digunakan sebagai terapi simptomatik osteoartritis yang lebih efektif dibandingkan asam hyaluronat. Kata Kunci: osteoartritis, nyeri sendi, terapi osteoartritis, platelet rich plasma, PRP ABSTRACT Introduction: Osteoarthritis (OA) is one of the most common degenerative diseases, 9,6% of men and 18% of women over 60 years have symptoms of symptomatic osteoartritis. The usual symptomatic treatment option is to inject hyaluronic acid. There are alternative treatments that have not been widely used, platelet rich plasma (PRP). Discussion: PRP uses autologous blood to trigger the release of growth factors for wound healing (regeneration), stimulation of angiogenesis, mitogenesis, cell proliferation, and cell migration. In addition, PRP can also reduce the inflammatory process and increase anabolism and chondral bone formation. PRP has shown a significant number compared to the use of hyaluronic acid in various clinical trial studies. Conclusion: Based on the literature review, it can be concluded that the use of platelet rich plasma (PRP) injection can be used as a symptomatic therapy of osteoartritis which is more effective than hyaluronic acid injection. Keywords: osteoarthritis, joint pain, osteoartritis therapy, platelet rich plasma, PRP
BIOMARKER YANG BERPOTENSI MENDETEKSI RISIKO DIABETES MELLITUS GESTASIONAL PADA MASA PRAKONSEPSI Rima Novisca Jasmadi; Intanri Kurniati
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.38

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Diabetes mellitus gestasional adalah gangguan intoleransi glukosa pada masa kehamilan. Diabetes mellitus gestasional merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada kehamilan, ditemukan pada 5-9% dari kehamilan. Ibu hamil yang menderita diabetes mellitus gestasional dapat meningkatkan risiko hipertensi selama kehamilan, persalinan secara cesar, dan macrosomia (berat badan bayi yang lahir lebih dari 4000 gram). Risiko jangka panjang yang dapat dialami oleh ibu hamil dengan diabetes mellitus gestasional yaitu peningkatan risiko menderita penyakit diabetes serta penyakit kardiovaskular dan pada bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya obesitas, intoleransi glukosa, dan diabetes. Pembahasan: Proses patogenik terjadinya diabetes mellitus gestasional sudah di mulai dari sebelum kehamilan. Identifikasi wanita yang berisiko tinggi mengalami diabetes mellitus gestasional akan sangat bermanfaat apabila dilakukan sebelum kehamilan agar dapat dilakukan intervensi pada saat prakonsepsi untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes mellitus gestasional pada saat hamil nantinya. Ada beberapa jenis biomarker yang bisa digunakan untuk mendeteksi risiko diabetes mellitus gestasional, di antaranya total adiponectin, sex hormone-binding globulin (SHBG), total high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL) peak diameter dan gamma-glutamyltransferase (GGT). Kesimpulan: Penggunaan lebih dari satu biomarker memiliki skor yang lebih tinggi dalam mengidentifikasi diabetes mellitus gestasional dibandingkan hanya dengan satu biomarker saja. Wanita yang diperiksa dengan 3 atau 4 biomarker memiliki peluang teridentifikasi diabetes mellitus gestasional 10 kali lipat lebih besar. Kata kunci: Biomarker, Diabetes mellitus gestasional, Prakonsepsi ABSTRACT Introduction: Gestational diabetes mellitus is a glucose intolerance disorders during pregnancy. Gestational diabetes mellitus is the most common complication in pregnancy, found in 5-9% of pregnancies. Pregnant women that suffer gestational diabetes mellitus can increase risk of hypertension during pregnancy, caesarean delivery, and macrosomia (babies’ weight more than 4000 grams). Long-term risks that can be experienced by pregnant women with gestational diabetes mellitus are an increased risk of suffering from diabetes and cardiovascular disease and in babies born will increase the risk of obesity, glucose intolerance, and diabetes. Discussion: The pathogenic process of gestational diabetes mellitus begins before pregnancy. Identification of women at high risk of having gestational diabetes mellitus will be very useful if done before pregnancy, that intervention can be done at the time of preconception to reduce the risk of developing gestational diabetes mellitus in future pregnancy. There are several types of biomarkers that can be used to detect the risk of gestational diabetes mellitus, including total adiponectin, sex hormone-binding globulin Tinjauan Pustaka JIMKI Volume 8 No.1 | November 2019 – Februari 2020 59 (SHBG), total high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL) peak diameter and gamma-glutamyltransferase (GGT). Conclusion: Use of more than one biomarker has a higher score in identifying gestational diabetes mellitus compared to just one biomarker. Women examined with 3 or 4 biomarkers had a 10-fold greater chance of being identified as gestational diabetes mellitus. Keyword: Biomarkers, Gestational diabetes mellitus, Preconception
PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY DENGAN KEJADIAN BURNOUT PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KEDOKTERAN Karunia Santi
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 8 No 1 (2020): JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.1 Edisi November 201
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v8i1.39

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Burnout merupakan suatu sindrom patologis yang terjadi akibat stres yang bersifat kronik. Hal ini dapat menyebabkan keletihan fisik, emosional dan mental dengan ciri: perasaan tidak berdaya, merasa tidak ada harapan, perasaan gagal untuk mencapai tujuan, konsep dan sikap diri yang negatif. Ada dua faktor yang secara garis besar dapat mempengaruhi tejadinya burnout pada mahasiswa kedokteran. Faktor tersebut adalah faktor individual dan faktor situasional. Tipe kepribadian adalah salah satu faktor yang termasuk ke dalam faktor individual yang dapat menyebabkan burnout. Tipe kepribadian adalah sifat atau karakteristik yang khas dimiliki oleh masing-masing individu. Teori big five personality adalah teori kepribadian yang mengacu pada lima faktor dasar kepribadian manusia yang dinilai berpengaruh terhadap kejadian burnout. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian khususnya teori big five personality terhadap kejadian burnout pada mahasiswa pendidikan kedokteran. Metode: Artikel ini dibuat dengan metode literature review yang melibatkan pustaka dari buku dan jurnal baik jurnal nasional maupun internasional. Hasil: Teori big five personality berpengaruh terhadap kejadian burnout pada mahasiswa kedokteran. Dari kelima dimensi big five personality yang paling berpengaruh terhadap kejadian burnout adalah neuroticism, conscientiousness dan extroversion. Pembahasan: Teori big five personality memiliki 5 dimensi, dimana tiga diantaranya yaitu neuroticism, conscientiousness dan extroversion berpengaruh terhadap kejadian burnout pada mahasiswa pendidikan kedokteran. Hal ini tercermin dari karakteristik pada 3 dimensi tersebut yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif sangat perfeksionis, pemaksa dan workaholic yang berberpotensi terhadap burnout. Simpulan: Big five personality berpengaruh terhadap kejadian burnout pada mahasiswa kedokteran yang dapat menyebabkan pengaruh negatif apabila tidak segera diatasi. Kata Kunci: big five personality, burnout, mahasiswa kedokteran ABSTRACT Introduction: Burnout is a pathological syndrome caused by chronic stress that causes physical, emotional and mental fatigue. This can cause physical, emotional and mental fatigue where the characteristics are feeling helpless, feeling hopeless, feeling of failure to achieve goals, concepts and negative self-attitudes. There are two factors that cause burnout in medical students. These factors are individual factors and situational factors. Personality type is one of the individual factors that can cause burnout. Personality type is a trait or characteristic possessed by each individual. The theory of big five personality is a theory of personality that determines the five basic factors of human personality that support the incidence of burnout. Purpose: to determine the influence big five personality types on the incidence of burnout in medical education students. Method: This article was made using the literature review method, involving references from books and journals both national and international journals. Tinjauan Pustaka JIMKI Volume 8 No.1 | November 2019 – Februari 2020 65 Results: The big five personality theory regarding the incidence of burnout in medical students. Five dimensions in the big five personality theory, three of them most opposed to burnout are neuroticism, conscientiousness and extroversion. Discussion: The theory of big five personality has 5 dimensions, where three of them namely neuroticism, conscientiousness and extroversion affect the incidence of burnout in medical education students. This is reflected in the characteristics of the 3 dimensions which have problems with negative emotions which are very perfectionist, coercive and workaholic which has the potential to burnout. Conclusion: Big five personality that influence the incidence of burnout in medical students that can cause negative influences. Keywords: big five personality, burnout, medical students

Page 3 of 22 | Total Record : 211