cover
Contact Name
Endah Setyaningsih
Contact Email
baktimas@untar.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
baktimas@untar.ac.id
Editorial Address
Sekretariat: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Tarumanagara (LPPM - UNTAR). Gedung M, Lt. 5, Kampus 1 Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S Parman no 1 Jakarta 11440
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
ISSN : 26210398     EISSN : 26207710     DOI : 10.24912/jbmi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia (P-ISSN 2620-7710 dan E-ISSN 2621-0398) merupakan jurnal yang menjadi wadah bagi penerbitan artikel-artikel ilmiah hasil penelitian dalam bidang Ilmu : 1. Psikologi 2. Komunikasi 3. Hukum 4. Budaya 5. Bahasa 6. Seni Rupa dan Design Jurnal ilmiah ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara. Dalam satu tahun, jurnal ini terbit dalam dua nomor, yaitu pada bulan Mei dan November. Jurnal ini terutama memuat artikel hasil-hasil penelitian ilmiah, termasuk penelitian normatif.
Articles 41 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia" : 41 Documents clear
RUMAH MENTAWAI: AGEN PERUBAHAN MELALUI KARYA BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN, SOSIAL-EKONOMI Williem Halim; Amelia Kristofani; Yustina Yustina; Hermin Sarina; Rafael Azarya; Tommy N. Tanumihardja; Herman Yosep Sutarno
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (763.681 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.7979

Abstract

Indonesia mempunyai banyak keindahan alam yang tidak tertandingi. Salah satu panorama hebat yang ada di Indonesia adalah Kepulauan Mentawai. Keindahan alam dilengkapi dengan sumber daya alam yang melimpah menjadikan daerah ini sebagai tempat yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Sayangnya, tidak semua masyarakat memiliki keinginan dan kemampuan untuk mengelola sumber daya alam dengan baik. Melihat potensi yang dimiliki oleh Mentawai, Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia (APTIK) tergerak untuk melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) APTIK Peduli Mentawai. Kegiatan KKN APTIK Peduli Mentawai telah mencapai gelombang kelima yang diadakan pada 1 – 31 Juli 2019. Dimana kegiatan ini bertujuan untuk membangun daerah Kepulauan Mentawai menjadi lebih baik dengan mengembangkan potensi yang ada. Terdapat lima orang mahasiswa yang diutus menjadi delegasi dari Unika Atma Jaya. Kelima mahasiswa tersebut dipecah kedalam tujuh dusun berbeda bersama dengan mahasiswa dari universitas lain. Para mahasiswa melaksanakan 3 pilar program yaitu, pendidikan: rumah belajar, bina iman dan mengajar di sekolah formal, sosial-ekonomi: produksi dan pemasaran produk, dan kesehatan: hidup bersih dan sehat. Masyarakat Mentawai diharapkan mampu mengembangkan 3 bidang tersebut secara mandiri kedepannya. Kegiatan ini menyadarkan mahasiswa bahwa ilmu yang mereka pelajari dibangku perkuliahan dapat diaplikasikan untuk hal yang lebih mulia, yaitu dengan mengaplikasikan ilmu tersebut untuk mengembangkan dan membuat perubahan di masyarakat, khususnya Mentawai
PELATIHAN TERHADAP SISWA SMK DI CIKARANG “MENJADI LULUSAN YANG BERDAYA SAING” Genoveva Genoveva; Andi Ina Yustina; Jean Richard Jokhu; Hanif A. Widyanto; Jason Tanardi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.128 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8055

Abstract

Based on the pre-survey results of the PKM Business Faculty team at the President University, the average absorption of the workforce towards vocational school graduates in Bekasi is around 35% - 40%. This is very contradictory with the location of SMKs which are located in one regency with the Jababeka industrial estate as one of the largest industrial estates in West Java. The location of vocational schools in industrial areas should make it easier for vocational graduates to have job opportunities. The results of interviews with 3 companies that received many SMK graduates can be concluded that the SMK graduates in the selection process did not pass the initial stage, namely interviews and tests. HRD Managers informed that SMK graduates were not well prepared in facing interviews and tests. Many SMK graduates also do not know the requirements needed by the company, such as additional certificates. One company, PT Komatsu, even requires SMK graduates who want to work in the company must have certificates issued by BLK (Balai Latihan Kerja). Based on these problems, the PKM team compiles material that prepares 12th grade students who are in their final year of school so they can prepare themselves well in entering the workforce. If they are not hired, the SMK graduates are also given training on entrepreneurship, so they have other alternatives after graduation. With these two materials, they are expected to be able to become vocational graduates who have competitiveness. This training was held in 3 SMKs involving 4 lecturers and 1 student. The event was closed by giving a souvenir to the school representative. Vocational students who take part in the training will be given certificates based on proof of attendanceABSTRAK:Berdasarkan hasil pra-survei tim PKM Fakultas Bisnis Universitas Presiden, rata-rata serapan dunia kerja terhadap lulusan SMK di Kabupaten Bekasi sekitar 35% -  40%. Hal ini sangat kontradiktif dengan lokasi SMK yang berada satu kabupaten dengan kawasan industri Jababeka sebagai salah satu kawasan industri terbesar di Jawa Barat. Seharusnya letak SMK yang berada di Kawasan industri memudahkan lulusan SMK memiliki peluang kerja. Hasil wawancara dengan 3 perusahaan yang banyak menerima lulusan SMK dapat disimpulkan bahwa para lulusan SMK dalam proses seleksi tidak lulus di tahap awal yaitu wawancara dan tes. Para Manager HRD menginformasikan bahwa lulusan SMK kurang menyiapkan diri dengan baik dalam menghadapi I wawancara dan tes. Lulusan SMK juga banyak yang tidak mengetahui persyaratan yang dibutuhkan perusahaan, seperti sertifikat tambahan. Salah satu perusahaan yaitu PT Komatsu bahkan mensyaratkan lulusan SMK yang ingin bekerja di perusahaan tersebut harus memiliki sertifikat yang dikeluarkan BLK (Balai Latihan Kerja). Berdasarkan permasalahan tersebut, tim PKM menyusun materi yang menyiapkan siswa-siswa kelas 12 yang berada di tahun terakhir sekolahnya agar dapat menyiapkan diri dengan baik dalam memasuki dunia kerja. Apabila mereka tidak diterima bekerja, lulusan SMK ini juga diberikan pelatihan mengenai kewirausahaan, sehingga memiliki alternatif lain setelah lulus. Dengan kedua materi tersebut, dharapkan mereka dapat manjadi lulusan SMK yang memiliki daya saing. Pelatihan ini diadakan di 3 SMK dengan melibatkan 4 orang dosen dan 1 mahasiswa. Acara ditutup dengan pemberian kenang-kenangan kepada perwakilan sekolah. Siswa-siswa SMK yang mengikuti pelatihan akan diberikan sertifikat berdasarkan bukti kehadiran.
PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA MATEMATIKA BAGI GURU SEKOLAH DASAR MARDI WALUYA SINDANGLAYA CIANJUR Clara Ika Sari Budhayanti
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.967 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.7982

Abstract

Mathematical media is one of the keys to the success of achieving mathematics learning goals. Learning mathematics will be more effective when using mathematical media in the process. The use of mathematical media in the learning process is not just about attracting students' interest and attention, but the media is a bridge to explain abstract mathematical concepts. Mathematical media functions as concrete modeling of mathematical concepts. The average elementary school teacher Mardi Waluya, has an old paradigm in carrying out mathematics learning. Mathematics is taught starting from concepts, formulas, and then applied in story problems as a model of problems in everyday life. This way of learning makes students experience boredom and even does not like learning mathematics. The use of mathematical media in learning is still less varied. The use of mathematical media is usually only on certain concepts or material. The development of mathematical media is less done because the teacher does not know how the media was developed to explain a mathematical concept. Mathematics media development training conducted with PGSD, Unika Atma Jaya has greatly assisted teachers in developing ideas about mathematical media. The activities in the training aim to make the teacher understand the important things needed to develop mathematical media. Teachers are invited to experience how easy it is to learn mathematics by using mathematical media that has been prepared by the resource person. Every activity recognized by the teacher is able to inspire the teacher in developing mathematics media. Examples of how to make and use mathematical media provided are very helpful for teachers in creating mathematical media by utilizing simple materials and tools. But the teachers also hoped for further training, both related to the mathematics media and learning methodsABSTRAKMedia matematika merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika akan lebih efektif apabila menggunakan media matematika dalam prosesnya. Penggunaan media matematika dalam proses pembelajaran bukanhanya sekedar menarik minat dan perhatian siswa, namun media menjadi jembatan untuk menjelaskan konsep matematika yang bersifat abstrak. Media matematika berfungsi sebagai pemodelan konkrit konsep matematika. Rata-rata guru SD Mardi Waluya, memiliki paradigma lama dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Matematika diajarkan mulai dari konsep, rumus, dan kemudian diaplikasikan dalam soal cerita sebagai model masalah dalam kehidupan sehari-hari. Cara pembelajaran yang demikian membuat siswa mengalami kebosanan bahkan menjadi tidak suka belajar matematika. Penggunaan media matematika dalam pembelajaran masih kurang variatif. Penggunaan media matematika biasanya hanya pada konsep atau materi tertentu saja. Pengembangan media matematika kurang dilakukan karena guru tidak tahu bagaimana media dikembangkan untuk menjelaskan suatu konsep matematika. Pelatihan pengembangan media matematika yang dilakukan bersama PGSD, Unika Atma Jaya sangat membantu guru dalam mengembangkan ide-ide mengenai media matematika. Aktivitas-aktivitas dalam pelatihan bertujuan agar guru memahami hal-hal penting yang diperlukan untuk dapat mengembangkan media matematika. Guru di ajak untuk merasakan bagaimana mudahnya belajar matematika dengan menggunakan media matematika yang sudah disiapkan narasumber. Setiap aktivitas diakui oleh guru mampu menginspirasi guru dalam mengembangkan media matematika. Contoh-contoh bagaimana membuat dan menggunakan media matematika yang diberikan sangat membantu guru-guru dalam menciptakan media matematika dengan memanfaatkan bahan dan alat sederhana. Namun guru-guru juga berharap adanya pelatihan lebih lanjut, baik terkait dengan media matematika maupun metode pembelajarannya. 
PENGEMBANGAN TEKTONIKA FASHION ARCHITECTURE MANTEL Denny Husin; Fermanto Lianto
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.228 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8101

Abstract

Market competition and the demands of the Indonesian fashion world, encourage the tailors of Kampung Baru to involve educational institutions to provide new academic and technical insights on fashion architecture in order to increase the usability and product image that results. Therefore a study was arranged to stimulate the participation of new village tailors to produce fashion architecture tectonics on coat designs. This knowledge can open up a new horizon of tailors in seeing clothing as a form of space. Using research techniques in community engagement activities has the potential to insert experiments in daily activities of the community by increasing the knowledge and skills of tailors. This research is a qualitative research with an action research approach, developing knowledge based on specific problems in the form of the ability of new village tailors who are stagnant in the replication of conventional techniques. The moulage technique in fashion is combined with the collage technique in the field of architecture to produce a three-dimensional volume on the coat that is the mainstay of the collection. The two techniques are combined with loosely bounded details, combining hand and machine creations so that clothing can respond to body movements. The end result is a fashion with volumetric character, built on integrated layers while showing flexibility and fluidity when the wearer moves. Architectural knowledge in this study is not implemented as conventional science but is a modification of the spatial in the form of clothing. Although the final prototype is in physical form of clothing; the concepts, methods and development of tectonics combine two sciences, namely fashion architecture. The strength of the tailor is focused on the seams of the layers of clothing that make up the spatial volume and detail of the design so that it is recognized as a characteristicABSTRAK:Kompetisi pasar dan tuntutan dunia mode Indonesia, mendorong penjahit Kampung Baru untuk melibatkan institusi pendidikan untuk memberikan wawasan akademik dan teknik baru pada fashion architecture agar dapat meningkatkan nilai guna dan citra produk yang hasilkan. Maka dari itu sebuah penelitian disusun untuk menstimulasi partisipasi penjahit kampung baru untuk menghasilkan tektonika fashion architecture pada desain mantel. Pengetahuan ini dapat membuka cakrawala baru kelompok penjahit dalam melihat pakaian sebagai salah satu bentuk keruangan. Menggunakan teknik penelitian dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat berpotensi menyisipkan percobaan pada kegiatan harian masyarakat dengan meningkatkan wawasan dan keterampilan penjahit. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan action research, mengembangkan pengetahuan berdasarkan masalah spesifik berupa kemampuan penjahit kampung baru yang stagnan pada replikasi teknik konvensional. Teknik moulage pada fashion dikombinasikan dengan teknik collage di bidang arsitektur untuk menghasilkan volume tiga dimensional pada mantel yang menjadi andalan koleksi. Kedua teknik disatukan dengan detail loosely bounded, mengkombinasikan kreasi tangan dan mesin agar pakaian dapat merespon pergerakan tubuh. Hasil akhir berupa fashion yang berkarakter volumetrik, dibangun atas layer-layer yang terintegrasi sementara menunjukkan fleksibilitas dan fluiditas saat pemakainya bergerak. Pengetahuan arsitektur pada penelitian ini tidak diimplementasikan sebagai ilmu konvensional namun modifikasi keruangan dalam bentuk pakaian. Meskipun prototipe akhir berbentuk fisik pakaian; konsep, metode, dan pengembangan tektonika mengkombinasi dua keilmuan yakni fashion architecture. Kekuatan penjahit difokuskan pada jahitan terhadap lapisan pakaian yang membentuk volume keruangan dan detail pada desain sehingga dikenali sebagai ciri khas.
PENINGKATAN KAPASITAS PENGELOLA RUMAH SINGGAH UNTUK ANAK JALANAN YAYASAN BINA ANAK PERTIWI Ardista, Maria V.; Lithania, Maria; Hardi, Anastasia; Priya, Nikolas; Angela, Gabriela; Ajisuksmo, Clara R.P.
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.168 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.7997

Abstract

This activity is part of the final project of the Atma Jaya Faculty of Psychology Community Based Education course. In this activity students as a group conduct problems and needs assessments, and design and implement a communication capacity building program in the management of NGO organizations that provide assistance to street children. The student group consists of five people, carrying out activities at the Bina Anak Pertiwi Foundation (YBAP) an NGO that provides assistance to street children. There are two stages of activities carried out namely, the first stage is the assessment of problems and needs, and the second stage is the intervention to increase the capacity of YBAP management and staff. During the problem and needs assessment stage, interviews were conducted with four key informants and problem tree analysis. The results of the problem and needs assessment show that communication between management, staff, and foster children is the main problem faced by YBAP in carrying out the program of activities to assist street children. At the intervention stage, management capacity building is carried out with a focus on communication. Capacity building was carried out through four activity sessions, namely the first "Who Am I", which aims to increase their awareness of themselves as a companion to street children. The second session "They need Us" which aims to raise awareness about who and how the characteristics they serve and assist. The third session is "Chitty chatty" which aims to improve verbal and non-verbal communication skills, and the fourth session is "Broken square" which aims at increasing empathy skills and the importance of commitment to achieving common goals. The whole process of activities is carried out by participatory methods through group dynamics games, and at the end of the game there is a "debriefing" so that all participants get "insight" on the group dynamic games that are run.ABSTRAK:Kegiatan ini merupakan bagian tugas akhir dari mata kuliah Pendidikan Berbasis Komunitas Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Dalam kegiatan ini mahasiswa secara berkelompok melakukan asesmen permasalahan dan kebutuhan, serta merancang dan melaksanakan program peningkatan kapasitas komunikasi dalam manajemen organisasi LSM yang memberi pendampingan kepada anak jalanan. Kelompok mahasiswa terdiri dari lima orang, melakukan kegiatan di Yayasan Bina Anak Pertiwi (YBAP) sebuah LSM yang memberikan pendampingan kepada anak jalanan. Ada dua tahap kegiatan yang dilakukan yaitu, tahap pertama asesmen permasalahan dan kebutuhan, serta tahap kedua intervensi peningkatan kapasitas pengurus dan staff YBAP. Pada tahap asesmen permasalahan dan kebutuhan, dilakukan wawancara dengan empat orang informan kunci dan analisis pohon masalah. Hasil asesmen permasalah dan kebutuhan menunjukkan bahwa komunikasi antara pengurus, staff dan anak binaan menjadi persoalan utama yang dihadapi oleh YBAP dalam melaksanakan program kegiatan pendampingan anak jalanan. Pada tahap intervensi, dilakukan peningkatan kapasitas manajemen dengan fokus pada komunikasi. Peningkatan kapasitas dilakukan melalui empat sesi kegiatan, yaitu pertama “Siapa Saya”, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mereka akan diri mereka sebagai pendamping anak jalanan. Sesi kedua “Mereka butuh Kita” yang bertujuan meningkatkan kesadaran mengenai siapa dan bagaimana karakteristik yang mereka layani dan dampingi. Sesi ketiga adalah “Chitty chatty” yang bertujuan meningkatkan keterampilan komunikasi verbal dan non verbal, dan sesi keempat adalah “Broken square” yang berujuan meningkatkan keterampilan berempati dan pentingnya komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Seluruh proses kegiatan dilakukan dengan metode partisipatoris melalui permainan dinamika kelompok, dan di setiap akhir permainan dilakukan “debriefing” sehingga seluruh peserta memperoleh “insight” atas permainan dinamika kelompok yang dijalankan.
REDESAIN KEMASAN DALAM MENINGKATKAN BRAND AWARNESS PRODUK UNGGULAN UKM CILODONG BERKARYA Yani Hendrayani; Hermina Manihuruk
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.344 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8338

Abstract

Product packaging design is one important factor that can strengthen the branding of MSME businesses in increasingly fierce business competition. Attractive and quality packaging design is the differentiator from competitors. For this reason, the idea of product packaging for UKM Cilodong Berkarya needs to get attention for the redesign of each product to be marketed. For this reason, community engagement is carried out to find out the extent of the understanding of the UKM Cilodong Berkarya entrepreneurs regarding the importance of Product Packaging Design and continued with the design of the right packaging design for its products to enhance brandawarness and superior products. The purpose of this activity is to build brand awareness from the redesign of product packaging products that were launched by UKM Cilodong Berkarya Berkarya Kota Depok. The method of activity through mentoring and training in product packaging redesigning is more attractive to consumers by choosing one of the superior products. The target of the output is to make an alternative product packaging for one of the superior products, namely Alevera Tea, which was launched by UKM Cilodong Berkarya in the City of Depok. The results of community engagement regarding packaging redesign are related to the shape, structure, material, color, image, typography, and design elements with product information so that the product can be marketed. Redesign of packaging in the form of designing old packaging into new packaging to make it more attractive, so that it has the maximum function applicable to wrapping, protecting, sending, issuing, storing, identifying, and differentiating a product on the marketABSTRAK:Desain kemasan produk merupakan salah satu faktor penting yang dapat menguatkan branding usaha UMKM dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Desain kemasan yang menarik dan berkualitas menjadi pembeda dari kompetitor. Untuk itu ide kemasan  produk UKM Cilodong Berkarya Berkarya perlu mendapatkan perhatian untuk redesain  pada setiap produk yang akan dipasarkan. Untuk itu dilakukan pengabdian masyarakat  untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para pengusaha UKM Cilodong Berkarya terkait tentang pentingnya Desain Kemasan Produk dan dilanjutkan dengan perancangan desain kemasan  yang tepat bagi produk produknya untuk meningkatkan brandawarness dan produk unggulan. Adapun tujuan kegiatan ini adalah  membangun brand awareness (kesadaran akan merek) dari redesaign kemasan produk produk yang diluncurkan UKM Cilodong Berkarya Berkarya Kota Depok. Metode kegiatan melalui pendampingan dan pelatihan  redesigning kemasan produk yang lebih menarik konsumen dengan memilih salah satu produk unggulan. Target luaran adalah dibuatkan alternatif kemasan kemasan produk untuk salah satu  produk unggulan yaitu teh aloevera yang diluncurkan UKM Kota Cilodong Berkarya Kota Depok. Hasil dari pengabdian masyarakat tentang redesain kemasan berkaitan pada bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Redesain kemasan berupa mendesain kemasan lama menjadi kemasan baru agar lebih menarik, sehingga memiliki fungsi yang maksimal berlaku untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar
PEMANFAATAN APLIKASI AKUNTANSI BERBASIS ANDROID (SIAPIK) UNTUK MENINGKATKAN ADMINISTRASI KEUANGAN UMKM Lucky Radi Rinandiyana; Deasy Lestary Kusnandar; Agi Rosyadi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.303 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8006

Abstract

One of the reasons for MSMEs being difficult to develop is a poor accounting system for those SMEs. Various factors cause this. This includes many MSME practitioners who do not want to think about complicated matters such as accounting and financial management issues. Financial administration that is well recorded will be able to optimize the professionalism of financial management. MSME entrepreneurs sometimes do not even know in real terms the amount of money they have, how much capital is spent, how much debt and receivables are, and whether their businesses have made a profit or even experienced a loss. This is the main problem why many MSMEs do not then get access to capital to formal financial institutions. Existing access cannot be utilized because it turns out that MSMEs neglect to implement financial administration in accordance with standards. One of the efforts made by Bank Indonesia to encourage increased business capacity and access to MSE financing is to provide a standardized and simple means of recording financial transactions. Bank Indonesia has sought an Accounting Application for Android-based Micro Small Business. This application is very easy to use and meets the Small and Medium Enterprise (EMKM) accounting standards. This application is named Si Apik. In connection with this, training and assistance were conducted on recording financial transactions and the use of Android-Based Accounting Applications (SiApik) to the managers of MSMEs in Cibeuti Village, Kawalu City, Tasikmalaya District. The implementation of this coaching will use the focus group discussion (FGD) method, on-site training, and out site training. Through this training and mentoring it is hoped that there will be an increase in understanding of financial records using an Android-based financial information recording application (SIAPIK) information systemABSTRAK:Salah satu penyebab UMKM sulit berkembang adalah sistem akuntansi yang buruk pada UKM tesebut. Berbagai faktor menjadi penyebab hal tersebut. Termasuk di dalamnya adalah masih banyak pelaku UMKM yang tidak mau memikirkan hal rumit seperti masalah akuntansi dan manajemen keuangan. Administrasi keuangan yang tercatat dengan baik akan dapat mengoptimalkan sisi profesionalisme pengelolaan keuangan. Pengusaha UMKM terkadang bahkan tidak mengetahui secara riil jumlah uang yang dimiliki, berapa modal yang dikeluarkan, berapa hutang dan pihutang, serta apakah usaha mereka telah mendapatkan laba atau bahkan mengalami kerugian. Inilah yang menjadi pokok permasalah mengapa banyak UMKM yang kemudian tidak mendapatkan akses permodalan ke lembaga keuangan formal. Akses yang ada tidak dapat dimanfaatkan karena ternyata UMKM lalai untuk menerapkan administrasi keuangan yang sesuai dengan standar. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mendorong peningkatan kapasitas usaha dan akses pembiayaan UMK adalah dengan menyediakan sarana pencatatan transaksi keuangan yang terstandar dan sederhana. Bank Indonesia telah mengupayakan sebuah Aplikasi Akuntansi untuk Usaha Mikro Kecil berbasis Android. Aplikasi ini sangat mudah digunakan dan telah memenuhi standar akuntansi Entitas Mikro Kecil Menengah (EMKM). Aplikasi ini bernama Si Apik. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan pelatihan dan pendampingan mengenai pencatatan transaksi keuangan dan penggunaan Aplikasi Akuntansi Berbasis Android (SiApik) kepada pengelola  UMKM di Kelurahan Cibeuti Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Pelaksanaan pembinaan ini akan menggunakan metode focus group discussion (FGD), on site training maupun out site training. Melalui pelatihan dan pendampingan ini diharapkan terdapat peningkatan pemahaman pencatatan keuangan menggunakan sistem informasi aplikasi pencatatan informasi keuangan (SIAPIK) berbasis Android.
GAMBARAN KADAR HIDRASI KULIT DAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PETUGAS KEBERSIHAN DI UNIVERSITAS TARUMANAGARA Indi Chairunnisa; Linda Julianti Wijayadi; Sari Mariyati Dewi Nataprawira
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.194 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8036

Abstract

Irritant contact dermatitis (DKI) is a non-immunologic skin inflammation reaction caused by contact with irritants. A janitor is a worker who does a lot of wet work that will repeatedly contact with irritants such as acids, bases, detergents, soap, water, solvents, etc., so that there will be damage to the skin barrier function that starts with loss of the lipid layer and Natural Moisturizing Factor (NMF) so it will reduce skin hydration levels and increase TransEpidermal Water Loss (TEWL). This makes the skin condition becomes dry and the skin defense decreases so that it is easier for DKI. The purpose of this study was to determine the description of skin hydration levels and the incidence of irritant contact dermatitis in janitors at Tarumanagara University. This research is descriptive with a cross-sectional design. A total of 60 people from the janitor became the subject of research. The level of skin hydration is measured by a chronometer. The incidence of DKI in the cleaning staff at Tarumanagara University was 10%, the level of skin hydration in the janitor at Tarumanagara University found hydration levels of dry skin on the right palm (76.7%), left palm (76.7%), back of the hand right (56.7%), and back of the left hand (56.7%). In subjects who experience DKI, levels of hydration of very dry skin on the palm (left-right) and hydration of dry skin on the back of the hand (left-right), and the factors that influence the occurrence of DKI are: gender (female), frequency of washing hands with soap per day, frequency and duration of contact with toilet and floor cleaning products per day and the use of personal protective equipment (PPE), and so it is recommended that cleaners always use PPE when working to prevent DKI and use moisturizers on dry skinABSTRAK:Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah suatu reaksi peradangan kulit non-imunologik yang disebabkan oleh kontak dengan bahan iritan. Petugas kebersihan merupakan pekerja yang banyak melakukan pekerjaan basah yang  akan kontak berulang dengan bahan iritan seperti asam, basa, detergen, sabun, air, pelarut, dll, sehingga akan terjadi kerusakan fungsi sawar kulit yang dimulai dengan kehilangan lapisan lipid dan Natural Moisturizing Factor (NMF) sehingga akan menurunkan  kadar hidrasi kulit dan meningkatkan TransEpidermal Water Loss  (TEWL). Hal tersebut membuat kondisi kulit menjadi kering dan pertahanan kulit menurun sehingga lebih mudah terjadi DKI. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kadar hidrasi kulit dan kejadian dermatitis kontak iritan pada petugas kebersihan di Universitas Tarumanagara. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sejumlah 60 orang dari petugas kebersihan menjadi subjek penelitian. Kadar hidrasi kulit diukur dengan alat korneometer. Angka kejadian DKI pada petugas kebesihan di Universitas Tarumanagara sebesar 10 %, Kadar hidrasi kulit pada petugas kebersihan di Universitas Tarumanagara didapatkan kadar hidrasi kulit  kering pada telapak tangan kanan (76,7%), telapak tangan kiri (76,7%), punggung tangan kanan (56,7%), dan punggung tangan kiri (56,7%). Pada subjek yang mengalami DKI didapatkan kadar hidrasi kulit sangat kering pada telapak tangan(kiri-kanan) dan hidrasi kulit kering  pada punggung tangan (kiri-kanan), dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DKI adalah: jenis kelamin (perempuan), frekuensi cuci tangan dengan sabun per hari, frekuensi dan lama kontak dengan produk pembersih toilet maupun lantai per hari dan penggunaan alat pelindung diri (APD), dan sehingga disarankan agar petugas kebersihan selalu memakai APD dengan lengkap saat bekerja untuk mencegah DKI dan menggunakan pelembab pada kulit yang kering
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PESERTA TERHADAP PENYUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN Sarwo Edy Handoyo; Herlin Tundjung Setijaningsih; Sukis Warningsih
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.503 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8042

Abstract

Religious organizations such as the youth organization of the mosque have a strategic role in the prosperity of the mosque. The prosperous mosque is marked by the lively worship activities of its worshipers. In Al Barokah Mosque, Cobodas Sub-District, Tangerang City, the organization of mosque teenagers is not running well and regularly. Based on observations and interviews with administrators of the Mosque Prosperity Board, the root of the problem is the lack of knowledge to compile an effective and efficient youth organization structure of the mosque. The solution offered to the target partners is the need to hold a training outlining the work to achieve organizational goals and training in the organization of the mosque's youth organization. By conducting training activities, the organizational structure of mosque teenagers can be structured as a basis for determining the right people to fill the positions listed on the organizational chart. Organizations that are managed by the right people will produce activities that are able to meet the expectations of mosque worshipers. The training was able to increase the knowledge and skills of participants to develop the organizational structure of mosque youth for the prosperity of the mosque. Improving the skills of the trainees includes skills about describing indicators of organizational goals, types of activities, grouping of activities, describing interactions in the organization and job descriptions and specifications. In addition, the trainees experienced an increase in knowledge related to the concept of the role of management in achieving organizational goals, management functions specifically organizing, organizational structure, the right man in the right place, and the rights and obligations of management and members of the organizationABSTRAK:Organisasi keagamaan seperti organisasi remaja masjid memiliki peran yang strategis terhadap kemakmuran masjid. Masjid yang makmur ditandai dengan semaraknya kegiatan ibadah para jamaahnya. Di Masjid Al Barokah, Kecamatan Cobodas, Kota Tangerang Banten organisasi remaja masjidnya kurang berjalan dengan teratur dan tearah. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan pengurus Dewan Kemakmuran Masjid, akar permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan untuk menyusun struktur organisasi remaja masjid yang efektif dan efisien. Solusi yang ditawarkan kepada mitra sasaran adalah perlu diadakannya pelatihan menguraikan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi dan pelatihan penyusunan struktur organisasi remaja masjid. Dengan dilakukan kegiatan pelatihan maka dapat tersusun struktur organisasi remaja masjid sebagai dasar menentukan orang-orang yang tepat untuk mengisi jabatan yang tercantum pada bagan organisasi. Organisasi yang dikelola orang yang tepat akan menghasilkan kegiatan yang mampu memenuhi harapan jamaah masjid. Pelatihan mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta untuk menyusun struktur organisasi remaja masjid untuk kemakmuran masjid. Peningkatan ketrampilan peserta  pelatihan meliputi ketrampilan tentang menguraikan indikator tujuan organisasi, jenis kegiatan, pengelompokkan kegiatan, penggambaran interaksi dalam organisasi serta deskripsi dan spesifikasi jabatan. Selain itu peserta pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan terkait dengan konsep tentang peran manajemen dalam mencapai tujuan organisasi, fungsi manajemen khususnya pengorganisasian, struktur organisasi, the right man in the right place, serta hak dan kewajiban pengurus dan anggota organisasi
PENYULUHAN HUKUM TENTANG PENTINGNYA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PADA KELOMPOK TENUN TRADISIONAL “BIA BEREK” DI DESA KUNERU – ATAMBUA (NTT) Valerie Selvie Sinaga
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.574 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8050

Abstract

Intellectual Property Rights (IPR) is a set of rights granted to exploit an object that is the result of human thought. IPR consists of various rights including copyright, trademark, patent, industrial design, and trade secrets. These rights are needed in developing a business, both large and small businesses. Legal counselling on the importance of IPR was given to the "Bia Berek" group consisting of mothers of traditional weaving craftsmen from the Kemak tribe in Kuneru village, Manumutin Urban Village, Atambua District, Belu Regency (East Nusa Tenggara (NTT)) in August 2018. As small businesses in traditional industries, an introduction to the importance of IPR for this group is given so that they can protect the object of intellectual property rights owned and utilize the IPR to advance their small businesses. After legal counselling is carried out, group members understand that their creativity in making woven fabrics is one of the assets protected by copyright and plagiarism of fabric motifs from other regions or groups is not permitted in the copyright regime. In addition, group members understand that a brand is needed to be able to market their woven fabrics more broadly. However, they are still unable to register their weaving work to obtain brand protection, industrial design, and IG, due to their limited funds, knowledge and access. There needs to be further assistance from the Regency Government regarding this IPR issueABSTRAK:Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah serangkaian hak yang diberikan untuk mengeksploitasi suatu obyek yang merupakan hasil dari pemikiran manusia. HKI terdiri dari berbagai hak di antaranya hak cipta, merek, paten, desain industri, dan rahasia dagang.  Hak-hak ini sangat dibutuhkan dalam mengembangkan suatu usaha, baik usaha besar atau pun kecil. Penyuluhan hukum akan pentingnya HKI ini diberikan kepada kelompok “Bia Berek” yang beranggotakan ibu-ibu pengrajin tenun tradisional dari  suku Kemak di desa Kuneru, Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu (Nusa Tenggara Timur (NTT)) pada bulan Agustus 2018. Sebagai pelaku usaha kecil di industri tradisional, pengenalan akan arti pentingnya HKI bagi kelompok ini diberikan agar mereka dapat melindungi obyek hak kekayaan intelektual yang dimiliki dan memanfaatkan HKI tersebut untuk memajukan usaha kecil mereka. Setelah penyuluhan hukum dilakukan, anggota kelompok memahami bahwa kreatifitas mereka dalam membuat kain tenunan merupakan salah satu asset yang dilindungi oleh hak cipta dan penjiplakan motif kain tenun dari daerah atau kelompok lain merupakan hal yang tidak diperkenankan dalam rezim hak cipta. Selain itu, anggota kelompok memahami bahwa diperlukan merek untuk dapat memasarkan lebih luas lagi kain hasil tenunan mereka. Namun, mereka masih belum mampu mendaftarkan karya tenun mereka untuk mendapatkan perlindungan merek, desain industri, dan IG, karena keterbatasan dana, pengetahuan dan akses mereka. Perlu ada pendampingan lebih lanjut dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten terkait masalah HKI ini