cover
Contact Name
Muhammad Alif
Contact Email
muhammad.alif@uinbanten.ac.id
Phone
+6281381871727
Journal Mail Official
holistic.alhadis@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Gedung Fuda Lt. Dasar UIN SMH Banten Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Kota Serang Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Holistic Al-Hadis : Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integrasi Keilmuan
ISSN : 24608939     EISSN : 26227630     DOI : https://doi.org/10.32678/holistic
The Journal seeks to place Hadith as its central focus of academic inquiry and to encourage comprehensive consideration of its many facets; to provide a forum for the study of Hadith in its global context; to encourage interdisciplinary studies of the Hadith that are crossnational and comparative; to promote the diffusion, exchange and discussion of research findings; and to encourage interaction among academics from various traditions of learning.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 4 No 2 (2018): December 2018" : 5 Documents clear
Puasa Istri Tanpa Izin Suami (Analisis Hadis) Hafidz Taqiyuddin
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i2.3256

Abstract

Kewajiban dan hak suami dan istri diatur dalam Islam, termasuk di antaranya diatur dalam hadis Nabi SAW sebagai bagian daripada dasar hukum Islam. Di antara hal yang diatur dalam hadis terkait hal tersebut adalah tentang puasa istridanpa izin suami. Kualitas sanad dan matan tentang puasa istri tanpa izin suami, baik hadis yang diriwayatkan oleh Abū Hurayrah maupun hadis yang diriwayatkan Abū Sa‟īd al-Khudry merupakan hadis-hadis shahih. Dengan demikian hadis-hadis tersebut yang dapat dijadikan sandaran hukum. Adapun maksud dari tidak dibolehkannya istri melakukan puasa tanpa izin suami adalah bahwa seorang istri tidak diperkenankan berpuasa tanpa izin suaminya dengan syarat-syarat berikut, yaitu: pertama, puasa yang hendak dilakukan adalah puasa Sunnah. Kedua, puasa istri dilakukan ketika suami tidak bepergian.
Hadis tentang Nasab Anak Zina dalam Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Siti Nurbaeti
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i02.3232

Abstract

Kedudukan anak dalam Islam sangat tinggi dan mulia. Alquran memposisikan anak sebagai perhiasan dunia dan anak juga sebagai suatu hiburan yang menyenangkan (Q.S. 18: 46). Menurut hadis setiap anak terlahir dalam keadaan suci (fitrah) termasuk anak yang dilahirkan di luar hubungan pernikahan. Anak sah mempunyai kedudukan tertentu dalam keluarga. Orang tua dari seorang anak berkewajiban dalam memberi nafkah hidup, pendidikan, pengwasan dalam ibadah, dan budi pekerti anaknya dalam kehidupan sehari-hari sampai anak itu dewasa, dan setelah dewasa anak tersebut dapat berdiri sendiri. Ia adalah mahram yang tidak boleh dinikahi oleh ayah dan ibunya serta memiliki keutamaan menerima harta waris jika orangtuanya meninggal. Sementara bagi seorang anak zina, walaupun dilahirkan dalam keadaan suci dari segala dosa yang menyebabkan kelahirannya, namun dia tidak bisa terlepas dari berbagai masalah karena statusnya. Jumhur ulama berpandangan bahwa anak yang lahir di luar nikah hanya memiliki nasab kepada ibunya, dan terputus dengan laki-laki yang menyebabkan kelahirannya. Namun Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berpendapat bahwa anak yang lahir di luar nikah tetap memiliki hubungan kemahraman dengan laki-laki yang menyebabkan kelahiran anak, namun, dalam kondisi lain anak tidak di tetapkan hubungannya dengan laki-laki tersebut terkait dengan warisan dan nafkah. Artikel ini melalui studi kepustakaan dan dengan pendekatan takhrīj hadis akan membahas tentang pandangan Ibnu Qayyim secara lebih rinci serta menganalisis kualitas hadis-hadis yang terkait dengan status anak zina.
Reorientasi Misteri Shalat Subuh dalam Perspektif Hadis Ardhy Sulaiman
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i2.3225

Abstract

Fajr prayer is one of the five obligatory prayers that have exceptional peculiarities and virtues. It was at this point that the turn of night and day began. At this very moment, the night and afternoon angels change duties. Fajr prayers in congregation is a heavy mandatory worship to be performed, they do not know that in the dawn prayer there is a great virtue, except by people who really sincerely expect the pleasure of Allah swt. Its execution time on the blind that makes people lazy to do it. Based on the above background, the formulation of the problem in this thesis is: 1). How does the nature of the Subuh prayers congregate according to the tradition ?, 2). How is the quality of traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation ?. 3). How is the virtue of Fajr praying in congregation ?. The purpose of this research are: 1). To know the nature of dawn prayer in congregation of hadith. 2). To know the quality of the traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation. 3). To know the virtue of Fajr prayers in congregation in the view of the clergy. The method used in this thesis is library research method which is collecting data from Hadith books of Bukhārῑ, Muslim, Ibn Māzah, Abū Dāud, Tirmiẓi dan Ad-Dārimῑ and seeking information with the help of interview, then the data is analyzed by using method criticism of hadith, that is criticism of sanad and matan by using jarḥ wa ta'dil every perawinya. The results of this study, as follows: Fajr prayer is a mandatory prayer performed on the morning at dawn arrived, dawn prayer is also a severe worship to be executed except by people who really sincere expect the pleasure of Allah swt. Hadiths of the Prayers of the Fajr Prayers which the author has meticulously qualified ṣaḥiḥ such as the hadith narrated by Bukhārῑ, the hadith of the Muslim narrative, the hadith of Ahmad's narration, and the hadith narrated by ad-Darimi, but the authors found the traditions of the high-quality dawn prayers such as Ibn Mazah and Tirmiżi. The virtue of the Fajr prayers according to the views of ulema bahwasannya prayers in which there is a great reward that does not exist in other fardu prayers, such as getting a guarantee of the hereafter of Allah swt.
Metode Kritik Matan Hadis Asih Kurniasih; Muhammad Alif
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i2.3226

Abstract

Kritik sanad merupakan upaya menyeleksi (membedakan) antara ḥadῑṡ ṣaḥῑḥ dan ḍa‘īf dan menetapkan status perawi-perawinya dari segi kepercayaan atau cacat. Muḥammad al-Gazāliy adalah seorang pemikir yang mencoba mengkaji hadis dengan menekankan pada kajian matan dari pada sanad. Menurut Muḥammad al-Gazāliy penelitian suatu hadis tidak selalu harus dimulai dengan kritik sanad, melainkan dapat diawali dengan melakukan penelitian matan hadis. Bahkan tidak jarang menolak hadis yang berkualitas ṣaḥῑḥ dari sisi sanad karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip umum ajaran al-Qur’ān dan argumen rasional.Kajian studi kepustakaan ini bertujuan untuk mengetahui metodologi kritik matan hadis Muḥammad al-Gazāliy secara deskriptif dan analitik. Adapun hasil temuan dari kajian ini adalah sebagai berikut: Pertama, Dalam pandangan Muḥammad al-Gazāliy, hadis mutawatir tidak menjadi persoalan yang mendasar, karena mendapat pembahasan yang luas. Hanya saja Muḥammad al-Gazāliy mempersoalkan status ḥadῑṡ āḥād dari segi kehujjahannya. Muḥammad al-Gazāliy tidak mau mempergunakan ḥadῑs āḥād dalam menetapkan aqidah, masalah aqidah harus berdasarkan keyakinan, dan bukan pada dugaan, sesuatu yang ẓanni tidak layak untuk diamalkan dan dijadikan hukum, serta penelitian hadis pada kritik matan. Kedua, Metode yang diterapkan Muḥammad al-Gazāliy dalam Kritik Matan hadis adalah: 1) Pengujian dengan al-Qur’ān, 2) Pengujian dengan hadis lainnya, 3) Pengujian dengan Fakta Historis, 4) Pengujian dengan kebenaran ilmiah dan logika.
Peran Perempuan dalam Organisasi Aisyiyah Riska Aulia
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i2.3227

Abstract

Peran perempuan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan kepada perempuan. Peran adalah yang harus dilakukan perempuan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri dan orang lain. Masyarakat terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan ada ungkapan yang menyatakan: “Masyarakat harus kuat. Yang kuat itu lelaki,” karena merasa kuat itulah maka pendukung moto ini berlaku sewenang-wenang dalam menetapkan peraturan dan hukum yang menjadikan lelaki tuan dan perempuan bagaikan pelayannya. Lelaki memiliki kebebasan dan perempuan diikat rantai, walaupun tekadang dengan rantai emas. Perempuan menghadapi tekanan bertumpang tindih, disamping peran domestik dalam keluarga yang harus mereka jalankan, mereka juga harus bertugas sebagai pencari nafkah. Peran ganda perempuan ini merupakan hal yang paling berat dihadapi oleh kaum perempuan. Nyai Walidah atau yang lebih terkenal dengan Nyai Ahmad Dahlan adalah tokoh ‘Aisyiyah yang turut andil dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Hal ini mengantarkannya kepada pemikiran keagamaan yang luas terutama mengenai perempuan. Maka dari itu pentingnya tanggapan dari kaum aktivis perempuan terkait peran perempuan dalam Islam. Pandangan ‘Aisyiyah terhadap peran perempuan di anggap sangat penting, peran perempuan harus membawa perubahan yang besar bagi negeri ini akan tetapi tidak meninggalkan ranah domestik yang harus dijalani perempuan serta mengutamakan kewajibanya sebagai istri dan ibu bagi anak dan suaminya dan kewajiban anak terhadap orang tuanya.

Page 1 of 1 | Total Record : 5