cover
Contact Name
Made Gautama Jayadiningrat
Contact Email
gtm_jd@yahoo.co.id
Phone
+6287861886493
Journal Mail Official
adetantri87@gmail.com
Editorial Address
Jalan Udayana No.11 Singaraja Bali
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Filsafat Indonesia
ISSN : 26207990     EISSN : 26207982     DOI : http://dx.doi.org/10.23887/jfi.v3i3
Core Subject : Education,
Jurnal Filsafat Indonesia is a scientific journal published by LPPM Ganesha Educational University, which publishes scientific articles on the development and research in philosophy. Journal of Philosophy is published three times a year, in April, June, and September. Editorial Team Journal of Philosophy accepts manuscripts in the field of philosophy which have never been published in other media. The Editorial Team has the right to edit the text to the extent that it does not change the substance of its contents.
Articles 173 Documents
FILSAFAT PANCASILA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA MENUJU BANGSA BERKARAKTER Yoga Putra Semadi
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v2i2.21286

Abstract

Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran. Filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat. Apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, sistem pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas Pancasila. Pancasila adalah falsafah yang merupakan pedoman berperilaku bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan kultur bangsa Indonesia. Pendidikan karakter memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku baik, mampu hidup secara individu dan sosial, memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya telah mencakup filsafat pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri, yaitu integral, etis, dan reigius.Kata Kunci:  Filsafat Pancasila; Pendidikan Indonesia; Bangsa Berkarakter
PERANG TIPAT BANTAL DESA ADAT KAPAL (ACI RAH PENGANGGON) Mardiki Supriadi; Linda Zakiah
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v2i2.21287

Abstract

Keberadaan Tradisi Aci Rah Pengangon atau yang lebih dikenal dengan tradisi Perang Tipat-Bantal dipercayai membawa pengaruh yang besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat Desa Kapal yang masih berlangsung hingga sekarang ini. Banyak dijelaskan dalam catatan-catatan sejarah kuno berupa lontar-lontar, salah satunya menceritakan asal mula pelaksanaan tradisi ini terdapat dalam Lontar Tabuh rah Pengangon. Dalam lontar tersebut dikisahkan di zaman dahulu, yaitu tepatnya di tahun Isaka 1259 atau tahun 1337 Masehi. Tradisi perang tipat bantal erat kaitannya dengan kehidupan pertanian masyarakat. Ini merupakan sebuah tradisi unik yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas kehidupan yang diciptakanNya, serta berlimpahnya hasil panen yang ada di Desa Kapal. Selain sebagai ritual, tradisi perang tipat bantal di desa adat kapal juga berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat desa adat kapal. Pelaksanaan tradisi perang tipat bantal merupakan sebuah tradisi kuno yang mendirikan kearifan lokal masyarakat desa adat kapal yang mempunyai tujuan untuk menyeimbangkan dan menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan alam. Selain mempunyai maksud dan tujuan, banyak terkandung nilai-nilai pendidikan yang dapat kita pelajari di dalam melaksanakan tradisi perang tipat bantal.Kata Kunci:  Kearifan Lokal; Nilai-Nilai Pendidikan; Tradisi Perang Tipat-Bantal
TEORI EVOLUSI DARWIN: DULU, KINI, DAN NANTI Leo Muhammad Taufik
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 3 (2019)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v2i3.22150

Abstract

Perkembangan ilmu tidak terlepas dari kemajuan teknologi begitu pula perkembangan teori Evolusi sebagai cabang dari ilmu Biologi yang sampai saat ini terus mengalami perkembangan. Walaupun banyak menimbulkan kontroversi, sampai saat ini teori evolusi Darwin dipandang memiliki keunggulan dibanding teori evolusi lainnya karena Darwin berhasil memperlihatkan data- data empiris terjadinya proses evolusi yang mengarah pada diversitas organisme. Artikel ini membahas teori evolusi Darwin sebagai bagian dari filsafat sains sesuai bukti- bukti pendukungnya. Berdasar hasil kajian dan analisis, teori evolusi Darwin hingga saat ini masih layak digunakan dan berkesesuaian dengan teori lainnya.Kata Kunci: Teori Darwin, Epistemologi; Teori Evolusi; Ontologi Teori Evolusi
THE ETHNOPEDAGOGY STUDY ON THE "MEGIBUNG" TRADITION IN KARANGASEM Luh Sri Kasih; Gede Wira Bayu; I Nyoman Laba Jayanta
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 3 (2019)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v2i3.22154

Abstract

Bali dikenal dengan budaya dan adat istiadatnya. Setiap lini kehidupan di Bali terkait dengan adat dan budaya termasuk pada prosesi “makan bersama” atau yang dikenal dengan istilah “mengibung”. Tradisi megibung di Bali sudah ada sejak jaman perang sekitar tahun 1614 Caka atau saat Raja Karangasem I Gusti Anglurah Ktut Karangasem, berperang menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sasak (Lombok). Pada saat itu “megibung” dilaksanakan untuk menjaga persatuan dan kekompakan pasukan saat berperang dengan makan bersama. Tradisi “megibung” sebenarnya sarat akan makna dan aturan. Dalam tulisan ini, penulis berusaha mengkaji tradisi “megibung” dalam kajian etnopedagogik dengan berusaha mengkaji nilai filosofis, antropologis, sosiologis dan psikologis yang terdapat pada tradisi “megibung”.Kata Kunci: "Megibung"; Ethnopedagogy
FILSAFAT CINA: LAO TSE YIN-YANG KAITANNYA DENGAN TRI HITA KARANA SEBAGAI SEBUAH PANDANGAN ALTERNATIF MANUSIA TERHADAP PENDIDIKAN ALAM I Wayan Widiana
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 3 (2019)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v2i3.22186

Abstract

Filsafat China adalah salah satu dari filsafat tertua di dunia dan dipercaya menjadi salah satu filsafat dasar dari 3 filsafat dasar yang memengaruhi sejarah perkembangan filsafat dunia. Salah satu ajaran pada jaman Klasik filsafat china adalah “Yin Yang”. “Yin Yang” adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan atau yang secara harfiah artinya positif dan negatif, namun implisit mewakili makna yang sangat mendalam tentang dualisme yang saling bertentangan, namun saling melengkapi dalam menyokong kehidupan dan mekanisme universal, sehingga segala sesuatu dalam kenyataan kita merupakan sintesis harmonis dari derajat “Yin” tertentu dan derajat “Yang” tertentu. Penerapan prinsip keseimbangan Yin Yang pada bangunan arsitektur modern seperti Phaeno Science Center di Wofsburg, Germany dan Hotel Marques de Riscal di Elciego, Spanyol terlihat pada penggunaan material yang saling berlawanan, antara yang solid dengan yang transparant, antara yang tegak dengan miring, antara yang memantulkan cahaya dengan yang menyerap cahaya. Di Bali, ada salah satu filsafat yang tidak jauh dengan filsafat Yin Yang, yaitu filsafat Tri Hita Karana. Salah bagiannya menjelaskan tentang Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Ajaran ini sudah muncul sejak kepemerintahan Majapahit. Namun Istilah Tri Hita Karana pertama kali diperkenalkan pada tanggal 11 Nopember 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar.Kata Kunci: Filsafat Cina: Yin-Yang; Tri Hita Karana; Pendidikan Alam
FILSAFAT PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA (TOKOH TIMUR) I Made Sugiarta; Ida Bagus Putu Mardana; Agus Adiarta; wayan artanayasa
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 3 (2019)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v2i3.22187

Abstract

Gagasan-gagasan filosofis Ki Hajar Dewantara telah menjadi pondasi yang cukup kokoh dalam praksis pendidikan di Indonesia, meskipun dalan pengejewantahannya dewasa ini sering terinfiltrasi oleh determinasi filosofi Barat. Munculnya degradasi nilai dalam masyarakat sebagai akumulasi proses pendidikan yang lebih mengedepankan transformasi knowledge dari pada transformasi value dalam sistem pendidikan, telah menyentakan pemangku pendidikan di Indonesia untuk meletakkan kembali pilar filosofi kendidikan yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik maupun potensi cipta, rasa, maupun karsanya agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal maka dalam pemecahan masalah-masalah pendidikan yang komplek juga dibutuhkan filsafah-filsafah agar solusi pemecahan masalah tersebut juga dapat dirasakan manfaatnya bagi semua pihak. Salah satu tokoh yang memiliki filsafah pendidikan yaitu Ki Hadjar Dewantara, beliau adalah seorang bangsawan dari lingkungan Kraton Yogyakarta yang peduli dengan lingkungan pendidikan.Kata Kunci: Filsafat Pendidikan; Ki Hajar Dewantara; Tokoh Timur
REVITALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI PILAR PERLINDUNGAN HAK ANAK DI USIA SEKOLAH I Made Arsana
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 3 (2019)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v2i3.22188

Abstract

Pendidikan di Indonesia telah diamanatkan dalam UUD ’45 (hasil amandemen) pasal 31. Dengan amanat tersebut pemerintah atau negara berkewajiban untuk memberikan dan menyelenggarakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Komitmen pemerintah Indonesia untuk melindungi, mempromosikan, memperkuat, memenuhi, dan menghargai hak-hak manusia telah ditunjukkan dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuknya adalah prioritas yang diberikan pada pembentukan dan penyelerasan beragam institusi dan lembaga terkait dalam perencanaan pembangunan nasional. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Gerakan peningkatan mutu yang mengharuskan dilakukannya investasi berbasis pada siswa itu harus dilakukan dengan menghormati hak-hak azasi manusia yang diarahkan untuk pembentukan manusia yang berwatak dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu dengan memberikan penggemblengan religiositas, watak, kepribadian dan kesempatan yang luas untuk memilih atau kesempatan untuk ikut berpartisipasi pada pilihan yang dilakukan oleh setiap siswa, atau oleh setiap individu. Dengan gerakan ini diharapkan dapat dirangsang upaya bersama memberi perhatian dan komitmen yang tinggi untuk memacu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya ini merupakan investasi yang diyakini bisa merupakan langkah strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu.Kata Kunci: Nilai Pendidikan Multikultural; Hak Anak
HAKIKAT FISIKA DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS Eka Murdani
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 3 No. 3 (2020)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v3i3.22195

Abstract

Artikel ini membahas hakikat sains (the nature of science) dan keterbatasan sains (limitation of science) yang lebih dikhususkan pada fisika. Hakikat fisika terdiri atas fisika sebagai proses dan fisika sebagai produk. Produk fisika diantaranya adalah fakta, data, konsep, hukum, prinsip, aturan, teori dan model. Fisika sebagai aktivitas (proses) riset dan pengkajian dengan menggunakan metode ilmiah yang mengandalkan keterampilan-keterampilan proses (observasi, berhipotesis, eksperimentasi, dan sebagainya). Artikel ini ditulis berdasarkan kajian literatur filsafat. Filsafat ilmu berusaha menjelaskan hakekat ilmu fisika yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu fisika itu sendiri, dan yang cenderung terfragmentasi. Untuk itu filsafat ilmu berperan dalam menghindarkan diri dari memutlakkan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran. Dengan filsafat melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu dan menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya, serta dengan berfilsafat melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu.Kata Kunci:  Hakikat Fisika; Eksperimen Fisika; Keterampilan Proses Sains; Keterbatasan Sains.
PEREMPUAN DALAM NASKAH DEMIS GORONTALO PERSPEKTIF FILSAFAT MANUSIA KARL JASPERS Nazar Husain Hadi Pranata Wibawa
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v3i1.22249

Abstract

Artikel menjelaskan perempuan dalam naskah demis yang berasal dari Gorontalo. Tulisan ini mempergunakan analisis data secara filosofis, yakni menggunakan unsur-unsur metodis yang sesuai untuk penelitian pandangan filosofis di lapangan. Naskah Demis ini seperti kebanyakan naskah klasik yang ada di Indonesia yakni tindakan yang tidak berpihak oleh laki-laki terhadap perempuan. Eksistensi manusia khususnya perempuan terepresi oleh sosok manusia lain yakni seorang laki-laki. Karl Jasper menjelaskan bahwa kehidupan manusia akan mencapai makna existenz, tetapi manusia memiliki keterbatasan existenzerherlung, yakni penderitaan, perjuangan, dan kesalahan.
KONTROVERSI PENELITIAN DAN TERAPI SEL INDUK (STEM CELLS) DALAM PANDANGAN ETIKA SAINS sylva Sagita
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 3 No. 2 (2020)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v3i2.22287

Abstract

Pemanfaatan sel punca untuk terapi kedokteran menimbulkan pro dan kontra. Bagi yang kontra, menolak Stem Cell karena alasan status moral dari embrio, riset embrio yang tidak manusiawi dan kekhawatiran komersialisasi embrio. Sedangkan bagi yang pro, Stem Cell adalah harapan pengobatan masa depan dengan mempertimbangkan potensinya, sehingga tentunya memiliki manfaat secara medis dan tidak dikerjakan tanpa prosedur sebab telah ada kesepakatan di antara peneliti untuk mengarahkan hasil penelitian Stem cell untuk kemanusiaan. Masalah bioetika utama yang terkait dengan sel induk manusia melibatkan turunan dan penggunaannya untuk penelitian. Saat ini, masalah etika baru mulai muncul di sekitar derivasi dan penggunaan sel induk mirip sel HES yang memiliki kapasitas untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis jaringan manusia. Dalam waktu dekat, ketika bidang sel punca semakin dekat ke klinik, masalah etis tambahan mungkin muncul terkait dengan terjemahan klinis pengetahuan sel punca menjadi terapi pasien yang cukup aman, efektif, dan mudah diakses. Artikel ini mengulas problematika penelitian dan terapi sel induk dari sisi etika pada kajian masa lalu, sekarang, dan masa depan.

Page 4 of 18 | Total Record : 173