cover
Contact Name
Sofyan Musyabiq Wijaya
Contact Email
obiqwijaya@gmail.com
Phone
+6281559678993
Journal Mail Official
jkunila@gmail.com
Editorial Address
Jl Prof.Dr.Soemantri Brojonegoro No 1 , Bandar Lampung, Lampung
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
JK Unila (Jurnal Kedokteran Universitas Lampung)
Published by Universitas Lampung
ISSN : 25273612     EISSN : 26146991     DOI : 10.23960/jku
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (JK Unila) is a journal of scientific publications published every six months using a peer review system for article selection. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (JK Unila) can receive original research articles relevant to medicine and health, meta-analysis , case reports and medical science update.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA" : 10 Documents clear
Recovery Of Intra Parenchym Lesion Hemorragic Stroke Dewi Nur Fiana
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2787

Abstract

Recovering from a stroke can be a lengthy process that requires patience, hard work, and commitment. It may take years to recover. Recovery time after a stroke is different for everyone—it can take weeks, months, or even years. Some people recover fully, but others have long-term or lifelong disabilities. Strokes can cause significant impairment in language, cognition, motor, and sensory skills. This is why it’s considered to be a leading cause of serious long-term disability. The hemorrhage at the left cortex and subcortex of temporal lobe gives manifestation to contralateral hemiparesis. In acute setting, we should optimize the cerebral blood oxygen perfusion, so the penumbra area can survive. After surviving the acute stage, we have to assest functional prognosis in activities and optimized it because patient still has the contralateral extremities to help with activities.Keywords: Functional ability, Hemorrhagic stroke, Rehabilitation,
Cedera Olahraga Pada Anak Dan Pencegahannya Helmi Ismunandar
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2764

Abstract

Aktivitas fisik memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia anak, olahraga sebenarnya bertujuan untuk kesenangan, kesehatan, dan pengembangan diri. Tujuan ini berubah saat anak dilibatkan dalam kompetisi. Atlet muda harus berlatih keras, lama, dan terlibat dalam kegiatan olahraga kompetisi tahunan. Akibatnya, potensi cedera olahraga pada anak meningkat secara signifikan. Sehingga perlu dilakukan intervensi dan penegakan kebijakan yang efektif untuk melindungi anak-anak dari cedera. Insiden aktual cedera olahraga pada anak sulit untuk ditentukan. Cedera olahraga pada anak dapat bersifat akut dan berkaitan dengan trauma makro (fraktur dan sprain). Cedera juga dapat timbul secara gradual (kronik) melalui trauma mikro repetitif (fraktur stres, OCD, apofisitis, tendinopati). Anak laki-laki lebih sering mengalami cedera yang bersifat traumatis, terutama yang berhubungan dengan muskuloskeletal. Di sisi lain, anak perempuan lebih sering mengalami cedera akibat kegiatan olahraga berlebihan. Selain jenis kelamin, Insidensi dan distribusi cedera olahraga juga bervariasi sesuai dengan jenis olahraga, tingkat partisipasi, dan posisi pemain. Tindakan pencegahan cedera meliputi latihan rutin untuk menjaga kebugaran, edukasi, dan menanamkan jiwa sportifitas. Selain itu pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai dan pengaturan jadwal latihan juga penting. Jaga keseimbangan antara kegiatan latihan dan istirahat.Kata Kunci: Atlet anak, cedera olahraga, regulasi olahraga
Manajemen Gigitan Ular Risal Wintoko; Neema Putri Prameswari
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2765

Abstract

Indonesia adalah salah satu negara beriklim tropis yang masyarakatnya memiliki aktivitas pertanian yang tinggi, hal tersebut merupakan faktor potensial tingginya kasus gigitan ular di Indonesia. Gigitan ular merupakan kegawatdaruratan medis yang dapat menyebabkan disabilitas permanen hingga kematian. Gigitan ular merupakan kasus penyakit daerah tropis yang banyak terabaikan menurut World Health Organization. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya laporan epidemiologi, program kontrol, dan pedoman nasional penatalaksanaan gigitan ular yang tersedia. Padahal, jumlah kasus gigitan ular di Asia Tenggara dinilai cukup tinggi. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas gigitan dengan upaya preventif dan kuratif, termasuk didalamnya adalah manajemen yang komprehensif untuk menjamin penatalaksanaan yang tepat, aman, dan efektif.Kata Kunci: Gawat darurat, gigitan ular, penatalaksanaan
Juvenile Idiopathic Arthritis DD/ Artritis Ec Lupus Eritematosus Sistemik + Anemia EC Inflamasi Kronis Kurniati, Intanri
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2766

Abstract

Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen-komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. Sembilan puluh persen kasus lupus eritematosus sistemikmenyerang wanita muda dengan insiden puncak pada usia 15-40 tahun selama masa reproduktif dengan rasio wanita dan laki-laki 5:1. Telah dilaporkan pasien AA berjenis kelamin perempuan, usia 11 tahun dengan hasil anamnesa Sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh nyeri sendi yang hilang timbul di hampir seluruh persendian terutama lutut, pergelangan tangan dan kaki serta di jari jari tangan. Keluhan disertai panas badan yang tidak terlalu tinggi dan ruam kemerahan di seluruh badan yang hilang timbul. Keluhan nyeri pada sendi disertai bengkak, kemerahan dan teraba lebih panas di daerah sendi, karena keluhan ini orangtua pasien mengatakan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu, merasa sulit berjalan dan kaku pada sendi terutama di pagi hari. Selama keluhan ini berlangsung pasien menyangkal adanya kemerahan di pipi terutama jika terkena matahari, sariawan yang hilang timbul, rambut rontok, gangguan penglihatan, sesak, kejang maupun penurunan kesadaran. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.Berdasarkan kriteria JIA menurut ILAR, pasien merupakan JIA yang tidak terdiferensiasi karena memenuhi lebih dari 1 kriteria, dimana pasien termasuk JIA dengan subtipe poliartikular dengan seronegatif dan JIA sistemik. Penyebab lain artritis pada JIA harus disingkirkan, seperti infeksi (typhoid, sepsis dan demam rematik post streptococcal), keganasan: leukemia serta LES sudah dapat disingkirkan dimana gejala klinis, pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak mendukung kearah etiologi tersebut. Anemia yang terjadi pada penderita adalah akibat dari adanya inflamasi kronis.Kata Kunci : Anemia EC Inflmasi Kronis, Artritis Ec Lupus Eritematous Sistemik, Anak
Cover JK Unila Admin JK Unila
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2756

Abstract

Cover JK Unila
Clinical Characteristics of COVID-19 Pneumonia Patients in Abdoel Moeloek Regional Public Hospital, Bandar Lampung, Indonesia. Soemarwoto, Retno AS; Marlina, Nina; Mustafa, Syazili; Sukarti, Sukarti; Sinaga, Fransisca; Gozali, Ahmad; Hapsari, Tantri Dwi KR; Hidayat, Hidayat
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2761

Abstract

a novel coronavirus (SARS-CoV-2) causes a new, really infectious viral disease named COVID-19. This infection quickly develops into a pandemic and it is becoming a major problem in the world. Pneumonia is a severe and dangerous complication of the disease. In this study, we aimed at exploring the clinical characteristics of the COVID-19 pneumonia. A retrospective single-center study in Abdoel Moeloek Hospital of Lampung Province was conducted on March to May 2020. It enrolled 12 Hospitalized patients with confirmed COVID-19 pneumonia by real-time RT-PCR. The purpose of this study was to investigate and describe the features of this epidemic disease. The clinical features, laboratory findings and chest X-ray images of them were reviewed and analyzed. Consecutive patients with COVID-19 pneumonia were included in the study. There were 7 patients who recovered while 5 of them died. Most of them were male (10 patients or 83%) and they were about 40 years (9 patients or 75%). Most of patients (75%) had comorbid disease such as hypertension, diabetes, hepatitis, obesity, and heart disease and they also had a history of travel from infected area. They who died (5 patients or 100%) had comorbid diseases. The patients main complaints were cough and shortness of breath (12 patients or 100%), subfebrile fever (9 patients or 75%), diarrhea (5 patients or 42%), abdominal pain nausea and vomiting (4 patients or 33%). Related to laboratory examination, they got decreasing of calcium level (11 patient or 91%), lymphocytes (9 patients or 75%), hemoglobin level (8 patients or 67%) and albumin levels (7 patients or 58%). On the contrary, they got increasing of the level of the erythrocyte sedimentation rates (12 patients or 100%), the level of C-reactive protein (11 patients or 91%), physiological coagulation (12 patients or 100%), D-dimers plasma levels (10 patients or 83%), liver enzymes test (9 patients or 75%), leukocytes (7 patients or 57%), and chloride (6 patients or 50%). In the chest X-ray interpretations, we found that most of cases ( 10 patients or 83%) were bilateral pneumonia and they occurred massively in the inferior lobe of the lung. On the death cases, they were found consolidation in both lower lung fields. The clinical data, laboratory and radiological examination of patients with COVID-19 pneumonia showed both inflammation and coagulopathy. A decreased lymphocyte count and plasma calcium level, and an increased high-sensitivity C-reactive protein level and D-dimer plasma level were the most common laboratory findings. The infection caused severe acute respiratory syndrome and it was correlated to high mortality. High efforts are needed for further studies to fulfill the gap in knowledge of this disease.Key words: COVID-19 pneumonia, clinical manifestation, laboratory findings, chest X-ray, SARS-CoV-2,
Manajemen Anestesi pada Pediatri dengan Invaginasi: Sebuah Laporan Kasus Devi Liana Octiara; Ari Wahyuni
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2767

Abstract

Invaginasi atau intususepsi adalah keadaan inversi segmen usus ke segmen usus lainnya. Invaginasi dapat terjadi pada segala usia, terutama pada anak-anak. Puncak insidens tertinggi pada anak usia 4 – 9 bulan. Penyebab invaginasi pada anak mayoritas idiopatik. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang radiologis. Invaginasi dapat menyebabkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Penatalaksanaan operatif diperlukan untuk mencegah iskemik usus, perforasi, dan peritonitis yang dapat fatal. Bayi perempuan usia 5 bulan 18 hari, datang dengan buang air besar (BAB) terdapat darah bercampur lendir sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien mengatakan pasien juga muntah air bercampur lendir, bewarna kuning kehijauan. Riwayat makanan pasien yaitu ASI ekslusif, dan riwayat kelahiran pasien yaitu aterm secara spontan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan flatus (-) dan kembung (+). Riwayat penyakit sistemik, alergi dan operasi sebelumnya tidak ada. Pasien dilakukan tindakan laparatomi dengan beberapa pertimbangan anestesi sebelumnya. Manajemen preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif yang lengkap akan membuat keberhasilan operasi menjadi lebih baik.Kata kunci: Anestesi, emergensi, invaginasi, pembedahan
Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Rhizophora Apiculata Pada Tikus Yang Dipaparkan Asap Rokok Syazili Mustofa; Veny Anisya
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2762

Abstract

Indonesia merupakan negara tropis dengan sumberdaya alam berupa hutan bakau terluas di dunia. Pemanfaatan bakau di Indonesia belum maksimal. Rhizophora apiculata, adalah tumbuhan bakau yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber antioksidan dari alam. Sebuah studi eksperimental menggunakan desain post test only control group telah dilakukan. Sampel terdiri dari 25 ekor tikus jantan galur sprague dawley yang dibagi dalam 5 kelompok secara acak yaitu K (-) tidak diberi perlakuan, K (+) dipapar asap rokok tanpa pemberian ekstrak, kelompok P1, P2, dan P3 diberi paparan asap rokok dan masing-masing kelompok menerima dosis ekstrak kulit batang Rhizophora apiculata setiap hari selama 30 hari. P1 diberikan dosis 28,275 mg / KgBW, P2 dosis 56,55 mg / kgBW, dan P3 dosis 113,10 mg / kgBW. Data diperoleh dari pengamatan histopatologi hepar di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x pada lima bidang pandang. Peneliti menghitung kerusakan hepar dengan sebuah skoring. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa hepar tikus yang diberikan ekstrak memiliki kerusakan yang lebih ringan secara bermakna dibandingkan dengan kelompok K (+). Perbedaan rerata skoring kerusakan hepar kelompok yang mendapatkan ekstrak dengan kontrol pada uji Kruskal-Wallis menghasilkan nilai kemaknaan 0,000 yang artinya terdapat perbedaan rerata yang signifikan (p<0,05). Penelitian ini membuktikan ekstrak etanol Rhizophora apiculata memiliki efek protektif terhadap histopatologi hepar tikus putih (rattus novergicus) jantan galur sprague dawley yang dipapar asap rokok. Semakin tinggi dosis ekstrak, semakin kuat efek protektifnya. Ke depan, peneliti menyarankan dilakukan uji toksisitas pada ekstrak ini untuk mencari efek samping ekstrak ini terhadap berbagai organ.
Habilitation Of Cerebral Palsy Spastic Type + Upper Respiratory Track Infection + Malnutrition + Respiratory Disturbance + Feeding Problem + Mobilization Disturbances + Communication Disturbance Dewi Nur Fiana
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2768

Abstract

Cerebral Palsy (CP) is a disorder of movement and posture that appear during infancy or early childhood. It is caused by nonprogressive damage to the brain before, during or shortly after birth. CP is not a single disease but a name given to a wide variety of static neuromotor impairment Syndromes occurring. Secondary to a lesion in the developing brain.1 HR, 26 month old boy,was consulted by Pediatric Department on 11-09-2015 with diagnose Epilepsi focal symptomatic + Cerebral Quadriplegi + suspect visupect visual impairment. HR had ad bonam for prognosis quo ad vitam and ad sanationam, but dubia ad bonam for quo ad functionam. He had stable hemodynamic and but have high risk of infection or risk of aspiration right now. His maturation is at brain stem level and her GMFCS level was V. He might have dependence in mobility. Prognosis still dubia because during therapy at physical medicine & rehabilitation department, his body weight was increase, his pulmonary problem is improve, His head and neck control improved, and his ability to rolling is improve. His parents also understand their son condition and set a reasonable expectation.Keywords: Cerebral Palsy ,Feeding Problem, Immobilization, Sapsticity,
Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe) Intanri Kurniati
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 1 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i1.2763

Abstract

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu penyakit hematologi yang sering ditemukan pada bayi, anak-anak dan perempuan usia reproduksi. Anak-anak dengan ADB akan mengalami gangguan dalam tumbuh-kembang, perubahan perilaku serta gangguan motorik, sehingga dapat mengurangi kemampuan belajar dan menurunkan prestasi belajar di sekolah. Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya ketersediaan zat besi di dalam tubuh sehingga menyebabkan zat besi yang diperlukan untuk eritropoesis tidak cukup. Kebutuhan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anak-anak, remaja, kehamilan dan menyusui. Pada anak-anak terutama yang mendapat susu formula kebutuhan zat besi meningkat karena sedikit mengandung besi. Diet yang kaya zat besi tidak menjamin ketersediaan zat besi di dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang dapat diserap sangat tergantung dari kondisi atau makanan yang dapat menghambat maupun yang mempercepat penyerapan besi. Pada perempuan kehilangan zat besi sering karena menstruasi yang banyak dan lama atau kondisi seperti tumor fibroid maupun malignan uterin. Dalam manajemen anemia defisiensi besi pemeriksaan laboratorium berperan untuk skrining, menegakkan diagnosis, serta memantau keberhasilan terapi.Kata Kunci : Anemia Zat Besi, Kebutuhan Zat besi, Manajemen Anemia

Page 1 of 1 | Total Record : 10