cover
Contact Name
Zumardii
Contact Email
redaksiMAPJ@gmail.com
Phone
+6282218140922
Journal Mail Official
redaksiMAPJ@gmail.com
Editorial Address
Melayu Art and Performance Journal Institut Seni Indonesia Padangpanjang Jl. Bahder Johan Padangpanjang, Sumatera Barat.
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Melayu Arts and Performance Journal
ISSN : 26560232     EISSN : 26563509     DOI : http://dx.doi.org/10.26887/mapj
Melayu Arts and Performance Journal (MAPJ) is the Scientific Journal focusing on the study of performing arts and visual arts, as well as the development of methods for the creation of performing arts and visual arts.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal" : 8 Documents clear
Popularitas Sanggar Seni Binuang Sati di Lubuk Alung: Kajian Manajemen Seni Pertunjukan Ageswilda Laras Saputri; Desfriarni Desfriarni
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3332

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan Manajemen Seni Pertunjukan di Sanggar Seni Binuang Sati dalam mengelola sanggarnya dengan baik. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan instrumen pendukung seperti alat tulis, kamera dan perekam suara. Data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah menganalisis data adalah reduksi data, penyajian data dan menyimpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kerja organisasi seni pertunjukan di Sanggar Seni Binuang Sati dikategorikan sebagai organisasi semi profesional. Karena Sanggar Seni Binuang Sati telah melakukan pendekatan manajemen, baik dari segi fungsi maupun prosesnya. Anggota Sanggar Seni Binuang Sati juga memiliki profesi lain selain pekerja seni, mereka tetap tunduk pada aturan yang berlaku dari sudut pandang etika. Sanggar Seni Binuang Sati bergerak dibidang seni dengan sistem demokrasi, dimana segala keputusan yang diambil berdasarkan hasil kesepakatan bersama, dan segala proses manajemen dilakukan dengan sebaik mungkin.  Sanggar Seni Binuang Sati didirikan oleh Adityo Nugraha selaku pimpinan sanggar dan masih mampertahankan nilai-nilai budaya dalam pertunjukannya meskipun ada beberapa karya sudah termasuk seni modern.Kata Kunci: Popularitas; Sanggar Seni Binuang Sati; Manajemen Abstract This study aims to reveal and describe the Management of Performing Arts at the Binuang Sati Art Studio in managing its studio well. This type of research is qualitative research using descriptive methods. This research instrument is the researcher himself and is assisted by supporting instruments such as stationery, cameras and voice recorders. The data in this study used primary data and secondary data. Data collection techniques are carried out by means of literature studies, observations, interviews and documentation. The steps of analyzing data are data reduction, data presentation and inferring data. The results showed that the workings of performing arts organizations in the Binuang Sati Art Studio are categorized as semi-professional organizations. Because Sanggar Seni Binuang Sati has taken a management approach, both in terms of function and process. Members of the Binuang Sati Art Studio also have other professions besides art workers, they are still subject to the rules that apply from an ethical point of view. Sanggar Seni Binuang Sati is engaged in art with a democratic system, where all decisions taken are based on the results of mutual agreement, and all management processes are carried out as well as possible.  Sanggar Seni Binuang Sati was founded by Adityo Nugraha as the head of the studio and still maintains cultural values in its performances even though there are several works including modern art.Keywords: popularity: Binuang Sati art studio; Management
Puncak Pato Sebagai Destinasi Wisata Alam Sumatera Barat Meria Eliza; Rosta Minawati; Syafriandi Syafriandi
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3668

Abstract

Puncak Pato, West Sumatra, is a tourist destination located on the border of Sungayang and Lintau. Puncak Pato as a tourism destination has natural and cultural  potential. It also has historical meaning in Minangkabau for uniting indigenous peoples and religions known as the "Satie Marapalam Oath Agreement". Pato Peak (Bukit Marapalam) is the place where this  agreement was signed between the adat  and religious communities of Minangkabau. This research is a qualitative study that aims to provide a comprehensive and in-depth description of Puncak Pato as a tourist destination. Pato Peak is located in highlands surrounded by hills and pine trees. There is beautiful natural scenery with cool winds drawing many visitors from West Sumatra and  other areas. Existing tourist facilities encourage bicycling , jogging, gymnastics, with meeting places and sites for various cultural arts activities. The facilities also include a large parking area , prayer rooms, and rest rooms. Visitors to Pucak Pato need only buy an adult ticket of IDR 10,000, IDR 5000 for a child. . Visitors are further served by stalls selling food and beverages.Keywords: Puncak Pato; Nature Tourism; West SumateraAbstrakPuncak Pato Sumatera Barat merupakan destinasi wisata berlokasi di perbatasan Sungayang  dan  Lintau.  Objek  wisata Puncak Pato memiliki potensi wisata alam dan budaya dan juga memiliki nilai sejarah Minangkabau dalam menyatukan kaum adat dan kaum agama, yang dikenal dengan “ Perjanjian Sumpah Satie Marapalam”. Puncak Pato (Bukit Marapalam) merupakan tempat terjadinya suatu kesepakatan dan penandatanganan surat perjanjian antara kaum adat dan kaum agama di Minangkabau. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh  dan  mendalam  tentang  eksistensi  Puncak  Pato sebagai Destinasi Wisata. Puncak Pato terdapat di dataran tinggi dikelilingi bukit dan pohon pinus. Pemandangan alam yang indah dan tiupan angin yang memberikan kesejukan sehingga banyak pengunjung yang dari Sumatra Barat maupun dari daerah lainnya. Spot wisata yang ada diantaranya sepeda, joging, senam, tempat rapat dan kegiatan berbagai seni budaya. Fasilitas yang dimiliki adalah parkir yang luas, mushola, dan toilet. Untuk berkunjung ke Pucak Pato hanya dengan tiket dewasa Rp 10.000 dan anak Rp 5000. Untuk memanjakan pengunjung terdapat warung-warung penjual makanan dan minumanKata Kunci: Puncak Pato; Wisata Alam; Sumatera Barat 
Proses Kreatif Penciptaan Karya Tari Kontemporer Meniti Jejak Tubuh Sherli Novalinda
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3704

Abstract

Penelitian mengenai proses kreatif dalam tari kontemporer masih sangat jarang dituliskan di dalam karya – karya penelitian. Hal ini berdampak pada kesenjangan antara produksi praktik seni dengan produksi pengetahuan dari praktik seni itu sendiri. Oleh Karena itu, adalah sangat penting untuk menuliskan proses kreatif penciptaan karya seni sehingga dapat bermanfaat bagi produksi pengetahuan khususnya di bidang tari dan bagi peneliti dan koreografer lainnya. Penelitian ini berfokus pada karya tari Meniti Jejak Tubuh yang merupakan sebuah karya tari kontemporer dimana saya sebagai pencipta/koreografer melakukan riset terhadap perjalanan tubuh saya sendiri yang lahir dan tumbuh di Kerinci lalu melakukan proses kreatif di tengah budaya Minangkabau. Saya melakukan eksperimentasi yang kemudian mengeksplorasi persilangan budaya (cross – culture), persilangan gender (cross – gender), sejarah tubuh, tubuh tradisi, habitus dan Hybridity. Kemudian menjadi sebuah karya tari tunggal yang melibatkan ulang - alik tradisi dan kontemporer, masa lalu dan hari ini serta, Kerinci dan Minang. Penelitian ini menggunakan pendekatan autoetnografi, yaitu suatu metode penelitian yang menggunakan data autobiografi dari peneliti untuk menganalisis dan menginterpretasi asusmsi budaya mereka dalam hal ini proses kreatif yang peneliti lakukan sendiri.Kata Kunci: Meniti Jejak Tubuh; Autoetnografi; Proses AbstractResearch on the creative process in contemporary dance is rarely written about in research works. This has an impact on the gap between the production of art practice and the production of knowledge from the practice of art itself. Therefore, it is very important to write down the creative process of creating works of art so that it can be useful for the production of knowledge, especially in the field of dance and for other researchers and choreographers. This research focuses on the Meniti Jejak Badan dance work, which is a contemporary dance work in which I, as a creator/choreographer, conduct research on the journey of my own body, which was born and grew up in Kerinci and then carried out a creative process in the midst of Minangkabau culture. I did an experiment which then explored cross-culture, cross-gender, body history, body tradition, habitus and hybridity. Then it becomes a single dance work involving a shuttle between tradition and contemporary, past and present as well as, Kerinci and Minang. This study uses an autoethnographic approach, which is a research method that uses autobiographical data from researchers to analyze and interpret their cultural assumptions, in this case the creative process that the researcher does himself.Keywords: Tracing Body Tracks; Autoethnography; Creative Process.
Randai sebagai Apresiasi Budaya : Riset Aksi di SDIT Al Azhar Darul Jannah Bukittinggi Yetty Oktayanty; Edi Satria; Septriani Septriani; Maskota Delfi; Selvi Kasman
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3654

Abstract

This article eximines randai training as culture facts from enculturation process that creates appreciation of culture.  This article was made based on the results of dedication to the comunity in SDIT Al Azhar Darul Jannah Buksittinggi. Based on randai as a performance art, this article factually describes the individuals reality of studying and adapting their thoughts and attitudes to randai.This article uses an action research method that aims to solve important and meaningful problems at SDIT Al Azhar Darul Jannah Bukittingi. Based on the results of research that has been carried out, randai training is very relevant to be carried out in elementary schools, considering that elementary schools are the foundation of education. In addition to the elements of randai training in this article, it is adjusted to the level of students.AbstrakArtikel ini mengkaji pelatihan randai sebagai fakta budaya dalam proses enkulturasi yang melahirkan sikap apresiasi terhadap budaya. Artikel ini berangkat dari penelitian di SDIT Al Azhar Darul Jannah Bukittinggi. Berpijak pada sebuah randai sebagai seni pertunjukan secara faktual artikel ini akan menggambarkan realitas individu dalam mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan randai. Dengan menggunakan riset aksi, artikel ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang penting dan bermakna di SDIT Al Azhar Darul Jannah Bukittingi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pelatihan randai sangat relevan dilakukan di sekolah dasar mengingat sekolah dasar menjadi fondasi pendidikan dalam kehidupan siswa/i.  Selain itu untuk memasukan nilai-nilai randai, maka  cerita yang diangkat juga melalui proses penyesuaian.
Bentuk, Kontruksi Fungsi dan Makna Mebel Antik Melayu Istana Siak Nofrial Nofrial
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3705

Abstract

Furniture is a means of supporting daily human activities, in the form of tables, chairs and so on. The tradition of using furniture also took place in Malay society in the past, including in the palace environment. This study aims to document and analyze the form, construction, function and meaning of antique Malay furniture found in the Siak Palace. Data obtained through observation and literature study. The results showed that the furniture at the Siak Palace resembled furniture developed in Europe, consisting of cupboards, tables, chairs, beds, chests, decorative glass, partitions, pendant lamps and wall lamps. Each type of furniture is divided into specific forms and functions. Furniture at the Siak Palace are generally made of wood, made as beautiful as possible with carvings, finishing and attractive accessories. The construction uses various types of wood joints, the most widely used is the interlocking joint system. The meaning of furniture in the Siak palace is related to the legitimacy of the king and the royal family, meaning the power, economic capacity, politics and social position of the royal family. Keywords: Furniture; Antique; Malay; Siak Palace  AbstrakMebel merupakan sarana pendukung aktivitas manusia sehari-hari, berupa meja, kursi dan lain sebagainya. Tradisi penggunaan mebel juga berlansung dalam masyarakat Melayu pada masa lampau, termasuk di lingkungan istana.  Penelitian ini bertujuan mendokumentasikan dan menganalisis bentuk, konstruksi, fungsi serta makna mebel antik Melayu yang terdapat di Istana Siak. Data diperoleh melalui observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan mebel di Istana Siak menyerupai mebel-mebel yang berkembang di Eropa, terdiri dari lemari, meja, kursi, tempat tidur, peti, kaca hias, partisi, lampu gantung dan lampu dinding. Masing-masing jenis mebel tersebut tebagi dalam bentuk dan fungsi khusus. Mebel di Istana Siak umumnya terbuat dari bahan kayu, dibuat seindah mungkin dengan ukiran, finishing serta aksesoris yang menarik. Konstruksinya memakai bermacam tipe sambungan kayu, yang banyak digunakan adalah sistem interlocking joint. Makna mebel di istana Siak terkait dengan legitimasi raja dan keluarga istana, bermaknakan kekuasaan, kemampuan ekonomi, politik dan kedudukan sosial dari keluarga istana tersebut. Kata Kunci: Mebel; Antik; Melayu; Istana Siak  
Festival Sebagai Bentuk Sosialisasi Terhadap Kontinuitas Eksistensi Tari Galombang Duo Baleh di Nagari Sintuak Padang Pariaman Belirda Wulan Dhari; Ayuthia Mayang Sari
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3611

Abstract

This article was purposed to reveal the urgency of dance festival and exhibition socialization toward the continuity of Tari Galombang Duo Baleh in community of Nagari Sintuak [village]. Tari Galombang Duo Baleh was a tradition that borne and grew in Nagari Sintuak Padang Pariaman. Tari Galombang Duo Baleh was one of cultural heritage in community of Nagari Sintuak. Lately, Tari Galombang Duo Baleh was coped an existence problem, one of degradation factors was lack of publication or lack of appreciation from community toward Tari Galombang Duo Baleh. In this article, writer offered one of the ways to promote the existence of Tari Galombang Duo Baleh to community of Nagari Sintuak. In turn, dance festival and socialization had an effect to the continuity of Tari Galombang Duo Baleh existence in community of Nagari Sintuak Padang Pariaman. Keywords: ata kunci: Galombang Duo Baleh Dance; Existence; Festival;  Socialization AbstrakArtikel ini bertujuan menjelaskan tentang pentingnya festival tari dan sosialisasi pertunjukan untuk mempertahankan keberlanjutan keberadaan tari Galombang Duo Baleh dalam masyarakat Nagari Sintuak. Tari Galombang Duo Baleh adalah tari tradisi yang lahir, hidup dan berkembang di Nagari Sintuak Padang Pariaman. Tari Galombang Duo Baleh merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Nagari Sintuak. Dewasa ini, keberadaan tari Galombang Duo Baleh mengalami problematika eksistensi, salah satu faktor degradasi eksistensi diduga adalah kurangnya publikasi, atau kurangnya apresiasi masyarakat terhadap tari Galombang Duo Baleh  tersebut. Dalam artikel ini penulis menawar kan salah satu jalan untuk Re-eksistensi adalah melalui festival atau parade tari dan sosialisasi pertunjukan tari Galombang Duo Baleh kepada masyarakat Nagari sintuak. Pada gilirannya, festival dan sosialisasi berdampak pada kontinuitas eksistensi tari Galombang Duo Baleh dalam masyarakat Nagari Sintuak Padang PariamanKata Kunci: Tari Galombang Duo Baleh; Eksistensi; Festival; Sosialisasi
Istana Dalam Loka Sebagai Ide Perancangan Batik Sumbawa Gustu Rahma Deni; Abdurrozaq Abdurrozaq
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3174

Abstract

This research is conducted based on the low appreciation of the public and tourists towards the existence of the Dalam Loka Palace in Sumbawa Regency. Istana Dalam Loka was designed as a leading regional tourist attraction, yet its existence is not outstanding both in terms of management and facilities. It is expected that the research on the design of Sumbawa Batik whose pattern is inspired by Istana Dalam Loka will motivate Sumbawa people and tourists to show more appreciation towards the Istana Dalam Loka better. In addition, it can provide new ideas or alternatives related to the batik industry in Sumbawa Regency. This research is qualitative research with a case study approach. Methods of collecting data used are observation, literature study, and interview. The research data were analyzed to determine the design of ornamental motifs and designs of Sumbawa Batik. This research is very important to be carried out because it can offer novelty in the development of the batik industry in Sumbawa Regency and increase the interest of the community or tourists to know more about Istana Dalam Loka.Keywors: Istana Dalam Loka; Various Batik Motifs;Sumbawa Batik AbstrakIstana Dalam Loka dirancang sebagai objek wisata unggulan daerah, namun keberadaannya kurang mendukung baik dari sisi manajemen pengelolaan maupun fasilitas yang ada sebagai sebuah objek wisata. Melalui penelitian perancangan Batik Sumbawa dengan Istana Dalam Loka sebagai sumber inspirasi, maka diharapkan masyarakat Sumbawa maupun wisatawan dapat mengapresiasi Istana Dalam Loka dengan lebih baik dan mampu memberikan alternatif gagasan baru terkait industri batik di Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data melalui observasi, studi pustaka, dan wawancara. Data penelitian dianalisa guna menentukan rancangan motif hias dan rancangan Batik Sumbawa. Penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan karena dapat menawarkan kebaruan dalam pengembangan industri batik di Kabupaten Sumbawa serta meningkatkan animo masyarakat atau wisatawan untuk dapat mengenal lebih jauh tentang Istana Dalam LokaKatakunci : Istana Dalam Loka; Motif Batik; Batik Sumbawa
Sociological Studies Minangkabau Traditional Mariage Akhyar Hanif; Tri Yuliani; Riki Rikarno; Novi Budiman
Melayu Arts and Performance Journal Vol 6, No 1 (2023): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v6i1.3739

Abstract

Minang or Minangkabau is an ethnic cultural group that adheres to a distinctive customary system, namely a family system according to female lineage which is called the matrilineal system. In Minangkabau culture, marriage is one of the important events in the life cycle and is a very significant transitional period in forming a small group of new families to continue the lineage. For the Minangkabau people who are Muslim, marriages are carried out in accordance with the provisions of Law Number 1 of 1974 concerning Marriage. There are 2 (two) types of marriages for the Minangkabau indigenous people, namely: 1) Ideal marriage, namely marriage between close families such as children from nephews; 2) Abstinence marriage, namely marriage that cannot be carried out like the child of a mother or father. There are 2 (two) marriage procedures for the Minangkabau indigenous people, namely: 1) Marriage according to female relatives, namely the woman who is the initiator in marriage and in household life, from starting to find a mate to carrying out the marriage; 2) Marriage according to male relatives, namely the man who is the initiator in marriage and households, from starting to find a mate to carrying out the marriage and daily living expenses. The form of marriage in Minangkabau has changed according to the times. Previously, a husband meant nothing in the wife's family, now it is the husband who is responsible for his family

Page 1 of 1 | Total Record : 8