cover
Contact Name
Theodorus Miraji
Contact Email
jojo.luvjesus@gmail.com
Phone
+6282134184629
Journal Mail Official
jurnalberea@gmail.com
Editorial Address
Jalan Cemara No.72 Salatiga
Location
Kota salatiga,
Jawa tengah
INDONESIA
LOGIA : Jurnal Teologi Pentakosta
ISSN : 27164322     EISSN : 27162834     DOI : https://doi.org/10.37731/log.v2i1.47
LOGIA : Jurnal Teologi Pentakosta adalah jurnal nasional yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Teologi Berea dan berfokus pada isu-isu kebaruan Teologi Pentakosta. Sebagai wadah publikasi, LOGIA menerima hasil penelitian ilmiah para akademisi dan praktisi. Semua artikel yang masuk akan di-review oleh reviewer yang ahli di bidangnya dengan menerapkan proses double blind review. Jurnal yang terbit 2 kali setahun ini (Juni dan Desember) memiliki scope: Teologi Biblika Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Kristen yang semuanya memiliki ciri khas Pentakosta
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 3 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2023): JUNI 2023" : 3 Documents clear
Meninjau Ulang Narasi Pertemuan Ibadah Menurut Kisah Para Rasul 2:41-47 dari Aplikasi Kaum Pentakostal di Era Digital Fransiska Fransiska
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 4, No 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v4i2.111

Abstract

Pesatnya kemajuan teknologi di awal abad 21 yang begitu masif mempengaruhi sistem komunikasi dan informasi, juga menyentuh agama serta praktik peribadatannya. Ibadah lekat dengan pemahaman sebagai perwujudan iman dari seseorang yang memeluk agama atau keyakinan tertentu. Maraknya perkembangan teknologi informasi ini secara khusus penggunaannya dalam peribadatan disikapi kaum Pentakostal sebagai sebuah pembingkaian terhadap kemampuan menyetarakan kemajuan tekhnologi dengan keterlibatan Roh Kudus. Tujuan penelitian ini ingin meninjau ulang narasi pertemuan ibadah menurut Kisah Para Rasul 2:41-47 dalam aplikasi kaum Pentakostal di era digital. Metode penelitian yang dipilih untuk menyelesaikan artikel ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskripsi analitik dan kajian literatur. Artikel ini membahas deskripsi Alkitab tentang ibadah, karakteristik ibadah menurut Kisah Para Rasul 2: 41-47, dan aplikasi kaum Pentakostal di era digital. Disimpulkan, bagi kaum Pentakostal peribadatan yang dilaksanakan di era digital berupa ibadah online tidaklah bertentangan dengan pandangan Alkitab, memaksimalkan penggunaan tekonologi informasi, pertemuan tidak dibatasi tempat, perluasan jangkauan pelayanan, dan unggul dalam komunikasi. Kata kunci : jemaat mula-mula; ibadah; ibadah Kristiani; teologi Pentakostal The rapid advancement of technology in the early 21st century has massively affected communication and information systems, as well as touched religion and its worship practices. Worship is closely related to understanding as a manifestation of the faith of someone who embraces a particular religion or belief. The rise of the development of information technology, specifically its use in worship, is perceived by the Pentacostals as a framing of the ability to equalize technological progress with the involvement of the Holy Spirit. The purpose of this research is to review the narrative of worship meetings according to Acts 2:41-47 in the application of Pentecostals in the digital era. The research method chosen to complete this article uses a qualitative method with an analytical description approach and a literature review. This article discusses the Bible's description of worship, the characteristics of worship according to Acts 2: 41-47, and the application of Pentecostals in the digital age. In conclusion, for Pentacostals worship carried out in the digital era in the form of online worship does not conflict with the views of the Bible, maximizes the use of information technology, meetings are not limited by place, expands the reach of services, and excels in communication.   
Perspektif Pentakosta Tentang Persembahan Persepuluhan dalam Konsep Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Yusup Heri Harianto
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 4, No 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v4i2.145

Abstract

 Persepuluhan adalah milik Allah dan harus dikembalikan kepada Allah. Namun dalam prakteknya sekarang ini terjadi pro dan kontra sebab ada gereja-gereja yang berpendapat bahwa persepuluhan itu sudah tidak berlaku lagi karena persepuluhan itu ada dalam zaman Taurat. Sedangkan disisi yang lain ada banyak gereja yang dengan tertib masih mentaati untuk mengembalikan persepuluhan tersebut. Itu sebabnya dalam penulisan karya ilmiah ini, fokus penelitian adalah menggali konsep persepuluhan baik melalui Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru serta melihat sejauh mana penerapan persepuluhan tersebut dalam era gereja masa kini khususnya terhadap gereja-gereja yang ada. Dengan menggunakan menggunakan metode kualitatif deskriftif pendekatan studi. Temuan pada artikel ini mengemukakan bahwa mayoritas gereja mengakui dan menerapkan perpuluhan ini. Mayoritas gereja mengajarkan dan menghimbau sebagai sebuah kewajiban kepada para jemaat.  Kata-kata Kunci:  Persepuluhan, Hukum Taurat, Gereja, hamba Tuhan. Tithing belongs to God and must be returned to God. But in practice today there are pros and cons because there are churches that argue that tithing is no longer valid because tithing existed in Torah times. While on the other hand there are many churches that are still in an orderly manner to return the tithing. That is why in writing this scientific paper, the focus of research is to explore the concept of tithing both through the Old and New Testaments and see the extent of the application of tithing in the current church era, especially to existing churches. By using qualitative descriptive methods of study approach. The findings in this article suggest that the majority of churches recognize and apply this tithing. The majority of churches teach and exhort as an obligation to the congregation. 
Fatherhood dalam Surat Efesus 6:4 Sebagai Perspektif Baru tentang Peran Pengasuhan Ayah Terhadap Perkembangan Anak-Anak Paulus Kunto Baskoro; Shinta Dewantari; Steven Tommy Dalekes Umboh
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 4, No 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v4i2.93

Abstract

AbstractThe parenting pattern of fathers towards children is an important thing to understand and study seriously, because it is related to a generation. This understaning is called Fatherhood. The principles of parenting fathers to children, known as Fathergood, will be studied specifically through Ephesians 6:4. Paul in his letter discusses relationship in the family and specifically Paul advises fathers not to raise their children in anger that causes bitterness. Instead of educating children with the truth of God’s Word. So that the principles of Fatherhood can be implemented in the lives of believers today. The method used is descriptive literature method. This research will discuss about effective ways of evangelism, so that evangelism is more effective and can be applied in all ages. The Purpose of this writing is First, to find the principles of Fatherhood in Ephesians 6:4. Second, make every Chirstian family an example and pattern in educating children. Third, applying parenting patterns to children today. Keywords : Fatherhood, Role, Upbringing, Father, Son, Ephesus, Colossians  AbstrakPola asuh ayah terhadap anak menjadi hal penting untuk dipahami dan dipelajari secara serius, sebab berhubungan dengan sebuah generasi. Pemahaman inilah yang disebut dengan Fatherhood. Prinsip-prinsip pola asuh ayah kepada anak yang dikenal dengan Fatherhood inilah yang akan dipelajari secara khusus lewat Surat Efesus 6:4. Paulus dalam suratnya membahas mengenai hubungan dalam keluarga dan secara khusus Paulus menasihatkan para ayah untuk tidak mendidik anak mereka dalam kemarahan yang menyebabkan kepahitan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif literatur. Penelitian ini akan membahas tentang cara yang efektif dalam penginjilan, sehingga penginjilan lebih tepat guna dapat diaplikasikan dalam segala zaman. Tujuan dalam penulisan ini adalah Pertama, menemukan prinsip-prinsip Fatherhood dalam Surat Efesus 6:4. Kedua, menjadikan setiap keluarga Kristen menjadi teladan dan pola dalam mendidik anak yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Ketiga, mengaplikasikan pola asuh ayah kepada anak-anak pada masa kini. Kata-kata Kunci: Fatherhood, Peran, Asuh, Ayah, Anak, Efesus 

Page 1 of 1 | Total Record : 3